Tak kenal maka tak sayang, mungkin ini yang menjadi penyebab mengapa ilmu bisa saling bersangkutan antara satu sama lain.
Teman saya pernah berkata demikian, “Aduh pusing banget cuma bahas satu materi aja tapi dijelasinnya muter-muter udah kaya lagi keliling dunia.” Pernahkah kalian mengeluh hal yang sama seperti ini? Kalau iya, sebelum kalian mau mengeluh, kalian harus paham mengapa hal seperti ini bisa saling berkaitan. Terkadang hal-hal yang ada di luar dugaan bisa saling berkaitan dan sama-sama punya kontribusi besar di dalamnya.
Seperti warna dan psikologi, menurut kalian apa hubungan dari keduanya? Padahal, dari kategorinya sudah terlihat jelas bahwa ilmu ini adalah dua hal yang sangat berbeda. Namun tanpa kita ketahui, memahami psikologi dalam warna dapat sangat membantumu dalam mengerjakan tugas desain maupun suatu karya. Jika kita dapat menelusuri lebih jauh, kita akan menemukan ilmu baru yang bermanfaat untuk diterapkan ke dalam pekerjaan desain.
Apa itu arti psikologi, warna, dan kecerdasan emosi?
Sarwono (2011) mendefinisikan psikologi dalam tiga definisi. Yang pertama, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Kedua, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat manusia. Ketiga, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup untuk lingkungannya. Poin penting dari pernyataan di atas adalah, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sebuah respons makhluk hidup kepada lingkungannya.
Lantas, apa itu warna? Menurut Farhan Suhartono (2014), warna adalah salah satu unsur kehidupan yang digunakan manusia untuk membedakan sesuatu. Dari dua definisi yang sudah kita dapatkan, ada satu kesimpulan yang bisa kita ambil. Psikologi dan warna bisa saling terhubung karena warna adalah unsur kehidupan yang digunakan manusia untuk membedakan sesuatu, ‘membedakan’ disini dapat dikatakan sebagai suatu respons yang diterima sebagai penggambaran dari psikologi.
Dari kesimpulan kecil ini kita bisa menerima efek lanjutan dari keduanya yaitu kecerdasan emosional. Goleman (1995: 2014) mengatakan bahwa, Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memantau perasaan, emosi diri sendiri dan orang lain, memilah emosi yang ada, dan memakai informasi tersebut untuk memandu pikiran serta tindakan seseorang. Sorotan penting dari perkataan Goleman di atas adalah, bahwa kecerdasan emosional merupakan sebuah respons yang nantinya dapat digunakan untuk memandu pikiran kita.
Psikologi warna, dan hubungannya dengan emosi seseorang
Dina Rahmawati melalui artikelnya yang dirujuk oleh Dr. Karlina Lestari mengatakan bahwa, “Psikologi warna adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh warna terhadap suasana hati, perasaan, emosi, dan perilaku manusia.” Dari definisi di atas, dapat kita pahami bahwa warna berpengaruh terhadap suasana hati, perasaan, bahkan emosi seseorang.
Hal ini membuktikan bahwa warna, psikologi, dan emosi saling berkaitan. Warna dapat menciptakan suasana sesuai dengan perspektif apa yang bisa kita tangkap dari wana tersebut. Selanjutnya, psikologis kita akan bekerja disini untuk merespons suasana apa yang bisa kita tangkap dari warna tersebut. Dan pada tahap selanjutnya, psikologis kita akan memberikan sinyal kepada emosi kita untuk memberikan respons yang sesuai dari warna yang dilihat.
Sebagai contoh, setiap kali melihat warna merah apa yang bisa kalian rasakan dari warna tersebut? Tentu kebanyakan orang pasti berpikir merah sangat cocok untuk warna yang menggambarkan semangat, menyala-nyala, dan sexy. Perspektif inilah yang dinamakan psikologi warna, yaitu dimana kita bisa melihat emosi yang ada dari suatu warna tertentu sehingga hal ini juga yang bisa mempengaruhi suasana hati kita.
Pentingnya memahami psikologi warna untuk desain
Waldi Rasyid (2014) mendefinisikan, “Warna adalah hal yang paling menonjol dalam menarik perhatian dari unsur lain. Setiap warna mempengaruhi kejiwaan seseorang dalam berbagai suasana dan perasaan seperti warna yang dapat dirasakan panas dan dingin, bergairah, tenang, nyaman, sejuk, terasa lapang dan sempit.” Monica (2011) mengatakan bahwa warna dalam desain grafis memberikan peran yang sangat penting untuk membangun suasana, memperkuat citra produk dan bisnis.
Dari kedua pertanyaan di atas saja, kita dapat melihat bahwa mengetahui psikologis warna sangat penting dalam mendesain suatu produk. Mengapa demikian? Ketika kita menciptakan suatu produk dengan fungsi tertentu, kita juga harus menyesuaikan warna agar tidak terjadi kesalahpahaman arti. Seperti misalnya kita ingin mendesain warna dari sebuah botol minuman energi, namun kita memberikan warna abu-abu muda untuk desain kemasannya. Hal ini tentu saja salah karena warna abu-abu muda memiliki kesan yang pucat dan lemas, sedangkan pada dasarnya energi seharusnya menggambarkan semangat yang biasanya sering digunakan pada warna merah. Kesalahan dalam mendesain warna seperti ini dapat mengurangi minat pembeli dan membuat pembeli kurang tertarik untuk melirik produk tersebut.
Dalam memilih warna untuk desain suatu produk, penting untuk kita mengetahui hubungannya dengan psikologi dan emosi seseorang. Apalagi sebagai desainer produk kita banyak dituntut untuk menciptakan desain yang sempurna baik dari segi bentuk maupun warna. Hal ini akan sangat berguna untuk menciptakan desain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kita juga tidak perlu bingung lagi untuk menyesuaikan warna yang sesuai dengan tema, karena pada hakikatnya warna itu sendiri memiliki suasana yang berbeda.
Daftar Pustaka :
Susanto, A. (2020). The Effect of Parental Guidance and Emotional Intelligence on Learning Achievement in Social Science. Journal of Family Sciences, 4(2), 120-129.Parnawi, Afi. 2019. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Depublish.Suhartono, Farhan. 2014. “Pengaruh Pemilihan Warna Interior Kamar Tidur Terhadap Psikologis Pengguna Kamar Tidur”. Tesis. Malang: Fakultas desain interior, Universitas Brawijaya.Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Rahmawati, Dina. 2020. Arti Warna yang Anda Sukai Menurut Psikologi Warna. Sehatq. 3 januari 2020. https://www.sehatq.com/artikel/arti-warna-menurut-psikologi-warna (diakses 14 Desember 2021)Christina Lauzar, Laura. 2011. “Efek warna Dalam Dunia Desain dan Periklanan”. Tesis. Jakarta Barat: Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara.Rasyid, Waldi. 2014. “Desain Buku Psikologi Warna”. Tesis. Padang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.