Posyandu merupakan pelayanan kesehatan dasar untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Dalam perlaksanaan posyandu terdapat kader yang membantu menjembatani antara masyarakat dengan tenaga kesehatan dan membantu memecahkan masalah yang dialami masyarakat.
Pembentukan kader salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat agar ikut serta dalam menangani masalah gizi yang ada di lingkungan sekitar. Jumlah posyandu di Indonesia adalah sebanyak 244.4770 posyandu dengan jumlah kader sebanyak 1.133.057 orang. Kader posyandu yang aktif sebanyaj 784.505 orang (69,2%) sedangkan sisanya terdata sebagai kader namun tidak aktif lagi (Setianingsih,2021).
Upaya peningkatan sumber daya manusia dimulai dengan proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai usia dewasa. Masa balita adalah masa di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga sering disebut dengan golden age.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak selama berada dimasa golden age, salah satunya dengan memenuhui kebutuhan gizi anak. Pelayanan di Posyandu berkaitan dengan:
1. Cakupan pelayanan gizi pada balita 0–5 tahun guna mengetahui status gizi balita dengan menggunakan buku KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS).
2. Cakupan imunisasi serta prevalensi gizi kurang disetiap wilayah. Sikap dengan perilaku kepatuhan ibu dalam membawa balita ke posyandu, kurang menyadari pentingnya pelaksanaan posyandu untuk mengetahui kesehatan anak balita.
Selain itu, pengetahuan menjadi hal yang berpengaruh dalam sikap ibu balita terhadap pelaksanaan posyandu. Banyak ibu balita yang masih kurang mengetahui pentingnya program posyandu untuk pertumbuhan anak balitanya (Seragih, 2019). Ketidakhadiran ibu ke posyandu dapat menyebabkan; Ibu tidak mendapatkan informasi mengenai stimulasi tumbuh kembang anak; Tidak memperoleh pemberian makanan tambahan (PMT); Balita tidak mendapatkan vitamin A serta imunisasi, dan tidak terpantau tumbuh kembangnya setiap bulan.
Peran kader berupaya mengajak ibu balita melalui grup Whatsapp untuk menyebarluaskan informasi atau jadwal seputar posyandu agar mendorong ibu balita untuk membawa anak balitanya ke posyandu.
Tidak hanya itu pihak Puskesmas dan pihak Kelurahan (Kepala Kelurahan) setempat secara berkla melakukan refresh kader guna meningkatkan pengetahuan kader dan memberikan reward kader yang aktif sehingga bisa menjadi motivasi kader untuk lebih aktif meningkatkan moitivasi ibu balita agar mau berkunjung ke posyandu tiap bulannya (Faiqah, 2022).
Untuk meningkatkan kepatuhan ibu balita ke Posyandu dalam peningkatan program kesehatan di Posyandu dapat dilakukan dengan meningkatkan fasilitas pelayanan di posyandu, kader dan petugas kesehatan memberikan bimbingan dan pembinaan kepada ibu balita dan berkerjasama antar petugas kesehatan dalam meningkatkan kegiatan di Posyandu secara terus–menerus. Kunci keberhasilan pelaksanaan posyandu adalah tumbuhnya partisipasi pada masyarakat.
Referensi
Saragih, E., Nababan, D., and Sihombing, M., 2019, “Hubungan Kualitas Pelayanan Kader Dengan Kepatuhan Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu Di Desa Gasaribu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir,” Indones. Trust Heal. J., 2(2), pp. 179–189.
Setianingsih, A., Dulakhir, D., and Yusup, N. S., 2021, “Hubungan Sikap, Motivasi DanmDukungan Tokoh Masyarakat Terhadap Perilaku Kepatuhan Ibu Dalam Membawa Balita Ke Posyandu,” J. Ilm. Kesehat., 13(2), pp. 165–173.
Faiqah, Z. Al, and Suhartatik, S., 2022, “Peran Kader Posyandu Dalam Pemantauan Status Gizi Balita: Literature Review,” Al Hikmah Indones. J. Early Child. Islam. Educ., 5(1), pp. 19–25
