Selasa, April 23, 2024

Penggemar Berat K-Pop, Awas Celebrity Worship

Muhammad Raka Maulana
Muhammad Raka Maulana
Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahukah kamu kalau Indonesia jadi negara nomor satu dengan penggemar K-Pop terbanyak di dunia. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh IDN Times tahun 2019 (Sandy, 2019), presentase terbanyak yaitu sebesar 40,7% penggemar K-pop di Indonesia berkisar antara 20-25 tahun dan didominasi oleh perempuan. Hal ini tentu bisa saja bertambah setiap tahunnya, melihat semakin banyaknya brand-brand lokal yang bekerjasama dengan idol K-Pop untuk menjadikannya Brand Ambassador hingga beberapa boy/girl group yang mengadakan konser tur di Indonesia. Akibatnya, minat para penggemar semakin tinggi. 

Ketertarikan penggemar terhadap idolanya inilah yang perlu kita perhatikan. Walaupun perasaan yang timbul untuk mengidolakan seseorang itu merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, jika perasaan itu tumbuh secara berlebihan bisa berbahaya dan mengakibatkan yang namanya celebrity worship syndrome, loh. Sebenarnya apa sih itu?

Apa itu celebrity worship?

Celebrity worship syndrome dalam psikologis bisa diartikan sebagai penyimpangan bentuk rasa suka yang diikuti rasa obsesi secara berlebih terhadap kehidupan pribadi selebriti dan bersifat hubungan satu arah. Menurut Rojek (2012) celebrity worship adalah kecenderungan untuk mendekati idola yang dapat menyebabkan perilaku disfungsional. Gejala atau sindrom ini juga sudah dianggap sebagai gangguan mental, loh.

Orang yang terkena sindrom ini terlalu memuja idola atau selebriti kesukaannya. Mereka juga akan rela melakukan apapun yang berkaitan dengan idolanya. Berbagai cara dilakukannya agar bisa dekat, kenal, atau bahkan berhubungan dengan idolanya. Pasti kalian bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi dan seperti apa saja ciri-ciri orang yang terkena sindrom atau gejala ini. Mari kita bahas!

Kenali

Kita bisa melihat orang itu terkena gejala celebrity worship atau tidak dengan cukup mudah. Berikut beberapa contoh perilaku yang biasanya timbul:

1. Selalu menirukan gaya idolanya

Beberapa orang menirukan gaya berpakaian idolanya seperti rela membeli baju atau pakaian yang sama dengan harga yang cukup mahal hingga akhirnya timbul perilaku impulsive buying atau pembelian dengan spontan atau kurang menggunakan pikiran (Anin, dkk 2015). Kita tetap boleh menjadikan idola kita sebagai row model. Akan tetapi, jika sampai memaksakan diri dan juga merugikan diri sendiri itu tetap tidak baik, ya.

2. Merasa tidak rela idolanya disukai temannya

K-popers pasti sudah tidak asing dengan istilah “bias is mine”. Ya, hal ini banyak terjadi di kalangan k-popers terutama fans fanatik. “Bias is mine” adalah suatu anggapan atau klaim dari seseorang bahwa idolanya merupakan milik mereka seorang. Biasanya, ia merasa tidak rela jika orang lain atau temannya menyukai idola atau bias yang sama. Selain itu, ia akan membela idolanya walaupun melakukan kesalahan karena menganggap idolanya selalu benar. Tandanya itu tidak baik, ya.

3. Menjadikan idolanya sebagai bahan fantasi

Kebanyakan alasan dari K-popers menyukai idolanya karena memiliki paras yang tampan atau cantik. Namun, hal ini bisa mengarah ke negatif jika terlalu memujanya dan digunakan untuk hal tidak senonoh seperti memandangnya dalam ranah seksual. Tidak sedikit mereka yang menggunakan idolanya sebagai bahan kepuasan seksual mereka. Menyukai orang karena parasnya memang tidak ada yang salah, tetapi alangkah baiknya kita tetap dalam batas wajar saja, ya.

