Jumat, Oktober 11, 2024

Optimasi Data Geospasial: Kunci Kelestarian Ekosistem Mangrove

Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir
Geospatial Enthusias

Indonesia memiliki sumber daya hutan mangrove sangat luas, tersebar di wilayah pesisir di berbagai provinsi. Salah satunya di Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan di bagian Kalimantan Timur memiliki panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, didalamnya terdapat hutan mangrove kurang lebih 950.000 ha atau 21,9% dari luas mangrove Indonesia dan merupakan wilayah pesisir yang subur serta potensial dimanfaatkan bagi banyak kepentingan, baik di bidang kehutanan, perikanan, pertambakan dan lainnya.

Kawasan pesisir merupakan kawasan geografi yang menghubungkan laut dan darat. Di dalam kawasan pesisir terjadi peningkatan aktivitas manusia dan hampir sebanyak 60% populasi dunia tinggal menetap di wilayah pesisir dengan perubahan lingkungan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan perkembangan manusia.

Eksistensi Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung aktivitas kehidupan di wilayah pantai dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan siklus biologis di lingkungannya. Di samping itu, hutan mangrove mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Dengan adanya peningkatan aktivitas manusia secara terus-menerus mengakibatkan laju pemanfaatan sumber daya di kawasan mangrove meningkat, sehingga mengakibatkan pada kerusakan ekosistem.

Akibat adanya perubahan pada penggunaan lahan perlu dilakukan identifikasi wilayah pesisir dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan teknologi sistem informasi geografis untuk mendapatkan informasi akurat tentang dinamika perkotaan pesisir sehingga dapat mengungkap hubungan antara urbanisasi dengan konsekuensi ke lingkungannya.

Adapun permasalahan di Indonesia mengenai luas hutan mangrove yang terus berkurang, dimana luas hutan mangrove telah mengalami penurunan 30-50% karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan. Selain luas hutan mangrove yang berkurang, adanya fenomena urban hotspot atau hotspot perkotaan. Hotspot perkotaan (atau pusat kegiatan) adalah tempat paling ramai dengan kegiatan sosial dan ekonomi, dapat dianggap sebagai komponen structural di lingkungan perkotaan.

Kinerja perkotaan tergantung pada proporsi kepadatan dan keterkaitan yang tepat, sehingga setiap bagian terintegrasi ke dalam suatu wilayah dan wilayah tersebut terintegrasi menjadi kota yang utuh. Karena sebuah kota merupakan integrasi yang utuh, dengan demikian urban hotspot harus berinteraksi satu sama lain untuk menjaga fungsi jaringan perkotaan. Untuk identifikasi hotspot, populasi sering di-grid dengan resolusi yang berbeda. Adapun Metode klasik untuk mengidentifikasi hotspot perkotaan adalah dengan mengetahui ambang batas kepadatan penduduk (Weipan Xu, 2019).

Peran Strategis Data Geospasial

Untuk mendukung keberlangsungan hutan mangrove, maka dibutuhkan data dan informasi. data geospasial merupakan data yang berkaitan dengan informasi geografis (lokasi dan ruang). Data ini mencakup informasi seperti koordinat geografis (lintang, bujur), elevasi, batas wilayah administratif, jaringan jalan, sungai, dan fitur-fitur lainnya yang terkait dengan lokasi tertentu. Data geospasial dapat dianalisis, diproses, dan digunakan dalam berbagai aplikasi untuk pemetaan, pemodelan, analisis, dan pengambilan keputusan berbasis lokasi.

Data dan informasi geospasial tersebut  dapat diperoleh dengan memanfaatkan teknologi yaitu seperti penginderaan  jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Kemajuan teknologi penginderaan ini ditandai dengan ketersediaan citra dengan berbagai resolusi mulai dari rendah hingga tinggi. SIG sendiri sebagai teknologi berfungsi dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data geospasial.

Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh (Kustandiyo et al., 2014). Salah satu keunggulan dari Penginderaan jauh adalah dalam hal resolusi temporal yang dapat dimanfaatkan untuk meneliti perubahan pada suatu obyek dalam waktu yang berbeda (Himayah et al., 2017).

Pemanfaatan data geospasial untuk SDGs (Dimodifikasi dari: Sustainable Development Knowledge Platform)
http://Avtar,%20et.%20al.%202019

Salah satu contoh integrasi teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kerapatan  hutan mangrove adalah dengan melalui metode spatial digital mapping. Dengan hadirnya metode spatial digital mapping kita dapat menganalisis suatu fenomena di permukaan bumi secara spasial yang kemudian divisualisasikan dalam sebuah produk berupa peta.

Dewasa ini pembangunan di seluruh dunia mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Hadirnya SDGs membantu menyelaraskan tujuan pembangunan dengan berbagai target untuk menciptakan kualitas hidup orang diseluruh dunia baik generasi saat ini maupun generasi yang akan datang, dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien. Ketersediaan data spasial global fundamental salah satunya adalah data penutup lahan dan penggunaan lahan (land cover and land use) dapat dimanfaatkan untuk merepresentasikan tutupan biologis dan fisik dari permukaan bumi salah satunya adalah kondisi ekosistem mangrove (Avtar, et al., 2020).

Melalui hal tersebut secara tidak langsung dapat mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan terutama dalam poin ke 11, 13, dan 15 yang mampu menginformasikan dampak pengelolaan lahan, terutama pada perubahan sumber daya alam, pertanian, konservasi, dan pembangunan perkotaan. Tutupan lahan dan penggunaan lahan mempengaruhi masuk dan keluarnya gas rumah kaca ke atmosfer dan memberikan peluang untuk mengurangi perubahan iklim.

Referensi:

  • Avtar, Ram; Aggarwal, Ridhika; Kharrazi, Ali; Kumar, Pankaj; Kurniawan, Tonni Agustiono (2020). Utilizing geospatial information to implement SDGs and monitor their Progress. Environmental Monitoring and Assessment, 192(1), 35–. doi:10.1007/s10661-019-7996-9
  • Himayah, S., Hartono, H., & Danoedoro, P. (2017). Pemanfaatan Citra Landsat 8 Multitemporal dan Model Forest Canopy Density (FCD) untuk Analisis Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Kawasan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Gunung Kelud, Jawa Timur. Majalah Geografi Indonesia, 31(1), 65. https://doi.org/10.22146/mgi.24236
  • Kustandiyo, H., Sukojo, B. M., & Parwati, E. (2014). Studi Tingkat Kerapatan Mangrove Menggunakan Indeks Vegetasi. Geoid, 9(2), 101. https://doi.org/10.12962/j24423998.v9i2.738
  • Weipan Xu, e. (2019). The Inverted U-shaped effect of urban hotspots spatial compactness on urban economic growth. The Royal Society Publishing, 26.
Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir
Geospatial Enthusias
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.