Selasa, Oktober 15, 2024

Plus Minus Pemanfaatan Sinar Ultraviolet-C di Dunia Pertanian

Fadli Hafizulhaq
Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas

Tatkala mendengar atau membaca istilah ultraviolet, besar kemungkinan otak kita akan mengaitkannya dengan sinar matahari. Memang sinar ultraviolet atau UV umumnya hadir karena radiasi sinar matahari. Ini jugalah yang kemudian mendorong banyak pabrik kosmetik untuk memproduksi dan menjual sunblock.

Sebagaimana yang kita ketahui, sunblock berguna untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet atau UV tadi. Sinar UV memiliki kemampuan merusak dan bahkan meningkatkan resiko penyakit kulit bagi manusia. Kerusakannya mungkin belum terasa dalam satu kali paparan, tapi akan sangat kentara setelah terpapar UV sekian kali. Namun di samping itu, tahukah Anda bahwa sinar UV nyatanya juga berguna dalam berbagai sektor?

Kegunaan utama dari sinar UV adalah sebagai sumber “energi” dalam perangkat sterilisasi atau sterilizer. Sebagai contoh, sinar UV dalam dunia medis umumnya digunakan untuk sterilisasi peralatan. Sterilisasi dengan sinar UV ini sangat marak diiklankan tatkala pandemi Covid-19 masih melanda dunia 2-3 tahun yang lalu.

Selain itu, sinar UV juga kerap digunakan di depot-depot air minum isi ulang dengan tujuan yang sama. Tidak tertinggal pemanfaatan sinar UV di filter atau penyaring akuarium dan kolam untuk mencegah lumut. Ada pula yang menggunakannya untuk perangkap nyamuk dan serangga lain. Terbaru, dalam beberapa tahun terakhir, sinar UV mulai digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk hasil pertanian.

Mengenal Sinar Ultraviolet-C

Pada beberapa iklan produk sunblock, pengiklan mengatakan bahwa produk mereka dapat menghalangi kulit dari sinar ultraviolet-A (UVA) dan ultraviolet-B (UVB). Dua jenis sinar UV ini merupakan sinar UV dari radiasi matahari yang berhasil menembus atmosfer bumi. Pemanfaatan UVA dan UVB jarang dilakukan lantaran dua jenis sinar UV ini berbahaya. Adapun sinar UV yang umum dimanfaatkan adalah sinar ultraviolet-C (UVC).

Sebagai informasi, hal yang membedakan UVA, UVB, dan UVC adalah panjang gelombang dari sinarnya. UVA memiliki rentang panjang gelombang 320 – 400 nm, UVB memiliki rentang panjang gelombang 280 – 320 nm, dan UVC adalah sinar UV dengan panjang gelombang terpendek yaitu sekitar 200 – 280 nm. Derajat bahaya ketiga jenis sinar UV ini juga berbeda, semakin panjang gelombangnya maka semakin berbahaya bagi kulit, organ dan indera penglihatan manusia.

Sebagai informasi, sinar UVC secara alami tidak sampai ke permukaan bumi karena tertahan di atmosfer. Adapun sinar UV yang sampai ke permukaan bumi sebagian besarnya adalah UVA dan sedikit UVB. Hanya saja, teknologi terkini memungkinkan manusia untuk membuat sendiri sumber sinar UVC tersebut. Perangkat-perangkat yang memanfaatkan sinar UVC saat ini umumnya mendapatkan sinar tersebut dari pancaran lampu UVC.

Lebih lanjut, sinar UVC disebut lebih aman terhadap manusia, hanya saja paparan langsung sinar UVC harus dihindari. Hal ini dikarenakan ia berpotensi merusak kulit jika terpapar. Selain itu, sinar atau lampu UVC juga tidak boleh dilihat dengan mata telanjang karena dapat merusak mata. Adapun kelebihan dari sinar UVC adalah dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme atau kuman berupa bakteri, jamur, maupun virus.

Pemanfaatan Sinar UVC untuk Produk Hasil Pertanian

Ferreira, dkk., (2021) dalam artikel ilmiah bertajuk “Postharvest UV-C irradiation for fungal control and reduction of mycotoxins in brown, black, and red rice during long-term storage” menggunakan sinar UVC untuk penyinaran beberapa jenis beras dan menemukan hasil yang menarik. Penyinaran UVC dinilai efektif dalam dekontaminasi atau penanganan jamur pada beras. Tidak hanya itu, sinar UVC juga mendegradasi mikotoksin atau senyawa-senyawa racun yang dihasilkan jamur yang terdapat pada beras-beras yang diuji.

Penyinaran UVC juga dapat dilakukan pada berbagai produk hasil pertanian lain seperti kentang, mentimun, hingga cabe. Kemampuan sinar UVC untuk membunuh mikroorganisme dapat mengurangi jumlah mikroorganisme atau kuman penyebab kebusukan produk hasil pertanian. Hal ini akan berujung pada meningkatnya umur simpan dari produk tersebut.

Teknologi penyinaran UVC dapat membantu petani untuk menjaga nilai ekonomi dari produk sebab produk dapat disimpan lebih lama. Menariknya, teknologi ini mudah didapatkan dikarenakan harga lampu UVC yang relatif murah. Pembuatan alat penyinaran UVC untuk produk hasil pertanian dapat dilakukan dengan mudah. Alat tersebut dapat dibuat dengan kotak atau peti bekas yang tidak tembus cahaya.

Proses penyinaran juga tidak rumit, produk hasil pertanian cukup diletakkan di dalam kotak. Setelah itu kotak ditutup dan dipastikan tidak ada cahaya UVC yang keluar. Hal selanjutnya adalah menghidupkan lampu UVC selama beberapa menit agar proses sterilisasi bisa berjalan. Terakhir, matikan lampu UVC dan keluarkan produk hasil pertanian dari dalam kotak.

Sederet Kekurangan dan Tantangan

Pemanfaatan sinar UVC dalam dunia pertanian dapat dikatakan sebagai teknologi yang mudah namun mumpuni. Hal tersebut menambah pilihan perlakuan pascapanen produk agar keuntungan para petani dapat ditingkatkan. Hanya saja, berbagai potensi bahaya dari sinar UVC atau sumbernya membuat penerapan teknologi ini harus didampingi oleh kalangan yang mengerti dengan prosedur penggunaan dan keamanan.

Lampu UVC umumnya dibuat dengan memanfaatkan merkuri atau raksa. Sebagaimana yang kita ketahui, raksa adalah logam yang beracun. Lampu UVC yang pecah butuh penanganan khusus oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang itu. Selain itu, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, paparan langsung sinar UVC berpotensi menyebabkan masalah kulit dan mata.

Terakhir, efisiensi dari proses sterilisasi produk hasil pertanian dengan sinar UVC sangat tergantung kepada daya lampu dan volume kotak penyinaran. Intensitas penyinaran yang rendah tidak cukup untuk membunuh berbagai jenis mikroorganisme penyebab kebusukan produk hasil pertanian. Sehingga petani juga harus paham dengan intensitas yang dibutuhkan. Beragam kekurangan inilah yang menjadikan teknologi ini masih butuh perlu untuk terus disempurnakan.

Fadli Hafizulhaq
Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.