4. Menguntit kehidupan pribadi idolanya

Biasanya, di Korea Selatan, orang yang suka menguntit kehidupan idolanya secara berlebihan disebut dengan “sasaeng”. Para sasaeng rela mengikuti secara diam-diam kemanapun idolanya pergi demi mendapatkan informasi atau hanya sekedar ingin tahu kehidupan idolanya seperti apa. Contohnya seperti sengaja tidur di hotel/dorm yang sama, melacak tiket penerbangan, dll. Hal ini tentu bisa mengancam keselamatan dari si penggemar maupun idolanya sendiri. Waduh, cukup berbahaya, bukan?

Faktor

Menurut McCutcheon (dalam Kusuma, 2014), ada tiga faktor yang bisa memengaruhi seseorang terkena celebrity worship, yaitu:

1. Usia

Pada usia remaja sampai dewasa awal biasanya puncak celebrity worship terjadi, lalu menurun seiring bertambahnya usia individu tersebut.

2. Keterampilan sosial

Orang yang memiliki keterampilan sosialnya rendah atau buruk, cenderung meluapkan perasaannya kepada idolanya sehingga muncul gejala celebrity worship ini. Hal itu bisa terjadi karena mungkin saja ia tidak bisa mendapatkan hubungan di dunia nyata seperti susah bergaul atau tidak pernah pacaran.

3. Jenis kelamin 

Biasanya, para perempuan lebih mengidolai artis laki-laki. Begitupun sebaliknya, laki-laki lebih banyak mengidolai artis perempuan yang mereka sukai. Namun, remaja perempuan lebih rentan terkena karena cenderung lebih intens melakukan celebrity worship ini.

Dampak

Apakah sindrom ini berbahaya? Dikutip dari situs Newport Academy (6/4/21), celebrity worship memiliki dampak negatif terhadap mental dan dapat menimbulkan gejala-gejala psikologis. Orang yang terkena sindrom ini bisa merasakan gangguan kecemasan dan depresi. Selain itu, mereka biasanya akan sulit untuk kembali bergaul dengan banyak orang karena terlalu mementingkan diri sendiri sehingga terganggu aktivitas sosialnya.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah kesulitan dalam asmara bahkan bisa melakukan perilaku kejahatan. Jadi, bisa dibilang celebrity worship syndrome ini memiliki banyak dampak negatif yang berbeda-beda tergantung perilaku individunya. Duh, seram ya.

Solusi

Memiliki perasaan suka kepada idola merupakan hal yang sangat wajar jika kita tau batasan antara penggemar-idola yang baiknya seperti apa. Jangan sampai kita terlena hingga berlebihan dalam bersikap karena bisa melanggar moral dan itu tidak baik. Namun, jika kamu merasa sudah terlanjur terkena gejala ini, lebih baik segera cari pertolongan melalui ahlinya untuk berkonsultasi apakah benar kamu memiliki sindrom ini dan mungkin akan diberikan terapi untuk menemukan jalan keluar yang terbaik agar tidak semakin merugikan diri sendiri. So, lebih aware dengan diri masing-masing, ya.

REFERENSI:

Almaida, R., Gumelar, S. A., & Laksmiwati, A. A. (2021). Dinamika psikologis fangirl K-Pop. Cognicia, 9(1), 17-24.

Rojek, C. 2012. Fame attack: The inflation of Celebrity and its consequences. New York: Bloomsburry Publishing Inc

Widjaja, A. K., Ali, M. M. 2015. Gambaran Celebrity Worship pada Dewasa Awal di Jakarta. Humaniora Journal. 6(1), 21-28.

Impulsive Buying

Impulsive Buying

https://www.newportacademy.com/resources/mental-health/celebrity-worship-syndrome/

Muhammad Raka Maulana
Muhammad Raka Maulana
Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.