Jumat, Maret 29, 2024

Penjajahan Jepang di Indonesia

Murtini Murtini
Murtini Murtini
Saya adalah seorang pekerja lepas. Saya biasa melakukan pekerjaan menulis online terkait artikel-artikel.

Dalam Perang Dunia II (1939-1945), Jepang bergabung dengan Jerman dan Italia melawan Sekutu. Sekutu terdiri dari Amerika, Inggris, Belanda, dan Perancis. Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour (Hawai). Terjadilah Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya.

Dalam waktu singkat, pasukan Jepang menyerbu dan menduduki Filipina, Myanmar, Malaya, Singapura, dan Indonesia. Ketika masuk wilayah Indonesia, pertama-tama Jepang menduduki daerah penghasil minyak seperti Tarakan, Balikpapan, dan Palembang. Kemudian perhatian Jepang diarahkan untuk menguasai Pulau Jawa.

Tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil mendarat di tiga tempat secara serempak di Pulau Jawa, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Pantura), dan Pasuruan (Jawa Timur). Tanggal 5 Maret 1942 pasukan Jepang sudah berhasil menguasai Batavia.

Tanggal 8 Maret 1942 Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letjen Ter Poorten atas nama Angkatan Perang Sekutu menyerah tanpa syarat kepada Angkatan Perang Jepang yang dipimpin Letjen Hithoshi Imamura. Upacara serah terima ditandatangani di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Pasukan Jepang disambut dengan sukacita penuh harapan oleh rakyat Indonesia. Jepang dianggap sebagai pembebas bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Padahal Jepang punya rencana tersembunyi. Ada beberapa alasan Jepang menduduki Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Indonesia kaya akan bahan-bahan mentah, seperti minyak bumi dan batu bara. Wilayah Indonesia menghasilkan banyak produksi pertanian yang dibutuhkan tentara Jepang dalam peperangan. Indonesia memiliki tenaga manusia dalam jumlah besar yang diperlukan untuk membantu perang Jepang.

Setelah menduduki Indonesia, Jepang berusaha menarik simpati rakyat Indonesia. Ada tiga hal yang dilakukan Jepang, yaitu: Mengijinkan mengibarkan bendera Merah Putih Mengijinkan rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya Larangan menggunakan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari.

Bahasa pergaulan sehari-hari diganti dengan bahasa Indonesia. Untuk memikat hati rakyat, Jepang membuat propaganda tiga A. Propaganda yang dilancarkan Jepang itu berisi: Jepang pemimpin Asia Jepang pelindung Asia Jepang cahaya Asia Penderitaan Rakyat pada Masa Kedudukan Jepang Masa kependudukan jepang di Indonesia terbilang cukup singkat, tetapi dalam waktu singkat tersebut jepang membuat Indonesia pada masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan.

Beberapa penderitaan rakyat Indonesia adalah sebagai berikut: Merampas Hasil Pertanian Jepang merampas hasil pertanian rakyat, seperti padi dan jagung untuk persediaan makanan pasukan Jepang.

Akibatnya, rakyat tidak punya cukup makanan dan kelaparan. Karena kurang gizi rakyat makanan dan kelaparan. Karena kurang gizi rakyat mudah terserang penyakit. Berbagai penyakit seperti kolera, beri-beri, dan malaria merajalela. Obat-obata malaria merajalela.

Obat-obatan sulit didapatkan. Banyak rakyat Indonesia terpaksa memakai pakaian dari karung goni, pakaian dari daun rumbia. Karena penderitaan itu, ribuan rakyat meninggal.

Romusha Romusha adalah sistem kerja paksa yang diterapkan Jepang kepada penduduk Indonesia saat masa penjajahan. Tujuan romusha adalah memperkerjakan masyarakat secara sukarela untuk proses pembangunan dan propaganda Jepang. Jepang membutuhkan bantuan untuk proses pembangunan, seperti kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara di Indonesia.

Romusha berdampak pada tenaga kerja yang mengalami siksaan dan kelaparan. Mereka dipaksa terus melakukan pekerjaan berat seperti meratakan bukit, menggempur batu-batu di pegunungan, hingga menebang kayu di hutan. Para pekerja juga mendapatkan siksaan ketika bekerja.

