Dampak Covid-19 dirasakan oleh hampir semua masyarakat dunia. Bahkan bukan hanya masyarakat saja, tetapi juga para pejabat pemerintah pun merasakan pusingnya menangani pandemi yang tak kunjung selesai. Bidang ekonomi pun tak luput dari terjangan badai pandemi Covid-19. Dana Moneter Internasional (IMF) pun memprediksi bahwa perekonomian dunia ditahun 2021 akan menyusut hampir 5%.
Anjloknya perekonomian ini juga disebabkan salah satunya dari produktivitas pekerjanya. Akibat PSBB / PPKM yang diberlakukan, banyak perusahaan yang tidak bisa menjalankan perusahaan seperti biasanya. Perusahaan harus putar otak dan mulai menyusun rencana baru lagi akibat pandemi.
Perubahan ini juga mengharuskan perusahaan mengeluarkan lebih banyak tenaga serta biaya. Dikarenakan pembatasan sosial dan sebagainya, maka banyak perusahaan yang beralih ke teknologi digital. Dari mulai rapat, hingga pengumpulan laporan pun harus mulai dibiasakan melalui teknologi digital.
Mengingat banyaknya adaptasi yang harus dilakukan, tidak sedikit perusahaan yang gulung tikar, utamanya perusahaan kecil menengah. Banyak UMKM yang sudah tidak mampu menanggung biaya perusahaan sehingga memilih menutup usahanya. Bersamaan dengan itu, tentunya banyak karyawan juga yang kehilangan pekerjaan.
Tidak hanya karyawan dari perusahaan kecil menengah saja yang kehilangan pekerjaan, perusahaan besar pun mengurangi karyawan secara besar-besaran. Banyak karyawan yang di PHK yang menyebabkan pengangguran meningkat selama pandemi.
Menurut Mankiw, Pengangguran bukan hanya mencakup mereka yang tidak bekerja, tetapi juga mencakup orang yang tidak dapat bekerja dan sulit menemukan pekerjaan selama empat minggu pertama. Dan juga mencakup mereka yang menunggu untuk dipanggil ulang di mana mereka diberhentikan.
Menurut kemnaker dan BPJS Ketenagakerjaan mencatat ada lebih dari 2,8 juta pekerja terkena dampak dari Covid-19. Ini akibat terhentinya kegiatan operasional perusahaan tempat mereka bekerja. Per Agustus 2021 Kemnaker juga menginformasikan bahwa sebanyak 500 ribu lebih orang yang telah mengklaim Jaminan Hari Tua (JHT), itu sudah menandakan bahwa mereka terkena PHK.
Jika angka Covid-19 terus bertambah, maka akan makin banyak karyawan yang di PHK. Mengingat biaya operasional yang besar, sedangkan permintaan menurun. Karena umumnya masyarakat sekarang cenderung menyimpan uangnya untuk berjaga-jaga. Memilih masakan rumah karena pembatasan sosial membuat pedagang kaki lima juga sulit mendapat pelanggan.
Jika semua kesulitan ini berkelanjutan, bukan tidak mungkin angka kemiskinan mencatat di bawah garis atau negatif yang menyebabkan semua sektor tidak bergerak. Dengan kemiskinan yang meningkat akan timbul permasalahan lebih besar, seperti kelaparan. Oleh karena itu peran, upaya, dan kebijakan pemerintahlah yang diharapkan oleh semua masyarakat Indonesia saat ini.
Pemerintah sebagai harapan masyarakat Indonesia sekarang telah memberikan bantuan. Baik berupa bahan pokok, maupun bantuan dana untuk usaha. Namun di sisi lain, masih ada orang yang susah makin susah karena sebuah kekuasaan. Banyak bantuan yang tidak merata atau bahkan tidak sampai.