Jumat, Januari 24, 2025

Minat Baca Indonesia Masih Rendah: Bagaimana Solusinya?

- Advertisement -

Minat baca merupakan salah satu kunci penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Namun, tingkat minat baca di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa fakta seperti jika dilihat dari PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga Asia Tenggara lainnya seperti Brunei Darussalam dan Malaysia. Brunei Darussalam berada di posisi ke-44 dan malaysia di posisi ke-60 sedangkan Indonesia berada diposisi 71.

Selain itu UNESCO 2016 juga menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dengan angka 0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang konsisten membaca.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah. Konsumsi satu surat kabar di Indonesia dengan pembacanya mempunyai rasio 1 berbanding 45 orang. Rasio tersebut sangat jauh dibanding negara ASEAN lainya seperti Filipina yang perbandingannya mencapai 1:30.

Upaya untuk meningkatkan minat baca di Indonesia saat ini sangat gencar dilakukan oleh guru, pemerintah, dan masyarakat yang diharapkan dapat berdampak positif juga pada peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia.

Pengaruh Ketersediaan Buku Terhadap Minat Baca

Ketersediaan pilihan buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya akan mendorong peningkatan minat baca pada anak. Buku bacaan yang sesuai dengan usia pembaca, yang mudah cerna, yang tidak mendikte tapi sarat budi pekerti, akan memberikan dampak pengetahuan yang luas dan baik pada anak selain menumbuhkan minat baca. Di samping itu, buku yang bermutu dan berkualitas juga akan mendorong minat anak untuk beraktivitas membaca.

Dalam upaya memenuhi minat baca anak maka perlu penyediaan koleksi buku yang sesuai. Saat ini, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam konteks ini yaitu ketersediaan buku di Indonesia belum sepenuhnya memenuhi standar UNESCO yang merekomendasikan minimal tiga buku per anak per tahun. Standar ini bukan hanya mengukur kuantitas, melainkan juga kualitas yang mencakup relevansi dengan minat dan kemampuan baca anak. Oleh karena itu, sangat penting mengembangkan koleksi buku yang dapat menunjang kebutuhan baca anak-anak sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan mereka.

Buku sebagai media pengetahuan dan informasi, memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mengatasi permasalahan tersebut. Melalui buku, masyarakat akan dapat mengakses berbagai wawasan dan khazanah pengetahuan, yang pada gilirannya akan meningkatkan literasi dan kapasitas intelektual mereka.

Namun, akses terhadap buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau masih menjadi tantangan yang cukup serius di Indonesia. Distribusi buku yang tidak merata, minimnya perpustakaan modern, serta rendahnya minat baca masyarakat turut memperburuk kondisi tersebut.

Disparitas akses terhadap buku juga terlihat jelas antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di kota-kota besar, keberadaan toko buku, penerbit, dan perpustakaan yang lengkap memudahkan masyarakat untuk mendapatkan buku-buku dari berbagai genre dan tingkat pendidikan. Namun, di daerah pedesaan, ketersediaan buku seringkali sangat terbatas, bahkan perpustakaan desa pun belum sepenuhnya tersedia. Selain itu, keragaman konten buku yang tersedia juga masih menjadi permasalahan.

Strategi untuk Meningkatkan Minat Baca

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan minat baca di Indonesia, diantaranya pada penyediaan buku bacaan yang bermutu. Buku bacaan yang bermutu akan berperan dalam membentuk karakter dan budi pekerti anak dan salah satu upaya terpenting dalam menumbuhkan budi pekerti adalah melalui aktivitas membaca. Minat baca pada anak perlu dipupuk sejak usia dini, langkah awalnya dimulai dari lingkungan keluarga.

- Advertisement -

Menteri Pendidkan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti menyebut pihaknya akan memperbanyak bahan-bahan bacaan sebagai upaya dalam memperkuat literasi dengan cara memfasilitasi pemenuhan buku bacaan bermutu di sekolah, memperbanyak taman bacaan masyarakat, dan menghadirkan buku di banyak tempat yang dikunjungi masyarakat seperti tempat ibadah, terminal, stasiun kereta, hingga bandara.

Selain itu kegemaran belajar dalam bentuk membaca buku, merupakan salah satu karakter yang akan dibentuk dalam Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang akan diluncurkan Kemendikdasmen pada Desember 2024 mendatang. Melalui program ini, karakter dan minat baca anak-anak Indonesia bisa meningkat.

Banyaknya jenis hiburan seperti game online, scroll-scroll di internet mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. Kebiasaan yang kontra produktif ini harus mulai dialihkan kepada budaya yang lebih produktif utamanya membaca. Membaca bisa berbagai hal yang ringan lalu meningkat ke sastra, karya ilmiah ataupun hasil penelitian terbaru.

Jika membaca telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, maka bangsa Indonesia akan lebih maju dan bisa bersaing sebagai bangsa yang lebih beradab. Sebaliknya jika masyarakat Indonesia minat bacanya masih rendah, maka posisi Indonesia akan sulit bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.