Siapa yang tidak kenal Nusron Wahid, semua orang pasti mengenalnya apalagi di Pilkada DKI Jakarta, tim pemenangan Partai Golkar Jawa – Sumatera ini sempat menjadi ketua tim pemenangan Ahok – Djarot. Akan tetapi entah kenapa dirinya dilengserkan atau memang mengundurkan diri entah statment di media yang sering kali dahsyat.
Ternyata lengsernya Nusron bukan hanya soal statementnya saja yang terkadang seperti komedi akan tetapi dirinya rangkap jabatan sebagai Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (BNP2TKI) terlebih sebagai orang yang digaji dari Negara. Bahkan ketika banyak sindirian entah karet latex yang meral dirinya membela diri bahwa jadi ketua tim pemenangan apalagi di Pilkada dirinya tidak melanggar undang – undang, padahal dalam UU Pemilu ada dalam pasal 71 ayat 1 UU Pilkada.
Bukan hanya itu saja celotehan Nusron pun ketika disebuah acara televisi ILC, mempertontonkan humor segar bahkan dari yang segar menjadi panas, kalau dalam bahasa sunda disebut dengan Hareudang. Bahkan dalam 8 menit berbicara Nusron tampak mangundang simpati umat muslim hingga ratusan link berita menempatkannya bahkan dari 8 menit tersebut setiap 1 menitnya menampilkan decak kagum, sehingga banyak portal berita membagu setiap menitnya dengan pernyataan yang membuat hareudang.
Bahkan decak kagum nusron sendiri sehingga sang calon gubernur DKI Ahok pun sempat mentasbihkan kalau dirinya itu bukan ketua tim pemenangan, padahal dia sendiri mengakui dialah ketua tim pemenangan, Padahal Ahok sendiri tidak mengakuinya malah hanya disebut kordinator.
Bukan sekali dua kali pernyataan Nusron yang membuat tawa, terbaru kali pernyataannya yang membuat sakit perut adalah ketika dirinya mengatakan bahwa dalam pilkada Jabar Golkar masih membuka peluang untuk orang non kader bahkan langsung dijadikan Gubernur, padahal Golkar sudah mengusung Dedi Mulyadi ditambah pernyataannya bahwa dirinya sudah menyiapkan wakil untuk orang tersebut diantaranya Bupati Bekasi Neneng Khasanah, Walikota Bekasi Rahmat Effendi hingga anak dari istana kerajaan Indramayu yang hari ini menjabat sebagai anggota DPR RI Daniel Muttaqien. Menurut saya yang awam ini pernyataan Nusron bukanlah pernyataan resmi partai tapi pernyataan pribadi yang memang memilik humor sangat tinggi.
Terlebih dirinya ini salah satu tim pemenangan, seharusnya dirinya bisa menganalisa bagaimana akar rumput di Golkar sendiri yang sudah mantap mencalonkan Dedi Mulyadi, terlebih Dedi sendiri berhasil mengangkat Golkar menjadi nomor satu secara survey beda tipis dengan PDIP. Lalu Nusron dengan gagah bahwa Golkar masih membuka pintu untuk salah satu calon padahal Golkar sedang taaruf dengan PDIP di Jawa Barat.
Nusron seharusnya sadar bahwa Jawa Barat merupakan startegis secara politik, ketika Golkar dengan gagahnya mendukung Jokowi seharusnya dirinya tidak untuk berhumor ria yang membuat kader partai golkar Jawa Barat meradang. Padahal peta politik Jawa Barat itu sangat susah ditebak, apa yang dilakukan Dedi Mulyadi dengan bertaaruf dengan PDIP harus diapresiasi bahkan target koalisi yang permanen tersebut memenangkan 14 dari 16, apakah seorang nusron sudah terpikirkan ke araha sana? Apa hanya memikirkan sesuatu yang memang bukan kehendak partai golkar termasuk kader golkar Jawa Barat. Atau secara pribadi karena ada apa – apanya entahlah yang jelas Nusron Wahid memang jago berhumor ria yang membuat penonton berdecak kagum membuat geram Kader Golkar Se Jabar.
Kegeraman kader Golkar hari ini sudah bermunculan dimulai dari Majelengka, Garut bahkan hampir seluruh Jawa Barat mempertanyakan statemen canda nusron. Bahkan Bupati Bekasi dan Wali Kota Bekasi dengan jelas menolak pernyataan Nusron bahkan mereka mendukung penuh Dedi Mulyadi. Candaan Nusron apalagi labelnya sebagai tim pemenangan Golkar Sumatera – Jawa harus disadarinya besarnya partai bukan oleh kaum elit. Tapi arus bawah yang merupakan mesin utama partai, ketika mekanik partai membuat settingan carut marut maka mesin tersebut tidak akan jalan, terlebih Golkar Partai besar yang memiliki pengalaman sudah lama dalam peta perpolitikan, maka label sebagai tim pemenangan Jawa Sumatera harus dipertanyakan?.
Itu merujuk pada pilkada DKI dimana Nusron yang mengakui sebagai ketua tim pemenangan dirinya malah tidak diakui dan itu bukti bahwa celoteh Nusron sangatlah menghibur minimal oleh pembaca berita baik di media online ataupun dimedsos.