Jumat, Maret 29, 2024

Menengok Fanatisme Dua Ras Terkuat, Wibu VS KPopers

Tiara Chantika
Tiara Chantika
Psychology Stud at UIN Jakarta - ENFP

“Dasar wibu bau bawang!”, ujar KPopers yang kesal karena idolanya dibilang mirip plastik.

Saya yakin, para pembaca yang mampir kesini pernah mendengar kata “wibu” mapun “KPopers” setidaknya sekali dalam seumur hidupnya. Bagaimana tidak, kata julukan itu seringkali muncul dalam berbagai platform sosial media belakangan ini. Persentase jumlah wibu dan KPopers di Indonesia memang cukup banyak dan berasal dari berbagai kalangan. Lalu sebenarnya apa, sih yang dimaksud dengan wibu dan KPopers itu?

Wibu adalah sebuah julukan yang biasanya ditujukan pada mereka yang menyukai tontonan anime dan karakter dari animasi tersebut. Padahal, menyukai anime bukan berarti seseorang dapat dikatakan sebagai wibu.

Secara bahasa, wibu berasal dari kata serapan bahasa inggris yaitu weaboo. Ini merupakan ungkapan yang ditujukan pada seseorang yang menyukai budaya Jepang secara berlebihan meskipun tidak berasal dari negara Jepang. Nah, dari pengertian ini sudah cukup menjelaskan bahwa orang yang menonton anime bukan berarti ia adalah seorang wibu. Karena bisa jadi ia hanya menonton anime hanya karena jalan ceritanya yang seru dan memiliki genre yang beragam.

Nah, kalau wibu menyukai kebudayaan Jepang, maka pusat kecintaan seorang KPopers ada pada negara yang bertetangga dengan Jepang, yaitu Korea Selatan. KPopers adalah sebutan bagi para pencinta musik K-pop yang merupakan subgrenre musik pop asal Korea Selatan.

Musik K-pop menang sangat digandrungi oleh remaja, karena lagu-lagu mereka yang easy listening dan tidak monoton. Selain itu, video klip yang disajikan oleh para artisnya sangatlah menarik dan memiliki estetika, sehingga dengan mudah dapat menggaet minat non-KPopers.

Di dalam dunia K-pop terdapat suatu istilah yang disebut fandom, yaitu sekelompok orang yang menggemari suatu grup atau idol K-pop tertentu. Di Korea Selatan, terdapat banyak sekali grup K-pop yang mendebutkan dirinya. Namun sayangnya, tidak semua grup K-pop memiliki fandom yang mendunia.

Grup musik K-pop yang baru debut tentu saja harus berjuang dari awal untuk meraih banyaknya angka penggemar. Sementara fandom K-pop paling banyak di Indonesia diduduki oleh BTS dengan nama fandom ‘Army” dan Blackpink dengan nama fandom ‘Blink’.

Anime dan musik K-pop sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Saking banyaknya, para penggemar mereka eksis di berbagai platform di Indonesia. Wibu dan KPopers bahkan dijuluki ras terkuat karena jika ada seseorang yang menghina idol atau karakter favoritnya, maka mereka akan berubah menjadi mode senggol bacok. Mereka akan sigap pasang badan untuk melindungi figur kesukaannya tersebut. Pokoknya kalau tidak kuat mental, jangan macam-macam, deh sama dua ras ini!

Jadi Wibu dan KPopers, Apakah Normal?

Ya tentu saja normal dong! Sebagai manusia, kita memiliki hak untuk menyukai sesuatu. Menyukai anime dan musik K-pop sama saja kasusnya dengan menyukai sepak bola, industri dalam negeri, bahkan partai politik. Semua memiliki cara masing-masing untuk mengidolakan. Mungkin kita merasa aneh saat melihat seorang wibu yang tidak ada bosan-bosannya rebahan sambil menatap layar setiap hari. Mungkin juga kita merasa heran ketika melihat KPopers yang tidak ada lelah-lelahnya nge-dance sambil nonton bias-nya di tv. Namun kalau dipikir lagi, hanya itu satu-satunya cara mereka bertemu dengan tokoh favoritnya, dan mereka bahagia melakukan itu.

