Minggu, Desember 22, 2024

Pesan Kepada Fans Politik dan Pemilih Labil

Kevin Ng
Kevin Ng
Kevin saat ini sedang melakukan studi di University of Western Australia dan merupakan jurnalis lepas di salah satu media Indonesia di Australia. Ia tertarik pada filsafat, ilmu sosial, komunikasi, sejarah, bisnis, politik dan ekonomi, serta berbagai macam topik lainnya. Ia terbuka untuk berdiskusi atau sekedar berbincang mengenai isu-isu aktual hingga bercandaan.
- Advertisement -

Sedemikian naifnya kita merasa takut akan pemilihan nanti. Mulai ketakutan akan golput hingga konspirasi politik lainnya. Hingga saat ini, keadaan Indonesia masih relatif aman. Toh masih banyak yang bergosip ria tentang hal-hal yang tak begitu penting. Dan para politisi masih tertawa dan bercanda. Mengapa para pemegang hak suara yang ribut?

Fenomena ini saya teliti dari banyaknya berita-berita simpang siur yang belakangan ini tersebar di media daring. Berawal dari berita, hingga ke percakapan antara masyarakat “madani”, berubah jadi konspirasi. Memang tidak bisa dipungkiri, sekarang kita selalu berbicara mengenai politik (walaupun tidak terlalu paham). Inti dari pembahasannya sekedar spekulasi.

Dan subjektifitas masuk ke dalam topik pembicaraan. Pastinya kelompok relawan pertahana akan berbicara mengenai kehebatan figur favoritnya, begitu pula kelompok sebelah. Alhasil yang terjadi adalah kekosongan pengetahuan mengenai kanidat dari kubu berlawanan. Karena itu politik di Indonesia tidak menarik. Rasionalitas pemilih hanya sekedar urusan “logika” akal sehat dari pengalaman mereka. Percuma juga kedua pasangan calon memberikan program kerja, kalau para pemilihnya tidak memilih berdasarkan apa yang akan dikerjakan, namun berdasarkan ideologi.

Debat-debat yang telah kita lihat sebegitu membosankannya. Retorika yang sama dilontarkan lagi dan lagi. Paling tidak kedua kubu selalu berbicara soal rakyat dan kemiskinan, itu saja. Tentu mereka menargetkan pemilih yang “kurang beruntung”, karena kelas sosial yang lebih tinggi sudah ketebak pemetaannya.  Perdebatan itu diperuntukkan hanya sebagai hiburan bagi fans fanatik politik yang pragmatis. Yang lainnya bakal bingung akan inti dari perdebatan-perdebatan itu.

Terlepas dari kemeriahan “pesta” demokrasi ini, kita dapat melihat problematika dari sudut pandang para pemilih labil. Sesungguhnya para pemilih labil ini tidaklah bodoh, melainkan pemilih yang benar-benar memposisikan dirinya sebagai zoon politikon. Mereka berpikir akan masa depan, dan melihat segala kemungkinan yang terjadi apabila calon pemimpin berhasil menduduki kursi istana.

Sebagian dari mereka putus harapan dan memilih golput. Sebagian lagi mungkin tetap memilih the lesser evil. Namun ini bukan masalah mencoblos atau tidak mencoblos, melainkan penderitaan yang mereka alami dengan begitu banyakanya informasi dari kedua kubu. Kebingungan pasti akan sampai, dan titik lelah jadi akibatnya. Pemilih yang belum menentukkan pilihannya bisa tersesat.

Maka saya punya pesan kepada pemilih yang masih bingung : lebih baik tutup telinga dan menyendiri ! Sebagai manusia yang beradab, kita memilki tingkat pemikiran yang kritis. Tidak perlu memilih karena orang lain menyuruhmu untuk memilih. Sejatinya kita punya prinsip kepada apa yang kita percayai. Ini bukan perkara mudah, karena suara individu adalah hak individu. Para pendukung yang memantapkan pilihannya jauh-jauh hari sudah memilih sebelum tanggal 17 April 2019. Dan yang benar-benar memilih pada tanggal 17 April 2019 itu tidaklah banyak.

Dan kepada para pemilih yang sudah punya calon favorit, lebih baik bersenang-senanglah dengan para kawan-kawan kalian. Hargai pilihan orang lain dan jadilah pemilih yang bertanggung jawab. Mungkin orang-orang disekelilingmu sudah tahu betul siapa yang akan kau pilih, tetapi ada juga orang-orang yang tak mau tahu kau memilih siapa. Bukan berarti ini sebuah larangan, tetapi sekiranya menahan emosi dan lebih santai dalam berpolitik.

Tapi saya berpesan begini juga percuma. Kalau sudah bebal pemikirannya juga susah. Apalagi kalau ada yang berkata, “Dek, masih kecil jangan sok pinter politik.”. Terkadang ada juga yang menanyakkan berapa usiaku ? Memang sulit untuk beri nasihat kepada orang yang lebih tua. Pastinya mereka sadar kalau umurku masih muda. Sepertinya mereka melewatkan pemilih muda dan labil. Selamat berjuang ibu dan bapak !

Kevin Ng
Kevin Ng
Kevin saat ini sedang melakukan studi di University of Western Australia dan merupakan jurnalis lepas di salah satu media Indonesia di Australia. Ia tertarik pada filsafat, ilmu sosial, komunikasi, sejarah, bisnis, politik dan ekonomi, serta berbagai macam topik lainnya. Ia terbuka untuk berdiskusi atau sekedar berbincang mengenai isu-isu aktual hingga bercandaan.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.