Minggu, Mei 5, 2024

Pemilu Bagai Sembilu, Duh!

Indikator Bersuara
Indikator Bersuara
Generator of Future

Judul di atas bukanlah sebagai wujud sikap pesimistis dan stereotip atas pesta demokrasi yang akan berlangsung dinegeri ini. Di mana dengan berbagai pengalaman dan sejarah yang pernah terjadi tidak sedikit pun menciptakan suatu taraf kehidupan yang tentram, makmur dan sejahtera bahkan berungkali penyelenggaraan pemilu justru menjadi ajang pembodohan dan pendangkalan pola pikir rakyat Indonesia.

Bukan hanya itu, pemilu seringkali melahirkan bentuk dan simbol tirani kekuasaan, hegemoni dan status quo yang baru dimana masing-masing partai rela memperebutkannya hingga titik darah penghabisan.

Mungkin kita bisa menengok sejarah. Alor merupakan salah satu kabupaten yang cukup tua di provinsi Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, rakyatnya belum mampu dibawa menuju kesejahteraan.

Kadangkala Pemilu menjadi babak baru episode penderitaan dan pendzaliman umat manusia, yah itulah kisah nyata langsung dari daerah yang konon berdiri atas keringat darah dan air mata kini setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, darah dan air mata itupun tak surut justru lebih deras mengalir akibat tingkah polah para elite negeri ini yang lebih asyik memikirkan kondisi anak, keluarga, dan koleganya ketimbang rakyatnya.

Memang terlaksananya Pemilu menjadi tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia yang telah memproklamirkan diri sebagai penganut Demokrasi, namun kini dapat kita merasakan bahwa apa yang disebut dengan demokrasi tak lebih dari sebuah Demo-Crazy yang menghasilkan kegilaan-kegilaan dalam berbagai susunan matrik sosial masyarakat baik pejabat dan penjahat atau wakil rakyat dan wakil syahwat hampir-hampir tak dapat dibedakan.

Sehingga, meskipun seringkali dikaji tentang penerapan dan proses demokratisasi menggunakan referensi-referensi made in Amerika sekalipun tak akan bisa menyempurnakan kegagalan yang telah dibangun oleh sistem demokrasi dalam mengelola suatu bangsa.

Ingat, kemajuan dan kemakmuran yang diraih oleh Amerika bukan disebabkan karena sistem pemerintahannya yang demokratis. Tetapi, sebagai hasil dari kemajuan dan pendewasaan diri suatu bangsa dalam memenuhi tuntutan zaman.

Rakyat Amerika dengan habits culture yang dimiliki kini mampu menjadi kiblat berbagai negara didunia, sedangkan demokrasi yang ada justru sering menjadi boomerang tersendiri bagi Amerika yang katanya menjunjung tinggi HAM dan kebebasan kini berubah menjadi bangsa biadab yang hobi menginjak-injak HAM dan mencaplok kebebasan bangsa lain.

Lantas apakah sistem ini tetap kita pertahankan hidup di negeri yang rakyatnya yang multi agama, suku, dan bahasa yang senantiasa mengutamakan toleransi? Lantas kemudian Pemilu yang menjadi harapan mungkin hanya mampu menciptakan kondisi yang semakin memilukan jika orientasi, visi dan misi yang hendak dicapai masih berstandarkan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Slogan inilah yang kerap didengungkan dalam sistem demokrasi dengan pengertian bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Dimana secara tidak langsung kesejahteraan sebuah negeri telah ditentutakan oleh rakyat itu sendiri.

Pemilukada yang kini tengah gencar disosialisasikan oleh KPU ditengah-tengah masyarakat, dengan berbagai pembaharuan sistem dan media yang digunakan dalam pemilu telah mengundang berbagai pendapat pro dan kontra atas keberhasilan pesta demokrasi kali ini.

Wajar bila akhirnya dalam kondisi dan situasi seperti ini melahirkan aktifis Golput ataupun Gerakan Anti Politisi Busuk sebagai reaksi dan kewaspadaan terhadap pelaksanaan Pemilu yang kian menebarkan bau tidak sedap.

Cobalah anda perhatikan dalam media cetak ataupun elektronik tentang cerita para Caleg bermasalah, bentrok antar massa parpol, pencatutan nama caleg secara ngawur, ijazah palsu dan seabreg borok yang mengiringi pelaksanaan pemilu.

Bukan hanya itu saja, dengan pembaharuan sistem pemilu dan media pencoblosannya yang kian rumit dan sulit menimbulkan perasaan yang dapat menghantui tidur kita, dapatkah pemilu kali ini berjalan sesuai harapan? setidaknya pertanyaan ini akan selalu terngiang tatkala dalam diri kita memiliki kerisauan akan masa depan kabupaten kita yang tercinta ini.

Akhir final dari pelaksanaan pemilu adalah terpilihnya seorang pemimpin yang melanjutkan estafet pembangunan di daerah ini, namun seperti apakah sosok pemimpin yang ideal dan pantas menjadi nakhoda negeri dengan segala pluralitasnya ini. tentu masing-masing kita memiliki kriteria dan pendapat yang berbeda-beda, tetapi siapapun dia marilah kita berdoa kepada Sang Maha Memilih agar kelak tanggal 27 juni nanti ini dianugerahi seorang pemimpin yang mampu memberikan secercah cahaya dan mampu menjadi panutan bagi Rrakyatnya. Amin.

Indikator Bersuara
Indikator Bersuara
Generator of Future
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.