Akan tetapi, berlebihan menyukai sesuatu juga memiliki dampak yang negatif. Bukan hanya untuk para wibu dan KPopers, melainkan sesuatu yang lainnya. Menyukai sesuatu yang berlebihan akan menumbuhkan sikap fanatisme, di mana seseorang akan merasa hal yang ia suka lebih baik daripada kesukaan orang lain. Tak jarang pelaku fanatisme menghina bahkan mencemooh hal yang kurang ia sukai.

Sebenarnya, ini juga sering terjadi di media sosial. Kalau anda menginstal aplikasi Tiktok yang saat ini banyak digandrungi oleh masyarakat bahkan yang belum cukup umur, maka anda akan sering melihat pertarungan antara ras KPopers dengan ras wibu. Ras K-pop merasa bahwa tidak ada gunanya menjadi seorang wibu. Untuk apa menyukai karakter dengan fisik yang rata dan gepeng? Gepeng yang dimaksud disini adalah karena karakter anime berbentuk dua dimensi. Karakter anime tidaklah mungkin menjadi nyata, sehingga para wibu tidak akan mungkin bertemu dengan karakter kesayangannya.

Sementara sebagai balasannya, biasanya seorang wibu akan mencemooh dengan mengeluarkan kata-kata keramat yaitu K-pop plastik. Yang dimaksud plastik disini bukanlah karena idol Korea terbuat dari plastik, melainkan karena banyaknya rumor yang beredar bahwa para idol Korea melakukan operasi plastik agar memiliki wajah yang rupawan.

Namun biasanya, perdebatan ini dilakukan oleh wibu dan KPopers yang belum cukup umurnya. Pada wibu dan KPopers yang sudah dewasa dan memiliki akal yang sehat, hal-hal seperti ini tidaklah penting untuk diperdebatkan. Toh, karakter anime dan musisi K-pop sama-sama sulit untuk dimiliki, untuk apa membuang energi untuk berargumen sia-sia?

Sebisa mungkin, kita harus menghilangkan sikap fanatisme ini. Menyukai boleh, tetapi lakukanlah dengan cara sewajarnya. Jadilah KPopers dan wibu yang dewasa dan cinta damai. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menyukai. Setiap individu memiliki hak dan kebebasan menentukan apa yang menjadi favoritnya. Daripada ribut-ribut tidak jelas di sosmed dan mengganggu pengguna lainnya, lebih baik para wibu dan KPopers dapat memanfaatkan hobi mereka sebagai sarana pengembangan diri.

Menjadi wibu dan KPopers dapat membantu kita untuk mempelajari bahasa asing. Seperti yang kita tahu, Korea dan Jepang termasuk ke dalam negara maju di kawasan Asia tenggara. Industri musik, drama atau perfilman, elektronik bahkan otomotif mereka telah menguasai pasar global.

Sambil menyelam minum air, wibu yang sering menonton animasi atau KPopers yang sering menonton performance idolanya dapat belajar bahasa asing sambil bersenang-senang. Siapa yang tahu kalau sewaktu-waktu kita dapat kesempatan bekerja di perusahaan milik dua negara tersebut? Memperluas relasi juga dapat dilakukan, saking banyaknya anggota wibu dan KPopers, kita bisa berteman dengan memiliki teman berminat sama dari seluruh belahan dunia.

Menyukai sesuatu tidak ada salahnya, yang salah adalah ketika kita menyukai dengan cara yang tidak wajar. Perilaku fanatisme sangat tidak dibenarkan, daripada menjelekkan apa yang menjadi kesukaan orang lain, lebih baik kita fokus terhadap apa yang kita sukai. Setiap orang memiliki standar kebahagiaannya masing-masing. Ambil sisi positifnya dan buang sisi negatifnya, maka menyukai sesuatu akan jadi lebih menyenangkan dan sarat akan makna.

Tiara Chantika
Tiara Chantika
Psychology Stud at UIN Jakarta - ENFP
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.