Partai Amanat Nasional (PAN) pada hari Selasa, 11 Februari 2020 menyelenggarakan kegiatan kongres di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini merupakan momentum untuk melihat kembali sekaligus memikirkan konsep tentang arah gerak PAN kedepan. Sehingga kongres PAN harus betul-betul melahirkan gagasan baru dan dapat memperkuat basis konstituen.
Namun kongres sebagai momentum melahirkan gagasan sama sekali ternodai dengan sikap dan perilaku kader yang saling ricuh. Kericuhan ini bahkan saling melemparkan kursi hingga menyebabkan beberapa orang mengalami luka. Apakah ini berarti demokrasi dalam forum tumbuh? Apakah ini artinya kader partai betul-betul memikirkan arah gerak PAN?
Pada aras ini saya justru menyayangkan prilaku kader partai yang sangat tidak etis yang menyebabkan kericuhan sehingga berujung saling melemparkan kursi. Suatu kemunduran yang sangat memprihatinkan serta menyebabkan reputasi kader mengalami kehilangan kepercayaa (distrust) dari publik.
Kondisi semacam ini menyebabkan partai kehilangan basis konstituen karena tidak mampu menjaga dinamika forum. Kita harus mengakui bahwa dinamkia forum memang harus ada. Tetapi bukan berarti dinamika tersebut berujung pada ketidak-etisan. Video yang bertebaran di media sosial sudah memberikan bukti kuat bahwa kader partai tidak mampu menjaga dinamika forum.
Harus diakui demokrasi yang diciptakan dalam forum tersebut telah ternodai dengan sikap yang berujung ricuh. Kader partai seharusnya memahami bahwa dinamika dan perbedaan pendapat dalam forum merupakan proses pendewasaan bagi arah gerak partai. Bukan malah menciptakan dinamika yang membahayakan reputasi kader dan partai.
Parpol dan Kedewasaan Politik
Partai politik menjadi penyanggah dan saluran penting dalam negara demokrasi. Peran sentral parpol harus dapat dilihat bahwa tanggung jawab sebagai partai politik tidak semata menyelenggarakan ritus pemilu dan pilkada. Partai harus lebih melihat bahwa tugas utama mereka adalah sebagai corong antara pemerintah dan masyarakat.
Untuk itu, titipan pesan (message) dari masyarakat kepada pemerintah melewati partai sebagai media yang mengkomunikasikan aspirasi tersebut. Dalam buku dasar-dasar ilmu politik (Miriam Budiardjo) ada 4 tugas dan peran partai politik. Pertama, sebagai rekrutmen politik, kedua, sebagai komunikasi politik, ketiga, sebagai artikulasi kepentingan dan keempat, sebagai pendidikan politik.
Tugas ini sudah mengemban dalam tubuh partai sebagai amant rakyat. Saya pikir kedewasaan politik sudah dengan sendirinya melekat dalam tubuh partai sehingga bisa memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
Bahwa kericuhan dalam kongres PAN merupakan tanda bahwa kader belum dewasa dalam manajemen konflik. Hal ini lebih jauh harus dapat dilihat bahwa partai perlu memikirkan arah gerak kader dan terlebih khusus bagaimana kader menjawab persoalan bangsa. Daripada hanya terlibat dalam kericuhan yang berujung pada tindak-tanduk saling melemparkan kursi.
Bagi saya, PAN sebagai partai besar harus lebih jeli dan dapat menepis berbagai kericuhan agar tidak terulang kembali. Kita tidak menginginkan parpol menjadi sarang premanisme, tetapi kita berharap bahwa kebijakan dan gagasan kemajuan lahir dari kader partai. Untuk itu, partai politik perlu di dorong atau meminjam kalimat Eduardus Lemanto, restorasi partai politik. Ini penting agar arah gerak partai dalam lebih melihat dalam skala yang lebih luas bukan hanya momentum apalagi programmatis.
Jika partai hanya di dudukkan dalam perkara kericuhan hanya karena perbedaan pandangan, bagi saya ini menunjukan bahwa partai justru sangat lemah. Di sana partai kehilangan kepercayaan masyarakat sehingga menyebabkan langkah parpol sulit bertransformasi menjadi partai besar.
Sebagai partai politik, PAN harus mampu menunjukan kedewasan politik. Sehingga akan lebih mudah dalam memikirkan arah gerak partai terutama menjadi corong bagi kemajuan bangsa. Kericuhan dalam kongres kemarin menjadi pelajaran penting bagi partai agar lebih mudah menajamkan kembali gagasan tanpa saling-sikut yang berujung saling lempar kursi. Bukan malah menunjukan kedewasan tetapi justru kemunduran yang berujung pada kehilangan arah dan gerak partai.
Mendukung Langkah Parpol
Peran penting yang juga perlu diintensifkan adalah konstituen. Mereka punya peran dalam mendukung arah gerak parpol agar dapat berjalan dalam koridor visi dan misi.
Fenomena yang kita temui selepas pemilu dan pilkada, konstituen sama sekali kehilangan tempat dalam mendukung upaya dan langkah partai. Sementara kekuatan partai diletakan manakala ada dukungan konstituen sebagai basis yang dapat meningkatkan tugas dan tanggung jawab parpol. Untuk itu, kita perlu mendukung agar parpol dapat berjalan sesuai tupoksi yang sebenarnya.
Pada akhirnya, partai harus bisa bertransformasi menjadi partai besar. Bukan karena konstituen yang melimpah-ruah namun karena gagasan dan konsep partai yang mengakomodir semua elemen. PAN harus hadir untuk menjawab persoalan bangsa agar kemajuan bangsa bisa kita capai.