Kamis, Maret 28, 2024

Over Proud, Dampak Poskolonial di Indonesia

Nabiilah
Nabiilah
Seorang mahasiswi ilmu komunikasi dan suka untuk menulis

Indonesia merupakan negara yang mengalami masa kolonial yang cukup lama. Menurut sejarah yang awam kita ketahui, Indonesia telah dicoba untuk dikuasi kurang lebih 350 tahun. Kehidupan yang kita alami sekarang ini tentu merupakan dampak atau hasil yang generasi dahulu dapatkan setelah masa colonial tersebut.

Dalam teori sosial kritis, fenomena tersebut disebut poskolonialisme. Dampak mental merupakan dampak yang kiranya masih dirasakan sampai sekarang, walaupun penjajahan fisik di Indonesia sudah berakhir. Begitu lama kita dijajah sehingga timbulnya istilah mental terjajah.

Tapi, kiranya dampak bekas jajahan masih terasa sampai sekarang, lebih condong kepada dampak mental masyarakat Indonesia. Istilah inferiority complex dan over proud merupakan dua istilah yang akan saya bahas, sebagai dampak dari poskolonialisme di Indonesia.

Menurut Lomba: 2003, Sutrisno dan Putrantro: 2008, Postkolonial dimengerti sebagai masa atau kondisi setelah penjajahan (kolonial). Saat setelah masa penjajahansistem atau unsur budaya lama yang dibawa bangsa penjajah kemudia ditiru dan digunakan oleh bangsa bekas jajahan sebagai kondisi baru.

Untuk memahami lebih mengenai postkolonialisme, berikut adalah penjabaran dari para tokoh pemikir postkolonialisme dan pandangannya:

1.     Edwar Said: Said mempopulerkan istilah orientalisme untuk menujukkan bagaimana persepsi atau gambaran dunia barat terhadap bangsa-bangsa bekas jajahan.

2.     Spivak: Subaltern merupakan salah satu teori yang penting dalam studi postkolonialisme yang dicetuskan oleh Gayatri Chakravorty Spivak di dalam karyanya yang berjudul “Can the Subaltern Speak?” Spivak mendaur ulang definisinya dengan menkonotasikan “pangkat rendah” Spivak juga tidak sekedar menjelaskan subaltern sebagai kategori yang membahas mengenai orang-orang yang tertindas dalam tatanan sosial saja,

3.     Frantz Fanon: Ada tiga pemikiran dari Fanon yang cukup terkenal: Pertama, Fanon menunjukkan anggapan dari bangsa kolonialis bahwa bangsa jajahan memeiliki keterbelakangan inteluktual dan pandangan rendah kepada bangsa penjajah. Kedua, adanya alienasi (keterasingan) dan marginalisme psikologis dalam masyarakat jiwa jajahan. Alienasi dapat terjadi karena adanya penanaman rasa rendah diri (inferiority complex) yang dilakukan bangsa kolonialis terhadap masyarakat jajahan. Ketiga, Fanon ingin memberikan petunjuk agar masyarakat bekas jajahan bisa keluar dari kondisi ketidakadilan.

4.     Homi K. Bhabha: Hibriditas dan mimikri merupkan dua istilah yang terkenal merupakan pemikiran dari Bhabha dalam melihat kehidupan sosial budaya masyarakat postcolonial. Hibriditas menunjukkan bahwa setiap proses budaya mengandung pencampuran dan interaksi lintas batas. Sedangkan mimikri merupakan peniruan yang dilakukan oleh bangsa jajahan, bukan hanya peniruan pada bangsa kolonialis saja, namun juga sosial, budaya, ekonomi, politik dan pendidikan. Peniruan ini bukan sebatas imitasi saja, namun sebagai strategi untuk melawan dominasi penjajah.

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, bahwa postcolonial bukan hanya tatanan kehidupan setelah masa penjajahan, namun dalam praxisnya postcolonial melihat bagaimana sistem kehidupan masyarakat beronktruksi dari sistem yang sebelmunya (saat dijajah). Banyak pemikiran dari tokoh dunia mengenai postkolonialisme ini, lalu mengapa saya mengangkat kedua isu tersebut sebagai dampak dari postkolonilisme? Kembali pada pemikiran awal, bahwa Indonesia merupakan bangsa terjajah, panjang sejarah Indonesia terjajah sudah tercetak di buku sejarah Indonesia saat kita sekolah dulu. Bahwa, apa yang kita bawa dan lakukan sekarang tidak lain adalah hasil saat masa postcolonial. Sistem pendidikan, ekonomi dan politik masih sedikit bercermin pada era postcolonial.

