Impian besar menuju Indonesia Emas 2045 sudah cukup lama didengungkan. Harapannya, di tahun 2045 Indonesia tumbuh menjadi negara yang masuk kedalam jajaran 4 besar kekuatan dunia. Anak tangga untuk menuju periode emas 2045 harus mulai ditapaki sejak sekarang. Bonus demografi yang menjadi modal utama tidak boleh disia-siakan.
Menuju Indonesia Emas 2045, Bonus Demografi merupakan salah satu faktor penting yang dapat memainkan peran kunci dalam mewujudkan visi tersebut. Bonus Demografi merujuk pada periode di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar daripada jumlah penduduk usia dependen (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Bonus Demografi terjadi ketika jumlah anggota usia produktif meningkat secara signifikan, memberikan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik.
Sentralnya peranan bonus demografi dalam menuju Indonesia emas 2045 mewajibkan kita untuk menyiapkan SDM yang mumpuni. Semua menjadi percuma ketika bonus demografi hanya berdasar pada kuantitas dan tidak diikuti oleh peningkatan kualitas. Kemudian bagaimana Indonesia menyikapi tantangan tersebut?
Sarana meningkatkan kualitas SDM yang paling efektif tentunya melalui Pendidikan, lantas bagaimana kondisi Pendidikan kita saat ini. Faktanya Pendidikan Indonesia masih memperlihatkan banyak lubang yang belum teratasi. Beberapa masalah utama yang sering disoroti melibatkan beberapa aspek seperti:
Pertama Aksesibilitas dan Kesetaraan: Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi kendala aksesibilitas terhadap pendidikan. Fasilitas pendidikan, terutama di daerah pedalaman, mungkin kurang memadai.
Selain itu, kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta antara daerah kaya dan miskin dapat memengaruhi kesetaraan pendidikan. Kesenjangan tersebut sebenarnya masalah kalsik dalam dunia Pendidikan nasional. Alih-alih menyelesaikan permasalahan kesenjangan tersebut, saat ini negara seolah sedang terjebak pada narasi digitalisasi dunia Pendidikan.
Bagaimana mungkin digitaliasasi Pendidikan terlaksana jika kesenjangan infrastruktur masih terjadi di berbagai tempat. Atau memang kemudahan akses Pendidikan hanya hak mereka yang tinggal di wilayah perkotaan.
Berikutnya, mengenai Kualitas Pendidikan. Meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, masih ada kekhawatiran terkait kurikulum, kualifikasi guru, dan metode pengajaran. Beberapa lembaga pendidikan mungkin kurang memadai dalam menyediakan pendidikan yang relevan dan berkualitas. Evaluasi mengenai kualitas Pendidikan belum menyeluruh.
Sejauh ini, evaluasi cenderung hanya dilakukan pada bagian kompetensi guru. Mensukseskan Pendidikan tidak bisa hanya dengan perbaikan dilingkungan sekolah. Setidaknya ada tiga pilar yang harus dievaluasi secara bersamaan yakni lingkungan keluarga, Masyarakat, dan sekolah.
Terakhir, Kurangnya Sumber Daya. Banyak sekolah di Indonesia menghadapi masalah kekurangan sumber daya, termasuk buku teks, fasilitas laboratorium, dan akses ke teknologi. Kekurangan ini dapat menghambat pengalaman belajar siswa. Kita seperti sedang terjebak pada glorifikasi kurikulum baru yang penuh hingar binger penggunaan teknologi.
Pertanyaannya, sudahkah semua bisa menikmati sumberdaya yang sama sehingga mampu ikut berpesta dalam euphoria yang sejajar dan setara. Banyaknya celah yang masih bisa kita temui masih optimiskah kita untuk menyongsong Indonesia emas 2045 dengan berbekal kekayaan bonus demografi.