Jumat, April 26, 2024

Pentingnya Mendorong Dapur Senjata Indonesia

Vido Chandra Panduwinata
Vido Chandra Panduwinata
Leiden University Graduate and Former Assistant Researcher at Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia

Kemandirian industri pertahanan nampaknya sudah menjadi sebuah “keharusan” bagi setiap negara. Banyak sekali contoh dari negara maju atau bahkan negara berkembang seperti Turki dan Brazil yang sudah mampu memiliki industri pertahanan yang kuat dan mandiri.

Namun, perlu diketahui bahwa Indonesia juga memiliki Industri pertahanan yang mampu bersang di level internasional. Capaian industri ini memang jarang menjadi perhatian media karena produk dan konsumennya yang sangat spesifik.

Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini, industri pertahanan nusantara berhasil mencuri perhatian di media lewat kemampuannya di lapangan. Gebrakan Indonesia di dunia internasional dapat dilihat dari kesuksesan prajurit TNI menjuarai Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2018 yang untuk kesebelas kalinya.

Prajurit Indonesia berhasil membawa pulang 36 medali emas, 18 perak, dan 13 perunggu. Dalam kompetisi yang digelar oleh Angkatan Darat Australia ini, seluruh prajurit TNI dibekali senjata SS2-V1 yang seluruhnya hasil karya PT Pindad.

Namun, lepas dari segala kesuksesan dan capaian yang luar biasa ini, Indonesia tidak boleh berbesar hati. Masih banyak masalah di dalam negeri yang menghambat perkembangan industri pertahanan ini.

Demi mendorong industri pertahanan yang mandiri dan kuat, kerjasama dan komitmen adalah kunci. Sinergi antara seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam industri ini seperti pemerintah, militer, dan sipil khususnya dari perguruan tinggi sangatlah diperlukan.

Pada dasarnya upaya pemerintah dalam menguatkan industri pertahanan sudah masuk dalam rencana strategis yang tertulis dalam Nawa Cita. Untuk mewujudkan Misi Nawa Cita ke 1, pemerintah menyusun 10 sub agenda yang harus tercapai. Selain dari menguatkan sistem pertahanan, meningkatkan profesionalisme TNI Polri, mengimplementasi politik luar negeri bebas aktif; membangun industri pertahanan nasional juga termasuk salah satunya.

Jika dilihat, pada dasarnya upaya dalam meningkatkan atau menguatkan industri pertahanan memang sudah masuk menjadi program pembangunan pemerintah. Namun, pertanyaannya adalah sudah sejauh mana komitmen dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan terhadap perkembangan industri ini?

Pada dasarnya, membangun industri pertahanan yang kuat sangat membutuhkan sinergi antara TNI selaku konsumen, perusahaan BUMN terkait, dan perguruan tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi dalam industri ini tidak kalah penting karena disinilah gudangnya talenta-talenta muda berbakat Indonesia ditemukan.

Oleh karena itu, ketiga komponen ini memiliki perannya masing-masing yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan tentunya tidak dapat tergantikan. Namun, jika dilihat dari perjanjian kerjasama dalam industri ini, jumlah kerjasama pemerintah Indonesia dengan negara lain masih lebih banyak dibandingkan dengan akademisi Indonesia.

Padahal pemanfaatan sumber daya manusia lokal tidak kalah pentingnya dengan menjalin kerjasama dengan negara lain. Paling tidak pelibatan perguruan tinggi Indonesia dalam industri ini akan memberikan ruang bagi talenta-talenta muda berbakat Indonesia untuk unjuk gigi dan berkontribusi secara langsung pada negeri.

Selain mendorong dan meningkatkan komitmen melalui penyerapan talenta lokal, ada cara lain dari segi penguatan struktur BUMN yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendorong industri ini. Hal yang bisa dilakukan adalah membentuk induk BUMN atau holding yang mampu untuk memimpin, mengintegrasikan dan mengarahkan perusahaan BUMN strategis dalam industri pertahanan.