Dalam kajian postkolonialisme, tadi disebutkan bahwa memang postcolonial mengkaji bagaimana kehidupan atau tatanan atau sistem masyarakat setelah penjajahan, dalam pemikiran para tokoh juga disebutkan ada dampak secara psikis yang mereka (negara terjajah) alami setelah masa penjajahan. Pemikiran Fanon misalnya, ia menyebutkan bahwa ada alienasi dari bangsa penjajah kepada bangsa terjajah, bahwa sering kali masyarakat terjajah mengalami keterasingan akibat penanaman rasa rendah diri (inferiority complex) pada masyarakat terjajah.

Over proud sendiri adalah keadaan di mana masyarakat (Indonesia) akan merasa senang dan bangga berlebihan jika orang asing atau negara lain mengkaitkan sesuatau tentang Indonesia (Zulfiqar, 2020). Contohnya seperti ini, banyak di YouTube sekarang berkeliaran video-video reaksi orang “bule” mencoba makanan Inodonesia, seperti gado-gado, rendang dan lainnya. Sebenarnya kontennya biasa saja, namun atensi dari netizen Indonesia ramai di kolom komentar akan hal tersebut.

Bangga, bahwa makanan Indonesia dicicipi oleh orang asing, hal ini memang bukan hal penting, yang jadi pertanyaannya kenapa netizen Indonesia bisa bangga? Ada contoh lainnya, misal ketika kita melihat orang barat sedang berwisata ke tempat wisata lokal Indonesia, tidak jarang banyak orang lokal yang meminta foto kepada orang asing tersebut, atau semisal saat Idola kita melakukan suatu hal yang ke-Indonesia-an. Terkadang kita merasa bangga dan jadinya over proud, sebagian orang menganggap hal tersebut norak atau terlalu berlebihan.

Sebenarnya mengekspresikan diri seperti itu tidak masalah, yang jadi masalah adalah ketika over dalam mengekspresikannya, karena bisa jadi kita dianggap lemah oleh bangsa lain. Mungkin iya, Indonesia tidak seterkenal negara barat, itulah yang dapat menjadi alasan bahwa orang Indonesia mudah bangga pada satu hal yang biasa saja, pendeknya Indonesia butuh validasi.

Malah, banyak sekarang generasi muda yang kurang pengetahuannya tentang Indonesia, kebudayaan barat yang masuk, modernisasi dan globalisasi saat ini juga menjadi pemicu utama mengapa sulit untuk pemuda-pemuda Indonesia bangga akan kebudayaannya sendiri.

Mental inferior yang dikatakan oleh Fanon merupakan cerminan nyata yang dihadapi Indonesia saat ini (dan mungkin kedepannya) keterasingan dan terpinggirkannya kita dahulu telah membentuk dan masih tersematkan ke sebagian masyarakat. Kita sering kali merasa rendah jika berhadapan bangsa barat yang terlihat superior (sebenarnya tidak juga), sehingga terkadang kita merasa kurang percaya diri untuk menujukkan identitas diri.

Maka dari itu, kita harus terlepas dari mental terjajah, agar tidak adanya pemanfaatan dari bangsa lain. Untuk mewujudkannya kita bisa bangga dengan budaya yang kita punya sendiri, mengapresiasi lebih anak-anak muda di Indoensia yang berhasil membuat baik nama Indoensia di kancah internasional, dan juga lebih mencitai produk kita sendiri.

Sumber:

http://penulis.ukm.um.ac.id/overproud-dan-inferiority-complex-benarkah-sedang-terjadi-pada-masyarakat/

Orang Indonesia Emang Overproud dan Norak. Mbok Diterima Aja

What Do We Know about Overproud Indonesian People?

Jurnal dan Buku:

Lubis, A. Y. (2015). Pemikiran Teori Kritis Kontemporer: Dari Teori Kritis, Culture Studies, Feminisme, Postkolonial Hingga Multikulturalisme. Jakarta: Rajawali Pers.

Diannita, A. (2021).  Analisa Teori Post Kolonialisme Dalam Perspektif Alternatif Studi Hubungan Internasional. Journal IKLLA: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 4(1), 79-90. Retrieved from https://ejournal.staikhozin.ac.id/ojs/index.php/iklila/article/download/53/33.

Setiawan, R. (2018). Subaltern, Politik Etis dan Hegemoni dalam Prespektif Spivak. Jural Ilmu Sastra. (6) 1. 13-25. Retrieved from jurnal.ugm.ac.id

Ikbar, A & Eggy Fajar Andalas. (2019). Dampak Psikologis Klonilisme Barat Terhadap Masyarakat Pribumi dalam Kumpulan Cerpen “Aloer-Aloer Merah” Karya Ardi Wina Saputra. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra. (6) 2. 1-13. Retrieved from www.researchgate.net

Sukarwo, W. (2017). Krisis Identitas Budaya: Studi Poskolonial Pada Produk Desain Kontemporer. Jurnal Desain. (4) 3. 311-324. Retrieved from journal.lppmunindra.ac.id

Nabiilah
Nabiilah
Seorang mahasiswi ilmu komunikasi dan suka untuk menulis
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.