Dampak romusha bagi bangsa Indonesia membuat banyak kematian, kesakitan, kekurangan makan, sampai terjadi banyak kecelakaan ketika bekerja. Pembatasan Pers Selama sama penduduknya di Indonesia, pemerintah penjajah Jepang melatih wartawan Indonesia mengenai teknik pemberitaan modern.

Selain itu pemerintah penjajah juga mengangkat wartawan Indonesia menjadi redaktur berbagai surat kabar di Jakarta (Asia Raya, Djakarta Pembangung. Kung Yung Pao), di Surabaya (Soera Asia), di Bandung (Tjahaja), di Semarang (Sinar Baroe), dan di Yogyakarta (Sinar Matahari).

Namun demikian keberadaan pers dikontrol secara ketat oleh pemerintah penjajah Jepang. Pers sepenuhnya diarahkan untuk melayani kepentingan pemerintah Jepang, yakni “Memobilisasi rakyat untuk melayani kepentingan pemerintah penjajah Jepang” Tanam Paksa dan Pajak Saat Jepang menjajah Indonesia, Jepang memberlakukan sistem tanam paksa.

Dalam sistem tanam paksa, rakyat Indonesia harus mengolah pertanian lalu diberikan kepada Jepang. Walaupun petani diperintah untuk tanam paksa, namun mereka tetap harus membayar pajak kepada Jepang.

Rakyat Indonesia harus membayar pajak ketika melewati jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum lainnya. Hal ini membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Perlawanan Menentang Penjajahan Jepang Perlawanan menentang penjajahan jepang dibagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut: Perlawanan bersenjata Perlawanan di Aceh Rakyat aceh di bawah pimpinan seorang guru mengaji (Tengku Abdul Jalil) melakukan perlawanan terhadap tentara jepang di Cot Plieng.

Perlawanan terjadi pada tanggal 10 November 1942. Perlawanan berawal dari tindakan yang sewenang- wenang yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan jepang. Usaha perundingan juga dilakukan, tetapi mengalami kegagalan. Karena gagal berunding, kemudian jepang menyerang Cot Plieng.

Tengku Abdul Jalil bersama para pengikutnya ditembak pada waktu mencoba melarikan diri dari kepungan jepang. dalam perlawanan di Cot Plieng ini menewaskan 90 tentara jepang dan 3.000 rakyat Cot Plieng.

Perlawanan di Singaparna Pemberontakan di Singaparna (Tasikmalaya,Jawa Barat) dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa, seorang pimpinan Pondok Pesantren Sukamanah, Singaparna. K.H. Zainal Mustafa tidak bersedia melakukan seikerai, yaitu pemberian penghormatan kepada kaisar jepang dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo.

Jepang memiliki kepercayaan bahwa kaisar Jepang adalah putra dewa matahari yang mereka sebut Amaterasu Omikami. Bendera Jepang Hinomaru mempunyai lambang matahari yang harus dihormati. Bagi siapa saja yang menolak melakukannya dianggap sebagai pembangkangan. Oleh karena itu, tentara Jepang tidak segan-segan memberi hukuman yang berat.

Selain tidak mau melakukan Seikerai, K.H. Zainal Mustafa melakukan perlawanan terhadap Jepang karena melihat kondisi kehidupan rakyat yang sangat menderita dan memprihatinkan akibat tindakan sewenang-wenangan Jepang. Karena tidak mau melakukan Seikerei, bahkan melakukan pemberontakan, Jepang mengirimkan pasukan untuk menggempur Sukamanah dan menangkap K.H. Zainal Mustafa. Pertempuran pun terjadi dan K.H.Zainal Mustafa beserta pengikutnya berhasil ditangkap dan ditahan di Tasikmalaya,kemudian dipindahkan ke Jakarta.

Perlawanan Peta Perlawanan peta terjadi yang terjadi hingga tiga kali, yaitu sebagai berikut: Perlawanan Peta di Blitar Pada tanggal 14 Februari 1945,terjadi pemberontakan Peta di bawah pimpinan Supriyadi (Putra Bupati Blitar).

Murtini Murtini
Murtini Murtini
Saya adalah seorang pekerja lepas. Saya biasa melakukan pekerjaan menulis online terkait artikel-artikel.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.