Sabtu, April 27, 2024

Pilih Siapa Ya, Dedi Mulyadi, Demiz, Emil, Apa Kamu?

Muit ElAbbas
Muit ElAbbas
Penulis bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, bisa jadi enggak penting bagi pembaca.

Suhu politik menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018, kian hari kian memanas. Sejumlah tokoh, dengan berbagai identitas terus bermunculan mengkampanyekan dirinya kepada khalayak banyak bahwa dirinya akan mencalonkan menjadi pemimpin dalam pemerintahan di Tanah Sunda.

Diantara banya tokoh yang muncul. Ada tiga tokoh populer yang selalu menjadi perbincangan. Yaitu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Wakil Gubernur (Wagub) Jabar Dedi Mizwar dan Walikota Bandung Ridwan Kamil. Ketiga tokoh itu, seakan-akan membuat pemerhati pemerintah dan politik tak ingin lepas dari perbincangan sosok tersebut.

Ketiga tokoh itu, kita tahu betuk mereka mempunyai pengalaman dan disiplin ke-ilmuan masing-masing dalam memimpin. Seperti, Kang Dedi sapaan populer Dedi Mulyadi, dia dikenal sebagai sosok pemimpin yang cerdas memadukan konsep ke-Islaman dan ke-Sundaan.

Gaya nyentrik dan estentrik, menjadi cirikhas Kang Dedi. Apalagi saat dia berpidato, banyak orang menyebut pidatonya seperti Presiden Soekarno yang selalu mengebu-gebu, membakar semangat audien.

Dilihat dari segi pengalaman, jelas Kang Dedi sangat berpengalaman. Dia menjabat Bupati Purwakarta selama dua periode, dan saat ini periode terakhir. Sebelumnya pun dia pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta dan pernag juga menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Purwakarta. Artinya, jika dilihat perjalanan kepemimpinannya dalam dunia pemerintah, pria yang juga menjabat Ketua Majelis Daerah (MD) Korp Alumni HMI (KAHM) Jabar, tentu sangat berpotensi dan sudah teruji.

Dipojok lain, ada Wagub Jabar Dedi Mizwar, sosok arti dengan peran naga bonar dalam dunia perfilman ini, memang cukup dikenal masyarakat. Bahkan bukan hanya di Jabar saja, se-Indonesia mungkin banyak yang mengenal dirinya. Itu sangat wajar puluhan tahun dalam industri perfilman membuat diri tak asing lagi ditelinga masyarakat.

Kepopuleran dia, membuat Gubernur Jabar Ahmad Heryawan kepicut dan mengandengnya saat kontestasi Pilgub Jabar tiga tahun lalu. Untuk mendulang suara, saat Pilgub Periode kedua, Kang Aher mengajak Demiz untuk menjadi wakilnya di Pilgub.

Saat ini Aher memasuki periode terakhir dan tak bisa mencalonkan kembali. Apa kata pepatah, kesepatan takkan pernah terulang kembali. Ternyata, dengan pengalam pertama menjadi wakil yang beru menjabat empat tahun, akhirnya Demiz memutuskan ingin ikut kembali dalam kontestasi Pilgub Jabar tentunya bukan sebagai wakil. Dia maju ingin menjadi calon gubernur Jabar pada 2018 mendatang.

Walau perjalannya masih dini, tetapi popularitas dirinya mungkin sulit untuk ditandingi dengan calon-calon yang lain. Maka wajar saja dirinya memutuskan untuk maju menjadi orang nomor satu di tanah sunda.

Terakhir, Walikota Bandung Ridwan Kamil, seorang teknokrat baru pertama kali menjabat sebagai walikota Bandung. Ternyata dia pun tak ingin tertinggal dalam gegap gempita Pilgub Jabar.

Sosok Kang Emil, begitu dia dipanggil, dirinya memang cukup dikenal dalam dunia media sosial. Bagi generasi milenial, yang hidupnya tak pernah lepas dari gadget mungki siapa yang tak kenal dirinya.

Kalimat guyonan ala anak muda dalam status dimedsosnya, bisa dibilang menjadi cirikhas pria berkacamata ini. Pasalnya, gaya bahasa rennya dan ringan apalgi tentang kejombloan anak muda selalu dia gunakan.

Dari pengalaman kepemerintahan memang dirinya masih sangat baru. Karena baru satu periode, namun karena hasrat politik apa boleh dikata. Siapapun pasti akan maju jika ada kesempatan. Termasuk saya, kalau dapat rekomendasi partai saya juga siap maju menjadi Kades he he.

Yang perlu digaris bawahi, kemungkinan besar jika tak ada badai yang menghempas ketiga tokoh ini akan bertaruk merebutkan jabatan nomor satu di Tanah kita Tanah Sunda.

Sebagai rakyat atau “Gelandangan Dikampung Sendiri” (mengutif Cak Nun). Kita harus betul-betul jeli, dilihat, diraba, dirasakan. Sosok siapakah yang ideal untuk menjadi pengelola, pengembang amanah rakyat.

Bagi rakyat sih sebetulnya, ada atau tidaknya Gubernur di itu tidak masalah. Masyatakat mah cukup dengan adanya RT/RW dan Kades itu sudah cukup, he he.

Tapi mau tidak mau, karena hiduo kita terikat sistem kenegaraan. Ya kita harus siap memilah dan memilih yang cocok untuk tanah kita tanah sunda.

Lalu bagaimana cara mengenalnya, jika kita ingin mengenal serius dengan pemimpin kita, tentunya kita harus Ta’aruf. Sebagai mana sepasang kekasih yang ingin menikah, dalam ajaran Islam diajarkan untuk Ta’aruf. Ta’aruf itu untuk saling mengenal, mengenal, sifat, sikap, karakter, keluarga dan aspek lainnya.

Sementara bagaimana kalau kita ingin Ta’arufan dengan pemimpin kita, dalam sistem pemilu nanti pada saat sudah ditetapkan calon. Para calon diberikan waktu khusus untuk kampanye, kampanye itu sama halnua dengan mereka men-Ta’aruf-kan diri kepada kita rakyat. Nah semua itu saya kira tidak cukup waktunya terlalu singkat.

Untuk menambah informasi lebih detail, tentunya kita harus mencari referensi dalam berbagai sumber, teserah sumbernya apa. Yang penting dengan adanya sumber itu kita bisa ‘Istikhoro’ mana yang mau dipilih.

Ya kalau saya sih, lebih baik pilih kamu saja deh, iya kamu, yang membuat hati luluh dan tersimpuh ingin Ta’aruf dengan kamuh, he he.(*)

Muit ElAbbas
Muit ElAbbas
Penulis bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, bisa jadi enggak penting bagi pembaca.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.