Senin, Oktober 14, 2024

Politik Out of the Box!

Suranto Andreas
Suranto Andreas
Alumni Mahasiswa S1 Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Generasi milenial saat ini dianggap hanya selalu berfokus pada bidang seni budaya, olahraga, dan dunia daring semata. Namun nyatanya, secara tidak langsung, generasi milenial disodorkan dengan banyaknya diskusi politik yang muncul di media sosial yang kebanyakan digunakan oleh generasi milenial saat ini. Bertolak dari diskusi politik yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri.

Namun, sayangnya kebanyakan pandangan tentang diskusi politik tersebut kadang-kadang berbanding terbalik dengan generasi sebelumnya. Dalam pandangan politik, generasi muda lebih menyukai pandangan politik yang mendekati pandangan mereka secara umur, inovasi, kinerja, tujuan ataupun idola.

Generasi milenial yang identik dengan kreativitas ini merupakan generasi yang melek teknologi, selalu bersinggungan dengan teknologi dan tentunya dapat mendapatkan informasi apapun dari kemudahan teknologi.

Alexis de Toqcueville mengatakan bahwa di negara demokrasi, setiap generasi adalah manusia baru. Generasi milenial yang merupakan representatif dari generasi baru, menggunakan media sosial dan internet untuk melangkah lebih maju dari manusia baru sebelumnya.

Cara berpikirnyapun sudah di luar kebiasaan dari generasi sebelumnya. Jika generasi sebelumnya hanya lebih suka menjadi pengikut, lebih suka hal-hal biasa dan sesuai standar yang disepakati, maka generasi milenial lebih menyukai hal-hal yang baru, menciptakan hal-hal baru, pentuh tantangan dan berbau kreativitas.

Imbas dari cara berpikir generasi milenial ini mengubah wajah perpolitikan sekarang. Dimana generasi milenial menuju era yang lebih cerdas, semakin melek politik dan kuantitas keterlibatan perpolitikan semakin meningkat. Cirinya adalah generasi milenial yang dinamis dan peduli.

Kepedulian generasi milenial ini tertuang pada sikap melawan korupsi, kolusi dan nepotisme yang marak terjadi. Generasi milenial adalah calon penerus perolitikan di Indonesia. Perubahan pada perpolitikan di Indonesia bagi generasi milenial adalah tidak mudah percaya kepada elite partai poltik, teruatama yang terjerat korupsi dan permainan isu negatif di media sosial. Hal tersebut merupakan bentuk dari perubahan generasi sebelumnya ke generasi milenial.

Sebagai generasi yang menginginkan perubahan, dukungan dari pemerintah untuk pendidikan perpolitikan belumlah maksimal. Pendidikan perpolitikan generasi milenial hanya didapatkan dari aktivitas bermedia sosial dan berselancar di dunia maya melalui jaringan internet.

Pendidikan politik yang didapatkan pun bersifat personal. Hal ini sangat rentan dengan adanya berita atau isu negatif yang berunsur sara serta mematikan nilai-nilai demokrasi bagi generasi milenial ini. Apalagi generasi milenial tidak melek sejarah perpolitikan di Indonesia yang didapatkan lewat pendidikan formal atau media massa arus utama. Hal ini sangat menambah sempitnya pilihan tentang kebenaran sejarah.

Dampak dari pendidikan politik lewat media sosial ini mengakibatkan generasi milenial sebagai pengguna media sosial merasa terombang-ambing sentimen atas unsur sara. Pemerintah seharusnya memberikan pendidikan politik yang memadai bagi generasi milenial.

Yakni, memaksimalkan penggunaan teknologi dengan membangun nilai-nilai kebangsaan yang efektif melalui konten atau iklan yang cinta akan tanah air dan mentalitas produktif. Harapannya adalah perpolitikan di Indonesia bukan melulu untuk menaikkan kepentingan personal elit politik. Tetapi lebih menekankan pada nilai-nilai moral dan kebhinekaan dalam berpolitik.sehingga menghasilkan pendidikan politik yang sehat.

Melalui pendidikan politik yang sehat, generasi milenial dapat belajar memegang tongkat estafet perpolitikan yang lebih baik, lebih teratur tetapi fleksibel dan terarah serta penuh dengan kejutan-kejutan inovasi.

Politik yang dibumbui dengan sentimen unsur sara menjadikan politik di Indonesia masih senang bergelut dengan kebiasaan buruk, pandangan pesimis yang tidak dapat dikontrol dan terus memutar pada isu-isu itu saja. Namun, Generasi milenial yang melek teknologi membuat politik seperti itu dapat terdisrupsi secara politik. Generasi milenial lebih menginginkan politik out of the box!

Suranto Andreas
Suranto Andreas
Alumni Mahasiswa S1 Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.