Dalam organisasi komunikasi begitu sangat penting dibutuhkan, bagaimana kita dapat mencapai tujuan organisasi yang baik, kalau saja komunikasi kita tidak berjalan dengan lancar, untuk itu peran komunikasi organisasi dalam Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan untuk meningkat kenyamanan dalam berorganisasi.
Kepemimpinan adalah proses memprovokasi atau memberi misal oleh pemimpin untuk bawa-hanya dalam upaya menjangkau tujuan organisasi (Handoko, 2011). Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah melakukanya dengan bekerja atau dalam berorganisasi
Dengan kemampuan pemimpin untuk berkomunikasi secara efektif tentunya anggota komunikasi organisasi tersebut dapat memberikan ruang dalam berinteraksi di suatu organisasi tersebut untuk mencapai tujuan Bersama.
Terdapat sepuluh sifat pemimpin yang unggul yang diutarakan oleh G.R Terry (2010:47, dalam Kartono), yaitu: (1). Kekuatan, (2). Kestabilan Emosi, (3). Pengetahuan mengenai relasi insani, (4). Kejujuran, (5). Tidak subyektif, (6). Dorongan pribadi, (7). Kemampuan berkomunikasi, (8). Kemampuan mengajar, (9). Keterampilan sosial, (10). Kecakapan teknis atau kemampuan manajerial.
Efektivitas kepemimpinan adalah pemimpin yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik dengan memberikan manfaat bagi organisasi seperti mejaga reputasi organisasi yang baik, selalu memotivasi bawahannya, meningkatkan keuntungan (profit) untuk organisasi. Tingkat efektivitas kepemimpinan ditentukan dari hasil bersama antara pemimpin dan orang–orang yang di pimpinnya dan sangat di pengaruhi oleh kepribadian pemimpin tersebut.
Dalam Era globalisasi yang semakin hari semakin menunjukan perkembanganya ini, masing-masing perusahan mesti siap dalam menghadapi kompetisi industri. Perusahan mesti memiliki ket-erampilan dalam sekian tidak tidak banyak macam aspek dan merumuskan strategi dalam menghadapi evolusi yang terjadi di perusahaan. Hal ini bertujuan supaya target masing-masing tujuan perusahaan dapat dijangkau dengan optimal.
Demi tercapainya target yang optimal, perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang saling berhubungan. Dalam undang-undang ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003, bahwa demi terwujudnya pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan status yang paling urgen sebagai pelaku dan tujuan.
Menurut Lord & Maher (Nye & Simonetta, 1996, Muh Su’ud, 2000, dalam Raharjo dan Nafisah, 2006), seseorang menjadi pemimpin karena dipersepsikan oleh pihak lain sebagai pemimpin. Jika pegawai merasa nyaman dengan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpinnya, sikap positif tentunya akan muncul dalam proses kinerjanya.
Sebaliknya, jika pegawai merasa tidak nyaman dengan gaya kepemimpinan yang ada dalam diri pemimpinnya, sikap negatif dari pegawai tersebut pun akan muncul. Kemampuan komunikasi tersebut pun perlu dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang efektif sehingga dapat menciptakan suasana berorganisasi yang dapat memotivasi para pegawainya untuk memberikan kinerja terbaiknya.