Jumat, April 26, 2024

Pemantauan Ala Baru, Kesiapan Masyarakat, dan Balada Modernisasi

Zainul Fikri
Zainul Fikri
Mahasiswa UMM

Digitalisasi yang begitu pesat atau bisa diistilahkan dengan digital steroid, dapat kita rasakan hingga saat ini, seluruh manusia dapat saling berkomunikasi di berbagai platform digital meski tidak bertatap muka, bahkan perihal data pun baik negara ataupun perusahaan bisa mengakses data – data kita.

Digital steroid terjadi karena adanya perkembangan cepat yang memungkinkan data dan informasi disalurkan dalam jumlah yang sangat besar dan memungkinkan  masyarakat dunia terhubung dan memanfaatkan informasi yang ada didalamnya.

Apabila sebuah era mengalami perubahan, maka berubah pula standar kesejahteraan masyarakat, fenomena berkembangnya teknologi ini memang telah mempermudah manusia namun juga, mengancam eksistensi manusia.

Dari aspek digital misalnya, digitalisasi di berbagai aspek seperti data – data pribadi digital termasuk tempat tinggal, kelahiran kita dan data privasi lainnya selalu diminta sebelum kita dapat mengakses aplikasi yang diinstall. Sesaat memang kita hanya mengira bahwa data tersebut hanya digunakan sebagai data perusahaan. Namun, apa yang terjadi bila data  tersebut bocor kepada tangan yang salah.

Digital Steroid atau percepatan digital tidak diimbangi dengan kesiapan masyarakat untuk menguasai teknologi digital sehingga terapat berbagai macam kesenjangan atau yang biasa disebut digital devide.

Menurut Yuval, dalam pendiskusiannya dengan Audrey Tang dalam buku Meretas atau diretas : Demokrasi, Kerja, dan Identitas, Ia khawatir dengan perkembangan teknologi dan dan kecerdasan buatan yang semakin pesat akan berdampak pada kehidupan sehari – hari bahkan dengan adanya perkembangan tersebut seseorang diluar kita dapat mengenal kita lebih baik daripada kita sendiri. Lebih dari itu, yang paling mengerikan dan berbahaya ialah munculnya potensi bentuk totalitarianism baru.

Teknologi Pemantauan Baru ala Totalitarianisme

Konsep Totalitarianisme merupakan bentuk  representasi kondisi sosial yang di mana  segala aspek kehidupan masyarakat ditentukan oleh negara. Dengan berkembangnya teknologi digital, hal ini memungkinkan untuk memunculkan jenis pemantauan dan pelacakan dengan metode yang lebih modern, baru dan berbahaya yaitu melalui data.

Sederhananya, jika penerapan pemantauan klasik di era Stalin yaitu dengan bantuan agen rahasia Rusia yang dikenal dengan Komitet Gosudarstvennoy Bezosnapoti mengikuti orang sepanjang waktu selama 24 jam, dan mengetahui orang yang dipantau lebih baik dibanding yang dipantau.

Hari ini dengan kemampuan teknologi digital, agen tersebut tidak dibutuhkan lagi dan berubah menjadi teknologi yang melakukan tugas tersebut melalui sensor, kamera, dan mikrofon. Teknologi tersebut menggantikan peran manusia untuk menjalankan fungsinya sebagai agen pemerintah.

Di Indonesia, terdapat banyak kasus peretasan media sosial oleh seorang oknum yang tidak bertanggung jawab, dan sasaran utama peretasan yaitu seorang influencer seperti aktivis dan tokoh – tokoh masyarakat kontra – pemerintah dengan kemampuan untuk mempengaruhi massanya.

Peretasan tersebut dikategorikan sebagai bentuk kejahatan yang mencederai nilai – nilai demokrasi karena menyerang kebebasan masyarakat dalam menyampaikan pendapat di media publik. Dan yang patut disalahkan tentunya ialah pemerintah yang memiliki kekuasaan atas hal tersebut.

