Kamis, April 18, 2024

Perpustakaan Alternatif

Bagasyusuf
Bagasyusuf
Pembelajar. Sehari-hari aktif di Kelompok Studi Kalamkopi dan kuliah di Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang.

Satu fenomena mutakhir yang dapat kita tangkap dalam dunia literasi ialah menjamurnya perpustakaan alternatif. Yang paling kentara, tentu keberadaan perpustakaan jalanan yang tersebar nyaris di setiap kota di Indonesia. Perpustakaan tersebut, biasanya, hadir di ruang-ruang publik seperti di trotoar jalan protokol, di emperan gedung, di alun-alun kota, ataupun di lokasi pusat keramaian lainnya. Keberadaan perpustakaan jalanan semacam ini, sebenarnya dapat dimaknai sebagai pertanda bahwa membangun semangat literasi dan kesadaran membaca, ternyata tidak hanya ditandai dengan pembangunan gedung perpustakaan yang megah, namun dapat pula diupayakan untuk tumbuh di mana saja, bahkan jika itu hanya bermodalkan sebuah tikar.

Beberapa waktu ke belakang, pelbagai perpustakaan alternatif ini mulai menggabungkan dirinya ke dalam Aliansi Perpustakaan Jalanan. Menurut data yang penulis miliki, setidaknya terdapat 44 perpustakaan alternatif yang membentang dari ujung barat Pulau Jawa, seperti Perpustakaan Lentera Ilmu di Tanggerang, hingga ke sebelah timur seperti Perpustakaan Aliansi Literasi Surabaya. Di luar Pulau Jawa, beberapa yang tercatat ialah Perpustakaan Ngemil Buku di Pontianak, Perpustakaan Sindikalapak di Makasar, Perpustakaan Jalanan Tanjung Pinang di Kepulauan Riau, dan Perpustakaan Jalanan Denpasar Bali.

Sementara di lingkungan Universitas Negeri Semarang sendiri, sependek yang penulis ketahui, terdapat perpustakaan sejenis di dekat kantin Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang diselenggarakan oleh Komunitas Ruang Baca, serta Perpustakaan Emperan yang diinisiasi Komunitas Kalamkopi, di depan Gedung KWU, Universitas Negeri Semarang.

Tidak berhenti dengan membaca, beberapa perpustakaan alternatif pun rutin menerbitkan produk tulisan mereka, baik berupa Zine, buletin, pamplet, ataupun bentuk produk tulisan lainnya. Sebagai contoh, Aliansi Literasi Surabaya, beberapa waktu yang lalu menerbitkan Zine bulanannya yang ketiga, dengan tajuk Taman Kota. Di Semarang, Perpustakaan Emperan Kalamkopi, juga menerbitkan produk tulisannya dalam bentuk buletin dengan nama Swara. Sementara di Bandung, Perpustakaan Jalanan Bandung, masih istiqomah menerbitkan produk Zine mereka yang berjudul Bersyarekat!.

Selain memfasilitasi lapak membaca gratis, beberapa perpustakaan alternatif pun kerap membuat serangkaian kegiatan menarik seperti nonton bareng, diskusi buku, panggung kesenian (musik, puisi, dll), hingga acara makan-makan bersama. Bahkan dalam perkembangannya, disamping berguna sebagai ruang pertukaran gagasan dan pendistribusian bahan bacaan, perpustakaan alternatif bisa pula menjadi ruang konsolidasi dalam pengarus-utamaan isu-isu sosial. Perpustakaan Jalanan Purwokerto misalnya, sudah beberapa bulan terakhir ini turut menjadi ruang berkumpulnya berbagai elemen masyarakat, yang sama-sama resah dengan rencana pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Kaki Gunung Slamet. Bergeser ke Jawa Barat, Perpustakaan Jalanan Bandung pun turut aktif dalam berbagai bentuk aksi solidaritas, terutama yang terkait dengan praktik penggusuran yang kian marak terjadi di Kota Bandung. Kasus penggusuran di Kebon Jeruk, Dago Elos, dan Tamansari adalah sedikit contoh praktik penggusuran dan isu sosial yang turut diwacanakan oleh Perpustakaan Jalanan Bandung.

Dengan dibentuknya jaringan aliansi sesama pegiat perpustakaan alternatif, maka persebaran informasi antar perpustakaan pun mengencang dengan sendirinya. Sebagai contoh, pada hari Kamis (12/10), selain menjajakan lapakan buku seperti biasannya, Perpus Emperan Kalamkopi menggelar diskusi terkait eksploitasi berwajah geothermal, yang terjadi di Gunung Slamet. Selain bertujuan untuk belajar dan memahami sebuah persoalan dengan medium bincang-bincang, penyelenggaraan diskusi tersebut tidak lain adalah bentuk sekecil-kecilnya solidaritas, kepada teman-teman yang sedang berjuang di daerah Purwokerto dan sekitarnya. Lebih lanjut, pertukaran informasi yang lalu-lalang di dalam Aliansi Perpustakaan Jalanan pun, tak jarang, bahkan mampu bertransformasi menjadi rancangan kegiatan bersama, dengan skala keikut-sertaan aliansi yang lebih besar. Kemarin (20/10), saat aksi Longmarch buruh AMT (Pertamina) dari Bandung ke Jakarta, jejaring pegiat perpustakaan alternatif se-Jabodetabek segera merespon dan sekaligus bersolidaritas, dengan membuat serangkaian agenda penyambutan dan dukungan moral bagi awak mobil tangki yang dipecat secara massal. Praktik-praktik solidaritas semacam inilah, yang kemudian membuat perpustakaan alternatif menjadi semakin hidup.

Dengan menjunjung semangat kolektif dan egaliter, beragam bentuk, aliran, dan varian perpustakaan alternatif pun pada akhirnya, mampu menciptakan iklim membaca dan ruang belajar yang lebih terbuka dan menyehatkan. Bahkan perpustakaan alternatif, justru telah bergerak lebih jauh dengan melampaui imajinasi tentang perpustakaan itu sendiri, yang tidak hanya dipersepsikan sebagai ruang aktivitas membaca an sich. Karena dengan cara melampaui itu lah, kita akan mengerti bahwa terdapat ruang alternatif lain setelah membaca di perpustakaan. Ruang konsolidasi, diskusi, perumusan aksi solidaritas, dan jaringan aliansi yang telah disingging di atas, hanya beberapa contoh kecilnya saja. Di luar itu semua, terdapat kemungkinan penciptaan ruang alternatif baru dari perpustakaan, yang perlu digali dan digarap bersama-sama. Mari!

Bagasyusuf
Bagasyusuf
Pembelajar. Sehari-hari aktif di Kelompok Studi Kalamkopi dan kuliah di Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.