Minggu, Desember 22, 2024

Pemilu 2019, Amanah atau Tahta ?

fiqrimaulana
fiqrimaulana
Mahasiswa aktif program S1 Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya, Malang.
- Advertisement -

Dalam sejarahnya, pemilu di Indonesia telah dilaksanakan sebanyak 11 kali termasuk pemilu di tahun 2019 ini. Banyak momen yang telah menghiasi pemilu di Indonesia sejak tahun 1955 dan dinamika yang terjadi di dalamnya.

Pemilu diadakan dengan maksud utama agar suara atau aspirasi rakyat yang selama ini tidak didengar atau bahkan belum terwujud dapat tersampaikan dan menjadi amanah yang diemban oleh wakil rakyat di tingkat legislatif atau eksekutif.

Satu pertanyaan besar terlintas di benak saya, apakah selama ini orang-orang yang terpilih menempati kursi terhormat benar-benar menjalankan tugas utamanya yaitu mengemban amanah rakyat atau hanya sekedar menikmati tahta dan fasilitas negara?

Banyak faktor yang membuat kita sebagai rakyat bertanya-tanya, apakah orang-orang terpilih ini merupakan orang yang tepat untuk duduk di kursi terhormat dan menjalankan amanah yang telah kita berikan kepada mereka?

Tentu sangat wajar apabila mayoritas rakyat berfikir seperti itu, karena telah banyak pemilu yang telah dilalui oleh masyarakat dan hasilnya begitu-begitu saja, mereka yang telah terpilih ini seakan lupa apa yang mereka sampaikan sebelum terpilih dan cenderung tidak menjalankan tugas mereka yaitu sebagai pengemban amanah rakyat, jadi bisa dikatakan bahwa momen pemilu di tiap periode nya hanya sebagai ajang rebutan kursi dewan atau kekuasaan semata, dalam hal ini tahta.

Korupsi, skandal, bolos dan tidur ketika rapat yang membahas permasalahan rakyat merupakan segelintir kejadian atau sikap yang biasa dilakukan oleh wakil-wakil rakyat di kursi yang terhormat, dan dengan sikap itu mereka justru cenderung bersikap tidak peduli dan tetap menikmati tahta yang mereka miliki sekaligus fasilitas penunjang yang tidak kalah mewahnya dengan tahta yang mereka miliki.

Tentu ini merupakan suatu ironi karena rakyat berharap lebih terhadap orang-orang terpilih ini untuk bisa mewujudkan aspirasi dan suara mereka untuk diwujudkan, tapi kenyataannya? Nol besar.

Hal tersebut menjadi alasan terbesar rakyat mayoritas cenderung enggan untuk menggunakan hak suara mereka di dalam setiap penyelenggaraan pemilu terutama pemilihan legislatif, ini wajar karena rakyat berfikir bahwa percuma saja meluangkan waktu dan tenaga untuk datang ke TPS, memilih orang untuk mewakilkan suara mereka di tingkat yang tinggi namun setelah terpilih justru melupakan apa yang telah di amanahkan oleh rakyat. Sia-sia, merupakan kata yang selalu terlintas di pikiran rakyat Indonesia setiap kejadian ini terulang lagi di setiap periode nya.

Sangat wajar ketika kata tahta lebih menggiurkan dibandingkan kata amanah, tetapi seharusnya para pejabat yang telah diberikan amanah oleh rakyat ini berfikir, mereka mendapatkan tahta karena tanggung jawab berupa amanah yang diberikan oleh rakyat yang membuat mereka pun berhak untuk menempati tahta yang disediakan. Secara tidak langsung sebenarnya tahta yang dimiliki oleh pejabat atau wakil rakyat merupakan pemberian dari rakyat. Mengapa?

