Nama gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi atau biasa dikenal dengan panggilan Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi pusat perhatian dan perbincangan hangat di kalangan masyarakat dalam pekan ini.
Pernyataan TGB yang menyatakan Presiden Jokowi adil dan layak untuk diberikan kesempatan melanjutkan periode kedua dalam memimpin Indonesia menjadi perhatian dan mendapat tanggapan beragam.
Dilansir dari detik.news.com berikut kutipan pernyataan TGB “Jadi keputusan apa pun itu harus mempertimbangkan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat. Keseluruhan dari tiga hal ini menurut saya, pantas dan fair kalau kita beri kesempatan kepada Bapak Presiden Jokowi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang selama empat tahun ini beliau mulai,” kata TGB saat berkunjung ke redaksi Transmedia, Rabu (4/7/2018).
Pernyataan TGB tersebut menjadi ramai diperbincangkan. TGB dikenal sebagai ulama dan umara. Beliau mempunyai pemahaman dan pengetahuan ilmu agama yang sangat baik dan berhasil dalam karir politik. Beliau adalah merupakan seorang Doktor Hafiz Al-Qura’n yang mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir.
Disamping seorang ulama, beliau juga mempunyai karir yang cemerlang dibidang perpolitikan. Beliau pernah menjabat sebagai anggota DPR-RI pada tahun 2004-2009. Kemudian beliau adalah gubernur NTB dua periode hingga 2018 tahun ini.
Pada periode kepemimpinannya sebagai gubernur di NTB, TGB berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi di NTB melalui sektor pariwisata (wisata religi), perbankan syariah (Bank Daerah pertama menggunakan sistem syariah) dan pertanian (lumbung jagung nasional). Terakhir yang perlu diketahui TGB merupakan cucu dari pahlawan nasional dari NTB yaitu Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) M. Zainuddin Abdul Madjid.
Dalam agenda keumatan dan politik Nasional, TGB digadang-gadang menjadi salah satu kandidat terkuat dalam bursa cawapres pada pemilu 2019, nama beliau sangat ideal dipasangkan dengan dua kandidat Capres yaitu Jokowi dan Prabowo. TGB juga tergabung dan aktif dalam Persaudaraan Alumni 212 yang kerap berbeda pandangan serta menginginkan dan “memelopori” agenda pergantian pemeritahan di Pemilu 2019.
Namun pasca pernyataan yang dikeluarkan TGB di kantor trans media beberapa waktu yang lalu yang seolah memberi restu kepada Presiden Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinanya diperiode berikutnya (2019-2024) diberitakan oleh media dan diartikan oleh masyarakat sebagai dukungan TGB kepada Jokowi pada Pemilu 2019.
Pasca pernyataan tersebut, banyak masyarakat mempertanyakan maksud dari pernyataan yang disampaikan oleh TGB tersebut, terutama bagi masyarakat yang selama ini menginginkan pergantian kepemimpinan di Pemilu 2019 yang mana TGB juga termasuk didalamnya. Di sisi lain ada juga kalangan yang menyambut baik pernyataan TGB yang berasal dari “kubu” pemerintah saat ini. Pernyataan TGB diartikan bahwa kepemimpinan pemerintahan saat ini sangat baik dan layak dipertahankan dipemilu 2019.
Disamping itu ada juga satu pihak yang masih percaya dengan kredibiltas dan kapabilitas TGB. Mereka melihat rekam jejak TGB yang menyandang status ulama yang Hafiz Al-Qur’an serta mempunyai karir politik cemerlang, jelas TGB mempunyai strategi politik yang jitu dalam menjaga amanah umat.
Beliau melakukan itu semua untuk kepentingan umat. Barangkali asumsi diatas benar, mengingat TGB selama ini ia berada pada posisi yang berbeda dengan pemerintah. Pada tahap ini kita sudah bisa menyimpulkan yang dilakukan oleh TGB adalah langkah politik. Lalu apa motif politik dibalik itu? itulah yang menarik kita lihat menggunakan teori strategi politik.
Analisa awal, Jika TGB benar bergabung dengan “kubu” pemerintah Jokowi saat ini karena alasan memang ingin bergabung dan mensukseskan pemerintahan Jokowi periode kedua akan datang maka kita tidak perlu mengalisa lebih jauh tetang pernyataan TGB tersebut, kita bisa simpulkan ia telah memutar arah politiknya selama ini.
Namun jika TGB mempunyai maksud lain bergabung dengan kubu Jokowi agar ia masuk dalam sistem pemerintahan dan mengendalikan sistem dari dalam sesuai agenda politik keumatan yang beliau perjuangkan selama ini. Bisa jadi TGB memang sedang merencanakan ingin mengendalikan sistem dari dalam, maka dari itu kita bisa memberikan suatu analisa lebih lanjut.
Dalam ilmu politik ada namanya strategi dan taktis politik. Bagaikan sebuah Perperangan kita membutuhkan taktis dan strategi agar tujuan menjadi terarah dan terukur. Sun Tzu adalah tokoh taktik dalam peperangan cina dalam bukunya menulis dalam taktik dan strategi kita harus bisa mengusai tiga hal yaitu kenali diri sendiri, lawan, dan wilayah.
Setelah tiga hal tersebut telah kita laksanakan langkah selanjutnya adalah mengemas sebuah situasi agar kelemahan kita ditutupi dengan mendongkrak sisi kelebihan kita, sebaliknya juga menguatkan sisi lemah lawan dengan menutup sisi baiknya. Terakir kita harus mengemas situasi/wilayah pertempuran yang menguntungkan secara politik.
Berangkat dari teori di atas, diibaratkan dalam sebuah peperagan TGB bisa jadi sedang menyusun starategi poilitiknya. Mungkin beliau telah memikirkan dengan sangat matang jika merubah suatu sistem dari luar itu sangat sulit bahkan akan menimbulkan korban. Kita sangat tau bahwa pemerintahan saat ini sangat “super power” siapapun yang berseberangan dengan pemerintah akan “dikondisikan” berhadapan dengan hukum.
Maka dari itu TGB sadar dan sangat piawai tentang hal diatas. Beliu sadar dengan “rezim” saat ini sangat sulit berseberangan pendapat dan kebijakan dengan pemerintah. TGB sadar untuk menerapkan kebaikan yang beliau pahami dengan keilmuan yang beliau miliki sangat tidak mungkin untuk diterapkan jika terus-terusan berhadapan dengan penguasa.
TGB membaca situasi saat ini ada banyak teman seperjuangannya yang harus berhadapan dengan hukum karena berseberangan dengan pemerintah. Di sisi lain kondisi bangsa saat ini dalam ambang terjadinya krisis yang bisa berdampak pada disintegrasi bangsa. Melihat fenomena tersebut TGB yang dikenal sebagai ulama yang umara mengambil jalan lain, menyimpang dari garis perjuangan yang sebagaimana ia perjuangkan selama ini bersama PA 212.
Jika kita memperhatikan pernyataan TGB mempertimbangkan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat dalam mengambil keputusan. Maka bisa jadi strategi politik yang dimaksud diatas benar-benar sedang dilakukan TGB.