Perlu diingat bahwa ada banyak perusahaan BUMN yang terlibat dalam industri ini seperti PT. Pindad, PT. Dirgantara Indonesia (DI), PT. PAL, PT. INKA, PT. Krakatau Steel dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sebuah induk BUMN ini secara otomatis akan menjaga kesamaan visi dan misi industri pertahanan.

Bukan hanya itu, industri pertahanan diketahui sebagai industri yang sangat kompleks dimana tingkat kesuksesannya sangat dipengaruhi oleh perencanannya. Perencanaan dalam industri ini termasuk pembuatan blueprint, sehingga seluruh program bisa berlangsung baik dalam jangka menengah dan panjang.

Oleh karena itu, dengan memiliki induk dalam industri ini, setidaknya Indonesia sudah bisa fokus untuk membangun industri pertahanan kedepannya mampu men-design, membuat prototype, produksi, pemasaran, purna jual, sampai suku cadang  dapat dilakukan semua di dalam negeri.

Mengenai masalah induk BUMN ini, mantan Direktur Utama PT. Pindad, Silmy Karim juga pernah mengusulkan hal ini karena ia melihat bahwa industri pertahanan Indonesia masih “di anak tirikan” oleh pemerintah.

Hal ini dapat dilihat dari Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2015-2035 dibawah kepemimpinan Menteri Perdagangan pada saat itu, Saleh Husin, yang tidak secara gamblang memetakan industri pertahanan sebagai salah satu prioritas. Padahal, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pembangunan industri pertahanan adalah salah satu agenda pemerintah sesuai dengan Nawa Cita. Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa komitmen pembangunan industri ini masih lemah dan koordinasi antar pemangku kepentingan masih belum matang.

Rasanya sangat disayangkan apabila industri ini kurang mendapatkan perhatian karena sebetulnya sangat berpotensi.  Armoured Personnel Carrier yang dikenal dengan Anoa saja dipakai oleh pasukan tentara PBB di berbagai operasi mereka di Afrika. Kembali lagi, hal ini menunjukan bahwa potensi anak bangsa itu nyata, hanya tinggal seberapa jauh ambisi Indonesia untuk bersaing di level internasional.

Sebetulnya, sistem induk BUMN dalam industri pertahanan pernah dibuat sebelumnya di Indonesia. Induk BUMN ini adalah Bahana Prakarya Industri Strategis (BPIS) yang dibentuk di era Orde Baru. Namun semuanya harus terhenti pada tahun 1998 karena krisis moneter. Merujuk pada fakta ini, sebetulnya ini bukan barang baru bagi pemerintah Indonesia.

Namun, jika pemerintah memutuskan untuk membentuk sistem ini, inisiasi ini harus disertai dengan approach dan manajemen yang jauh lebih modern dan profesional dibandingkan era Presiden Soeharto. Indonesia mungkin bisa belajar dan menjadikan Temasek Group dari Singapura sebagai contoh.

Temasek Holding Limited adalah perusahaan BUMN terbesar yang dimiliki Singapura dan menjadikan Kementerian Keuangan mereka sebagai pemegang saham tunggal perusahaan ini. Melalui kendali Temasek, perusahaan BUMN dibawah mereka menjadi terarah dan terpusat, namun berada tetap di genggaman pemerintah.

Lalu apa pentingnya Indonesia mendorong industri pertahanan di tengah banyak industri lain yang juga perlu didorong? Hal pertama yang harus diingat adalah hampir seluruh negara maju seperti AS, Jerman, dan Belgia  memiliki industri pertahanan yang kuat dan mandiri.

Bahkan negara-negara berkembang seperti India, Turki, dan Brazil juga memiliki industri pertahanan yang terus menguat. Oleh karena itu, industri pertahanan ini dalam level negara berpengaruh dunia bisa dilihat sebagai harga diri bangsa. Indonesia sebagai negara besar yang cukup berpengaruh di dunia sudah seharusnya sadar akan potensi dari industri ini. Untuk Indonesia, sukses atau tidaknya industri ini sekarang ditentukan oleh komitmen seluruh pemangku kepentingan.

Vido Chandra Panduwinata
Vido Chandra Panduwinata
Leiden University Graduate and Former Assistant Researcher at Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.