Kamis, Oktober 3, 2024

Nobel Ekonomi 1993: Ekonom Jangan Lupakan Sejarah

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.

Metode sejarah ekonomi sering dianggap remeh, lantaran metode yang digunakan kurang bisa menjawab variabel angka-angka dalam ilmu ekonomi.

Kendati demikian, sejarah ekonomi jarang digunakan sebagai landasan dasar untuk berkontribusi dalam membaca dinamika perekonomian mulai dari sektor mikro hingga makro.

Namun pada tahun 1993 dua orang ekonomi; Douglas North dan Robert diberi kesempatan untuk mendapatkan penghargaan nobel. Mereka adalah ahli dalam ekonometrika. Kemahiran dalam pengelolaan angka-angka itu diramu sedemikian rupa dengan campuran kisah-kisah sejarah yang berkaitan dengan ekonomi dan dinamakan cliometriks.

Doughlas North dan Robert Fogel keduanya adalah warga Amerika Serikat dari Washington University, St. Luois, dan Vogel dari University of Chicago. Mereka percaya bahwa pranata sosial dan institusi sangat menentukan dinamika perekonomian yang dipengaruhi oleh tradisi sosial, budaya, politik, hukum dan ideologi.

Mereka tak mau mengkerdilkan catatan-catatan dari masa lalu. Syahdan, kondisi sosial dalam medio tertentu tersirat sebuah dinamika ekonomi yang dapat dipelajari untuk memberikan analisa yang lebih baik terhadap perekonomian kedepan.

Penggunaan cliometrics adalah terobosan terbaru dalam dunia ekonomi. Dalam pengelolaan Cliometrics ini membutuhkan waktu dan ketilitan ekstra. Pasalnya, mengamati, mengumpulkan data juga berkolaborasi dengan catatan-catatan mengenai masalalu yang tidak mudah untuk didapatkan.

Tokoh-tokoh seperti Van Niel, Rickfless, Roelofis, Antony Reid, Anne Booth,  menyuguhkan karya-karya menarik mengenai sejarah. Karya-karya itu bisa dibilang menggambarkan kondisi sosial antropologis masyarakat Indonesia pada waktu itu. Namun, dari hasil penelitian mereka tersirat begitu jelas dinamika ekonomi muncul dalam penelitiannya.

Kepenulisan sejarah ekonomi terbilang tidak membosankan. Disitu tak hanya dijelentrehkan mengenai angka-angka yang terkadang membuat kita bosan. Namun, juga disampaikan bagaimana angka-angka ekonometrika dielobrasikan dengan kondisi sosial dan budaya pada suatu lingkup spasial.

Topik pembahasan sejarah ekonomi kembali merebut dewan juri di Stockholm. Pada 2023, Claudia Goldin mendapatkan penghargaan nobel dengan menggadeng sejarah ekonomi. Goldin membawa tema mengenai kesenjangan gender dan tenaga kerja. Goldin merangkum sebab musabab kesenjangan gender terjadi di ruang produksi dari masa ke masa sebagai refleksi untuk menyuguhkan sebuah kebijakan ekonomi yang lebih adil juga berbasis gender.

Setiap masa memiliki cerita dan tipikal uniknya masing-masing. Buku penting gubahan Anne Booth dan Peter McCawley berjudul Ekonomi Orde Baru (LPE3S, 1987), punya perspektif menarik membaca orde baru bagaimana mengelola sistem perekonomian. Anne Booth dan Peter McCawley menggunakan metode sejarah ekonomi untuk meneliti kondisi fiskal sampai moneter di setiap periode waktu mulai dari awal 1969 sampai medio 80-an.

Buku Ekonomi Orde Baru pertama kali diterbitkan pada tahun 1971, sepuluh tahun lebih dulu dari Douglass North dan Robert Fogel ketika mendapatkan hadiah Nobel ekonomi di tahun 1982. Anne Booth dan Peter mampu mengaitkan rumus-rumus ekonomi yang rumit itu menjadi mudah dipahami. Sebanyak sebelas bab pembahasan, hampir disetiap bab tak luput dari grafik, dan data kuantitatif.

Keunikan dari sejarah ekonom dibandingkan dengan hasil penelitian ekonomi lainnya ialah eksplanasi yang kaya sudut pandang. Karya itu tak hanya menyuguhkan perspektif ekonomi saja, namun menyinggung situasi historis kearah sosiolgis.

Misal saja, dalam analisa ekonomi kebijakan fiskal kadang disibukan dengan rumus konsumsi (C), investasi(I), pengeluran pemerintah (G), hingga grafik ekspor dan impor (X-M). Anne dan Peter menjabarkan kebijakan fiskal begitu renyah dan enak untuk dibaca dengan menilik kondisi keterlibatan manusia dalam menyokong ekonomi perdangangan, dan sekian banyak faktor lain seperti; politik yang menambah insight lebih luas membaca ilmu-ilmu ekonomi.

Pada akhir abad ke-19, terjadi sebuah pertentangan dan perdebatan mengenai ekonomi arus utama (neo klasik) dengan ekonomi sejarah yang memperebutkan bidang ilmu. Joseph Schumpeter yang ekonom mengakui bahwa para ekonom mempunyai kebiasaan untuk menilik wilayah ilmu-ilmu sosiologi agar memperkuat penelitian yang mereka lakukan.

Begitu juga dengan Max weber yang sosilog, memandang sangat tidak masuk akal apabila memisahkan ekonomi dan sosiologi. Sehingga ilmu ekonomi menurut pendapatnya perlu dikembangkan menjadi ilmu ekonomi sosial (social-economics) yang mencakup gagasan mengenai sosiologi, sejarah (ekonomi), dan teori (ekonomi).

Kemudian pada medio 1930-1950 di Amerika Serikat meletup sebuah gagasan yang memisahkan secara total antara ilmu ekonomi dan sosial. Adalah P. Samuelson seorang peraih nobel di tahun 1970, tak sepakat bila ilmu ekonomi mengkolaborasikan diri dengan ilmu-ilmu sosial seperti (sejarah, sosiologi, dan budaya).

Gagasannya yang begitu kontroversial itu dan termaktub dalam dalam Foundation of Economics Analysis (1947) yang kesannya ingin memisahkan bagaimana ilmu ekonomi dan ilmu sosial punya perbedaan yang sangat mencolok, sehingga tak mungkin bila dapat dikolaborasikan.

P. Samuelson kiranya lupa buku yang sering digunakan di beberapa negara di dunia berjudul Economics (Tosho Insatsu, 1961) tak luput dari topik ekonomi dan sejarah. Tercatat dengan kentara, Malthus dikutip untuk memberikan tawaran akan sebuah krisis tanah karena pengalihan menjadi ruang-ruang industri. Syahdan, kondisi demikian tak luput dengan perubahan sosial paska revolusi industri yang sedang massif-masifnya menyeruak di tanah eropa. Secara tak langsung Samuelson menyinggung sejarah mengenai ekonomi seperti yang dikatakan Max Weber.

Goenawan Mohammad (1981) sempat menyindir Ilmu Ekonomi itu telah mati. Mafhum, pembacaan mengenai ekonomi terkadang hanya dapat dibaca oleh kalangan sendiri para ekonom. Kalau saja, karya-karya ekonomi melibatkan sejarah dan komponen lain agar terus diteliti dan diterbitkan, saya kira ilmu ekonomi tak bakal disebut sebagai ilmu yang membosankan. Sekian

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.