Kamis, April 18, 2024

Offline to Online Society pada Masyarakat Urban

Agus Mauluddin
Agus Mauluddin
Pemerhati Sosial. Peneliti di CIC Institute of Rural and Urban Studies. [ig: @cic.official.id]. Penikmat Kopi & Tea.

Sumber: uberhumor

Foto di atas sepintas terlihat sebagai sesuatu yang lucu dan mengundang gelak tawa. Namun jika dicermati lebih mendalam, mungkin cara seperti demikian ada benarnya. Sejenak lepaskan dulu “dunia maya” -saat bercengkrama bersama teman, atau sanak saudara- hiduplah di “dunia nyata” mu.

Dewasa ini memang muncul dengan apa yang disebut Imam B. Prasodjo (Sosiolog Universitas Indonesia) sebagai Pola Interaksi Baru. Pola interaksi baru dapat dimaknai beralihnya dari offline society (face to face interaction) menjadi online society (“virtual interaction“).

Tatkala duduk bersama seperti sedang makan, misalnya, interaksi secara langsung ‘urung’ dilakukan. Satu sama lain sibuk dengan gadgetnya masing-masing. “Tubuhnya hadir, jiwanya di dunia virtual yang jauh di antah berantah”.

Dengan cara demikian (seperti nampak di foto), kualitas interaksi sosial akan tercipta, karena ada ruang dialog secara face to face interaction, sehingga kualitas kehidupan pun akan terwujud.

Data menyebut bahwa Indeks Kebahagiaan Orang Indonesia di Tahun 2017 turun. Indeks kebahagiaan rata-rata orang Indonesia dilaporkan menurun dari tahun 2016 yang berada di peringkat ke-79 dari 155 negara, pada tahun 2017 turun ke peringkat ke-81. Berdasarkan Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Index) yang dikeluarkan SDSN pada 2017, dibandingkan warga negara lain, kebahagiaan orang Indonesia ada di papan tengah saja yakni peringkat 81 dari 155 negara. Di antara yang dilihat dalam mengindeks yakni gabungan dari personal relationship, positivity (cara berpikir dan sikap hidup positif), passion (keterlibatan sepenuh hati), small winning (pencapaian kecil) dan spirituality (spiritualitas) (tribunnews, 10/9/17).

Walaupun belakangan, BPS merilis data terkait dengan ukuran kebahagiaan. Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan bahwa Indeks Kebahagian Manusia Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 mencapai angka 70,69 dalam skala 0-100, yang pada 2014 Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah 68,28. Singkatnya, ada peningkatan Indeks Kebahagian dalam rentang waktu 2014-2017, yaitu dari angka 68, 28 hingga 70, 69. Indeks Kebahagian tersebut diukur dengan memakai tiga dimensi, yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup (BPS 2017).

Dari kedua data tersebut (Turun atau Naik) yang menjadi penting adalah aspek-aspek yang diukur dari survei itu. Dapat penulis sarikan bahwa aspek penting dari kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah terkait dengan ikatan sosialnya (social bonds). Ikatan sosialnya tinggi atau rendah. Ikatan sosial akan terwujud dengan kualitas interaksi sosialnya, dan  ruang dialog secara face to face interaction di “dunia nyata” adalah salah satu solusi yang paling penting.

KEHIDUPAN YANG CAIR

Selain karakteristik online society yang cenderung individualis, “masyarakat online” kini dicirikan dengan kehidupan yang “melupakan”. Sosiolog ‘Postmodernis’ Zygmunt Bauman yang masih hidup di awal-awal tahun 2017 -sekarang sudah meninggal, namun pemikiran-pemikirannya masih tetap hidup- begitu menarik pemikiran-pemikirannya, di antaranya tentang Liquid Modernity (Modernitas Cair).

Salah satu pembahasan kuliahnya, begitu menarik dan penulis rasa relevan dalam menggambarkan Masyarakat Indonesia kini, serta umumnya masyarakat Dunia.

Bauman menjelaskan, “Budaya kontemporer kita bukanlah budaya belajar, tetapi budaya melupakan. Karena kita harus siap untuk menyerap informasi baru dan mengesampingkan informasi yang penting kemarin.”

Bauman juga mengilustrasikannya dengan istilah yang menurut penulis cukup menggelitik but is fact, “Selebriti telah menggantikan pahlawan dari masa lalu” (keterlibatan perhatian).

Ya contohnya saja, pemberitaan tentang Raja Arab Salman bin Abdulaziz al-Saud yang waktu itu (dulu) sempat ramai dan menggegerkan Indonesia bahkan mungkin dunia, sekarang tergantikan dengan pemberitaan yang lebih baru misalnya tentang viralnya Youtuber Amerika CaseyNeistat yang mewawancara Presiden Jokowi, dan sempat trending di Youtube.

Ya atau misalnya sekarang lagi ramai-ramainya pemberitaan tentang “KPK vs DPR”, angketnya DPR yang tidak kunjung usai, hingga adanya polemik di tubuh KPK yang juga sempat ramai.

Namun poinnya adalah, informasi baru apa lagi yang esok, lusa atau setelah hari ini yang menjadi suguhan -yang seakan kita dipaksa secara sukarela untuk mengonsumsinya- dan kita melupakan/ mengesampingkan informasi yang penting hari ini.

Sekian!

*sebagian dari tulisan ini pernah dipublikasi di media lokal

Agus Mauluddin
Agus Mauluddin
Pemerhati Sosial. Peneliti di CIC Institute of Rural and Urban Studies. [ig: @cic.official.id]. Penikmat Kopi & Tea.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.