Karena tanpa adanya rakyat yang memilih mereka dan tanpa adanya amanah yang diberikan rakyat kepada pejabat yang terhormat ini maka mustahil pejabat atau wakil-wakil rakyat ini dapat duduk manis di kursi tahta nya saat ini. Tetapi sangat disayangkan wakil-wakil rakyat ini mayoritas cenderung tidak tahu diri dan seakan-akan hanya memanfaatkan tahta yang mereka miliki tanpa menjalankan tugas yang mereka bawa dari rakyat.

- Advertisement -

Ini merupakan permasalahan yang seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi wakil rakyat atau siapapun yang menempati kursi terhormat di tingkat legislatif dan eksekutif. Bahwa seharusnya ketika para pejabat yang telah dipercaya oleh rakyat ini menduduki kursi yang terhormat, maka mereka harus menjadikan aspirasi dan amanah rakyat sebagai prioritas utama dalam menjalankan fungsi dan tugas nya sebagai wakil rakyat atau pejabat negara.

Ini menjadi hal yang sangat sulit ditemui saat ini karena secara realita nya di lapangan banyak pejabat yang terpilih dan dipercaya oleh rakyat justru semata-mata hanya memanfaatkan tahta yang mereka miliki untuk tujuan mereka sendiri dan bukan untuk tujuan serta amanah rakyat yang diberikan kepada mereka untuk diwujudkan.

Permasalahan utama ini terletak pada mental dan moral para pejabat negara kita yang sangat jauh dari kata sesuai dan bertanggung jawab, ini yang menjadi penyebab utama mengapa banyak pejabat Negara dan wakil rakyat justru ketika terpilih lebih mengutamakan dan memprioritaskan tahta mereka dibandingkan amanah yang diberikan oleh rakyat untuk mereka laksanakan ketika mereka menduduki kursi yang terhormat sebagai pejabat Negara.

Revolusi mental yang selama ini kita dengar seharusnya tidak hanya diterapkan terhadap rakyat biasa, namun juga diterapkan terhadap pejabat Negara yang justru posisi nya sangat vital dalam menjalankan roda di Negara ini.

Kecerdasan dan kecermatan rakyat ketika menggunakan suara mereka saat pemilu sangat diperlukan, karena selama ini rakyat Indonesia cenderung memilih pejabat atau wakil rakyat berdasarkan latar belakang pribadi tanpa memperhatikan integritas yang dimiliki calon pejabat atau wakil rakyat ini.

Peran rakyat sesungguhnya sangat vital ketika memilih orang yang seharusnya pantas dan sesuai untuk menduduki tahta dan menjalankan tanggung jawab mereka yang sesungguhnya sebagai pelayan rakyat, agar setidaknya kejadian yang berkaitan dengan sikap pejabat yang tidak berkualitas bisa sedikit terkurangi. Sebenarnya semuanya itu berasal dari berubahnya sikap dan pola pikir rakyat ketika memilih calon wakil mereka kelak.

Dapat saya simpulkan bahwa dari momen pemilu 2019  yang dekat ini harus kita manfaatkan sebagai awal bagi kita sebagai rakyat agar mampu untuk memilih pejabat Negara atau wakil rakyat yang berkualitas dan sanggup serta konsisten untuk menjalankan amanah yang telah rakyat berikan kepada mereka.

Momen pemilu 2019 ini juga seharusnya digunakan sebagai bahan introspeksi diri bagi para pejabat negara dan wakil rakyat apabila terpilih harus memprioritaskan tugas dan fungsi mereka sebagai pengemban amanah rakyat dan menjadikan amanah serta aspirasi rakyat yang mereka bawa  menjadi hal utama di atas tahta yang mereka miliki.

Karena tanpa amanah, tahta tidak akan ada artinya dan tidak akan bisa untuk didapatkan. Khusus buat pejabat Negara atau wakil rakyat tolong untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berintegritas demi nasib Indonesia yang lebih baik.

fiqrimaulana
fiqrimaulana
Mahasiswa aktif program S1 Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya, Malang.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.