Kamis, April 25, 2024

Peran Ormas Mendidik Mualaf Nasionalis

Bagus Supriadi
Bagus Supriadi
Suka menulis apa saja sejak menempuh pendidikan di Pesantren Nurul Jadid Probolinggo. Sejak 2002 hingga 2012. Sekarang tinggal di Jember, menyelesaikan studi pascasarjana IAIN Jember.

Organisasi kemasyarakatan maupun keagamaan memiliki peran penting dalam mewujudkan mualaf yang nasionalis. Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari.

Sebab, salah satu yang dilakukan oleh organisasi keagamaan hanya bergembira ketika banyak mualaf. Mereka menuntut membacakan syahadat, namun tidak dibina dengan baik sehingga kehilangan arah. Padahal, ormas memiliki tanggungjawab agar mualaf itu tak hanya menjadi muslim yang baik, tetapi juga menjadi warga negara yang cinta tanah air berdasarkan ajaran agamanya.

Sebut saja ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, ormas dengan pengikut yang cukup besar di Indonesia. Seberapa besar peran dua organisasi tersebut dalam pembinaan terhadap muallaf. Selama ini, para ustaz di sejumlah daerah belum memiliki konsep yang pasti.

Mualaf sendiri pindah agama karena berbagai alasan, selain konflik jiwa, juga karena faktor ekonomi dan keluarga. Perbedaan latar belakang itu perlu ditangkap dengan cara yang berbeda.

Cara yang dilakukan mualaf dengan mendatangi kiai untuk meminta petunjuk. Sedikit yang datang pada organisasi NU atau Muhamadiyah. Namun datang pada kiai dan mengikrarkan diri.

Sang kiai pun membina dan mengajari muallaf tentang ilmu dasar Islam. Seperti rukun iman dan rukun Islam. Mengajari cara melakukan ibadaha salat, wudhu’ puasa dan cara mengaji. Muallaf datang ke tempat kiai untuk belajar.

Dalam proses pembelajaran itu, materi yang disampaikan seputar agama. Tidak menyentuh materi tentang pandangan Islam menjadi warga negara yang baik. Tidak ada pembahasan tentang pancasila.

Untuk itulah, ormas perlu hadir mendampingi para mualaf yang terus meningkat ini. Bila tidak, mereka bisa menjadi warga negara yang memahami Islam secara tekstual dan tidak mengakui Pancasila dan NKRI karena tidak terdapat dalam ajaran Islam.

Pembinaan terhadap mualaf agar menjadi warga yang mengamalkan pancasila ditangkap oleh PITI Jember. Yakni ingin  mewujudukan Islam Rahmatan Lil alamien. Islam yang menerbarkan perdamain bagi semua makhluk, menciptakan kerukunan di tengah keberagaman.

Wadah ini menjadi tempat berdiskusi untuk memahami Islam nusantara. Nilai-nilai pancasila dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan. Misal, menjalin silaturahim dengan berbagai agama yang berbeda.

Ada sekitar 200 mualaf yang aktif dalam organisasi ini. Mereka yang ingin bergabung harus mencintai dan mempartahankan NKRI. Hal itu selalu disampaikan pada muallaf. Sebab, rasa cinta tanah air merupakan bagian dari Islam Rahmatan Lil alamin.

Apalagi, tak semua keluarga Muslim Tionghoa beragama Islam. Ada diantara mereka yang satu keluarga, namun berbeda agama. Perbedaan agama di dalam keluarga itulah yang harus disikapi dengan bijaksana. Yakni dengan menunjukkan dengan akhlak yang baik.

Bagus Supriadi
Bagus Supriadi
Suka menulis apa saja sejak menempuh pendidikan di Pesantren Nurul Jadid Probolinggo. Sejak 2002 hingga 2012. Sekarang tinggal di Jember, menyelesaikan studi pascasarjana IAIN Jember.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.