Jumat, April 26, 2024

Nelayan Kecil Menanti Strategi Mitigasi Perubahan Iklim

Hendra Wiguna
Hendra Wiguna
Biro Penguatan Anggota KNTI

Perubahan Iklim menjadi hal yang tidak bisa kita elakan lagi. Kita semua merasakan dampaknya, terutama bagi pelaku usaha pangan.

Ya, Nelayan dan Petani menjadi paling terdampak dari adanya perubahan iklim, efek dominonya tentu kepada ketersediaan pangan. Nelayan kecil saat ini mengalami priode atau kuantitas melaut yang relatif menurun, hal ini karena frekuensi cuaca ekstrem yang sering terjadi.

Melihat dampak perubahan iklim ini, tentu diharapkan pemerintah lebih responsif mengingat dampaknya terhadap ketahanan pangan yang menjadi andalan kita selama ini. Gagasan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) harus memiliki kesinambungan dengan Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API). Baik RAN ataupun RAD dalam perumusannya harus melibatkan masyarakat agar dalam pelaksanaannya dapat dijalankan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Saat ini masih banyak daerah yang belum memiliki RAD-API baik daerah tingkat provisni maupun kabupaten/kota, hal ini menjadi catatan tersendiri bagi KNTI terutama bagi daerah yang memiliki wilayah pesisir.

Dampak di laut dan darat

Dampak perubahan iklim ini dirasakan oleh nelayan, baik ketika di laut maupun di darat. Adanya perubahan iklim membuat nelayan kecil mengalami penurunan frekuensi aktivitas melaut akibat dari adanya cuaca ekstrem.

Selain itu, ongkos biaya produksi nelayan kecil dalam melaut menjadi bertambah. Mengingat nelayan harus menerjang ombak yang relatif besar sehingga membutuhkan energi besar yang mengakibatkan bertambahnya konsumsi bahan bakar. Hal ini cukup menggambarkan bahwa dampak perubahan iklim ini sangat mempengaruhi usaha perikanan tangkap, dampak luasnya akan mempengaruhi produksi perikanan.

Hidup nelayan kecil bergantung kepada laut, tentu aktivitas nelayan di laut yang saat ini terbilang terbatas karena adanya dampak dari perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Hal ini diperparah juga dengan dampak perubahan iklim di darat bagi nelayan, di mana rumah-rumah mereka tenggelam karena adanya penurunan muka tanah sedang muka air laut naik.

Jika melihat perkampungan nelayan di Kota Semarang, sebagian besar nelayan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.000.000–2.000.000 pertahunnya untuk meninggikan rumahnya, atau pun perbaikan lainnya yang disebabkan oleh rob yang menggenangi rumah-rumah mereka. Bahkan tidak jarang, akibat dari rob yang berkepanjangan ini menimbulkan wabah penyakit dan lumpuhnya aktivitas ekonomi.

Inisiatif dan Infrastruktur

 DPD KNTI se-Jateng telah merumuskan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk kabupaten Demak, Kota Semarang, Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang. Rumusan yang diusulkan meliputi  infrastruktur, perlindungan sosial dan ekonomi, harapan besarnya tentu mengenai kesejahteraan nelayan kecil.

Sandar perahu nelayan kecil biasanya berada disungai-sungai, saat ini dibanyak daerah terjadi pendangkalan sungai yang dipercayai nelayan sebagai dampak dari perubahan iklim. Pendangkalan ini cukup menggangu aktivitas usaha nelayan, sehingga nelayan berharap adanya pengerukan sungai secara bekala selama belum ada solusi untuk pencegahannya. Selain itu, ombak yang besar juga mengancam perahu-perahu nelayan yang disandarkan sehingga penting adanya tanggul laut atau pemecah ombak untuk melindungi perahu-perahu nelayan ketika disandarkan.

Perkampungan nelayan yang berdekat dengan perairan  mengharuskan infrastruktur drainase air yang baik, sehingga nelayan berharap adanya perbaikan drainase di kampung-kampung nelayan. Ada pun soal rob yang terjadi di perkampungan pesisir, KNTI berinisiatif membuat sumur resapan dihulu dan hilir. Inisaitif KNTI lainnya adalah melakukan penghijauan pesisir dengan menanam mangrove.

Perlindungan sosial-ekonomi dan kolaborasi

Kondisi rob di perkampungan nelayan yang berkepanjangan dan frekuensinya yang cukup sering berakibat kepada kesehatan masyarakat pesisir, maka dari itu adanya bantuan kesehatan dan air bersih.

Selain itu, menurunnya frekuensi melaut nelayan juga mengharuskan adanya sumber ekonomi lain bagi nelayan. Berangkat dari itu, penting kehadiran pemerintah untuk memberikan bantuan keuangan kepada nelayan, harapannya nelayan memiliki usaha lain terutama ketika cuaca ekstrem berkepanjangan. Misalnya, nelayan didorong untuk berusaha diperikanan budidaya, sehingga selama nelayan didarat ada aktivitas usaha.

Penguatan perempuan istri nelayan pun bisa menjadi salah satu upaya menguatkan ekonomi nelayan kecil, KNTI sendiri dibeberapa daerah sedang mengembangkan penguatan perempuan dalam sektor UMKM dengan memadupadankan dengan koperasi nelayan.

Hubungan pemerintah dan nelayan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ini perlu dibangun. Inisiatif-inisatif nelayan harus diperbesar jangkaunnya sehingga agenda ini menjadi agenda bersama. Nilai-nilai kearifan lokal sebenarnya bisa menjadi modal dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya.

Lebih lanjut, pemerintah harus menempatkan nelayan kecil sebagai subjek dalam perumusan-perumusan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Nelayan kecil harus dilibatkan dari mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaannya.

Selain itu, pemerintah harus memperlihatkan keseriusannya dengan mengalokasikan anggaran khusus dan memasukannya dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Hendra Wiguna
Hendra Wiguna
Biro Penguatan Anggota KNTI
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.