Masyarakat digital “digilas”

Artinya, dengan berkembangnya teknologi di era modern ini, menjadi sorotan bagi masyarakat digital untuk menyiapkan diri dalam mengembangkan kapasitas diri dengan pengetahuan yang edukatif tentang digital. Karena berubahnya zaman juga berarti berubahnya karakter dan perilaku masyarakat.

Pasalnya, masyarakat kita yang dikualifikasikan sebagai “masyarakat modern” seringkali terlena dengan modernitas yang menggoda dengan segala kemudahannya. Teknologi digital mampu menggantikan tenaga manusia dalam kehidupan sehari – hari.

Kini, belanja online tidak perlu lagi kita menuju sebuah pasar untuk membeli suatu barang karena sudah tersedia berbagai macam platform belanja online, begitu juga dengan pembuatan SIM kini pun sudah tersedia dengan sistem online, bank digital pun telah menjadi perkembangan utama di dunia perbankan. Dan untuk melakukan aktivitas online itu mengharuskan kita untuk menyimpan data pribadi untuk dapat mengakses semuanya.

Tenaga – tenaga robot telah menggantikan tenaga manusia memang memberikan dampak positif dengan segala kemudahannya disisi lain, eksistensi manusia pun terancam. Banyak perusahaan melakukan PHK sehingga menambah jumlah pengangguran.

Don Tapscott (1996), seorang pengamat perkembangan teknologi dan informasi dan komunikasi di Amerika Serikat – dalam bukunya berjudul The Digital Economy, Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence – mengatakan bahwa perkembangan ekonomi dunia mengalami perubahan dari dinamika masyarakat industri yang bebrbasis fisik menuju masyarakat ekonomi baru yang dibentuk oleh digital.

Balada Modernisasi  

Revolusi Industri di Inggris mengawali babak baru dalam sebuah era. Hingga saat ini kita berada pada tahap perkembangan revolusi industry 4.0 dan ini bukanlah akhir dari revolusi tersebut  bahkan memungkinkan akan bertambahnya angka – angka revolusi.

Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan kolaborasi seluruh tahap revolusi industri dipadukan dengan aspek digital yang produknya, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari -hari. Era ini adalah era pertama kalinya manusia berkomunikasi secara cepat melalui revolusi teknologi media sosial.

Lebih canggih dari itu, tahap ini muncul berbagai macam inovasi seperti, pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), robotika, kemampuan komputer, mobil tanpa supir, bahkan manusia setengah mesin dan berbagai macam penemuan akan terus berkembang dari yang semula hanya ada dalam imajinasi dan film – film, kini akan tampak terasa lebih nyata.

Teknologi dan penemuan tersebut akan memudahkan manusia mengakses berbagai macam informasi tanpa ada hambatan apapun. Pemanfaatan data skala besar, teknik penyimpanan data (cloud computing), dan konektivitas internet yang terhubung secara permanen  akan menjadi inovasi mendasar dalam aspek perkembangan digital.

Lantas, dengan percepatan teknologi, apakah masyarakat kita mampu menghadapi modernisasi, yang pada dasarnya bukan hasil dari budaya kita sendiri?

Modernisasi adalah proses diferensiasi budaya, dimana suatu negara akan terpengaruh oleh budaya modern yang memiliki standar tinggi dalam menentukan kesejahteraan hidup. Seiring berjalannya proses tersebut, pasti akan mengubah karakter dan perilaku masyrakat.

Masyarakat Indonesia benar – benar sudah terbawa arus modernitas dan merubah karakter masyarakat yang lebih individualistis, tidak semuanya. Bagi mereka yang masih memegang prinsip – prinsip tradisional dan menolak modernitas seperti masyarakat adat yang banyak mengandalkan nilai – nilai kekeluargaan dan kekerabatan, mereka akan tetap menolak namun, akan terhegemoni.

Zainul Fikri
Zainul Fikri
Mahasiswa UMM
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.