Senin, Oktober 7, 2024

Politik Panas, Santaikan dengan Humor

Ana Dwi Itsna Pebriana
Ana Dwi Itsna Pebriana
Suka baca dan ngelamunin apa aja, yang penting halal.

Indonesia adalah negara yang serba ada. Kekayaan ada, kemiskinan pun jangan ditanya. Banyak sekali jumlahnya. Selain itu Indonesia juga mudah panas dengan isu yang di ada-adakan. Politik, misalnya.

Ajang pilpres 2019 ternyata bukan hanya milik pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno semata. Di tengah isu panas pemilihan dua paslon tersebut, hadirlah sosok yang menjadi penyegar suasana, Nurhadi-Aldo yang memiliki singkatan cukup nyeleneh, Dildo.

Nurhadi-Aldo merupakan pasangan capres dan cawapres poros ketiga yang namanya tidak terdaftar resmi di KPU. Mereka diusung oleh Partai Untuk Kebutuhan Iman. Dilansir dari detiknews.com, pasangan Nurhadi-Aldo adalah tokoh fiktif yang diciptakan oleh sekelompok anak muda yang merasa gerah dengan kampanye hitam yang banyak terjadi di panggung politik Indonesia.

“Menuju Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik” menjadi tagline andalan pasangan hits ini. Layaknya capres dan cawapres betulan, pasangan Nurhadi-Aldo gemar mengumbar kata-kata inspiratif hingga program kerja. Jangan tanya isinya, tentu hanya guyonan belaka. Tagar #McQueenYaQueen, yang merupakan pelesetan dari “Makin Yakin” mendadak viral dan digemari banyak netizen.

Ya, keberadaan mereka tidaklah nyata. Dua orang itu hanya hadir di dunia maya dengan akun Instagram @nurhadi_aldo. Memulai unggahannya pada 24 Desember 2018 lalu, akun ini sampai Sabtu 05 Januari 2019 telah diikuti oleh 108.000 pengguna instagram. Setiap postingan-nya pun selalu disambut baik oleh para penggemarnya dengan berbagai komentar.

Meski Nurhadi–Aldo adalah pasangan fiktif, namun Nurhadi benar-benar ada. Ia merupakan seorang tukang pijat dari Moejobo, Kudus yang sebelumnya sudah terkenal di kalangan pengguna facebook. Sementara Aldo adalah tokoh fiktif yang wajahnya merupakan gabungan dari wajah seorang politikus dan orang lain. Sosok Aldo ini berasal dari guyonan di komunitas shitpost. (detiknews.com, 04/01/2019)

Penciptaan kedua tokoh ini tak lain adalah sebagai humor politik dan menjadi sarana kritik bagi pemerintah ditengah riuhnya pesta perpolitikan Indonesia yang kian memanas. Priyo Hendarto dalam bukunya Filsafat Humor, mengatakan bahwa manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan atau yang lebih dikenal dengan humor.

Mahadian (2014 : 6) dalam praktiknya di Indonesia, humor politik sering kali dibangun dalam wujud satire, ironi, sindiran, hingga self-depreciating humor atau humor yang menertawakan diri sendiri.

Diharapkan humor ini bisa menjadi penyegar pikiran agar masyarkat tidak terlalu serius pada hiruk pikuk perpolitikan yang kerap menuai pertikaian. Humor politik juga mengandung pesan tersirat yang membungkus hal yang bersifat tabu untuk disampaikan. Sehingga kritik pedas dan tajam dalam komunikasi pun bisa melibatkan tawa riang dan kesenangan.

Meski bahasa yang mereka gunakan terkesan nyeleneh, syur bahkan berbau mesum. Namun nyatanya masyarakat tetap menyambut baik dan bisa mengambil hal-hal positif dari setiap gebrakannya. Inilah yang luput dari para politikus kita saat ini. Gemar mengkampanyekan janji-janji namun acapkali tak sadar bahwa bahasa yang digunakan tidak mudah dipahami para awam.

Kedua kubu, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bisa turut mengambil pelajaran dari fenomena paslon fiksi ini. Bila dalam kampanye mereka selalu menggunakan bahasa yang serius dan kaku, cara Nurhadi-Aldo  ini nampaknya patut ditiru. Bukan dengan bahasa nyeleneh tentunya.

Dalam kegiatan kampanye, para paslon betulan bisa menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami berbagai kalangan. Santai layaknya bahasa sehari-hari. Membuat para awam maupun ilmuwan dengan mudahnya memahami maksud mereka.

Kehadiran pasangan Nurhadi-Aldo menjadi sarana edukasi politik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Membuat siapapun merasa perlu untuk terlibat dan memahami dunia perpolitikan yang kadang kala melenakan.

Dunia perpolitikan yang terkesan panas dan menjenuhkan pun seketika menjadi hal yang seru untuk diulas. Kedua tokoh ini mengingatkan kita bahwa hidup dan segala macam tetek bengeknya memang jangan terlalu dibawa serius. Santaikan!

Ana Dwi Itsna Pebriana
Ana Dwi Itsna Pebriana
Suka baca dan ngelamunin apa aja, yang penting halal.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.