Minggu, November 24, 2024

Mimpi Buruk itu Bernama Barcelona

Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana
Aku adalah aku. Tidak kurang dan tidak lebih
- Advertisement -

 

Rabu 17 April 2019 dini hari, sebelum perhelatan akbar Pemilu 2019, saya mendapatkan kabar duka. Sebuah mimpi buruk bernama Barcelona. Klub kesayangan saya, Manchester United, lagi-lagi kalah oleh pasukan Catalan. Kali ini dengan skor telak 3-0. Kecewa? Tentu saja. Namun saya akui, lebih dari satu dekade yang lalu, Barcelona memiliki segala aspek persepakbolaan yang lebih dari Manchester United. Selamat untuk Barcelona! Salam olahraga!

Saya ingat, ketika saya berada di bangku Sekolah Menengah Atas, yakni musim 2007/2008, pertama, dan yang terakhir kalinya dalam satu dekade, Manchester United dapat mengalahkan Barcelona dalam perhelatan Liga Champions.

Saat itu, gol tunggal Paul Scholes dari luar kotak penalti berhasil disarangkan di gawang Barcelona pada leg kedua. Pada leg pertama, Cristiano yang saat itu masih berseragam Setan Merah gagal memanfaatkan titik putih setelah bola melenceng ke mistar gawang. Musim itu diakhiri dengan indah ketika Setan Merah menjuarai Liga Champions dengan mengalahkan Chelsea 7-6 dalam drama adu penalti.

Lalu, pada perhelatan Liga Champions musim 2008/2009, Manchester United dipertemukan dengan Barcelona dalam sebuah final, yang berakhir dengan skor 0-2 untuk keunggulan Barcelona. Laga final yang dilangsungkan di Stadion Olimpico Roma, 27 Mei 2009 itu benar-benar membuat Setan Merah tak berkutik dalam. Catatan statistik menyebutkan bahwa Setan Merah hanya mampu melepaskan dua tembakan ke arah gawang, sedangkan La Blaugrana melancarkan delapan tendangan tepat sasaran.

Dua tahun berselang, final Liga Champions musim 2010/2011, Setan Merah kembali takluk 1-3 dari Barcelona di Stadion Wembley. Pada final Liga Champions kali ini, Setan Merah  tampil lebih buruk dibandingkan final dua musim sebelumnya,  hanya mencatatkan satu tembakan ke arah gawang. Pada laga ini, Kamera juga merekam tangan Sir Alex Ferguson yang gemetar pada babak kedua. Namun setelah pertandingan, Sir Alex Ferugon pun tak sungkan memuji Pep Guardiola.

“Mereka menghipnotis Anda dengan operan-operan yang dilepaskan. Sepanjang karier saya sebagai manajer, inilah tim terbaik yang pernah dihadapi,” kata pria berkebangsaan Skotlandia tersebut dalam buku autobiografinya.

 

Pada laga Rabu malam, Barcelona kembali menunjukkan dominasinya, sama seperti pertemuan sebelumnya yang sudah saya sebutkan di atas Meski dikejutkan dengan aksi Marcus Rashford di menit pertama saat tendangannya melambung di mistar gawang. Secara  keseluruhan Barca lebih menguasai permainan.

Strategi Ole Gunnar Solskjaer yang mengandalkan kecepatan dan postur tubuh pemain United ternyata tak berarti menghadapi permainan Barcelona. Dua gol sudah, Lionel Messi berhasil menjebol gawang David De Gea. Sebagai catatan, Lionel Messi sudah mencetak 24 gol sepanjang karirnya ke gawang klub Liga Inggris.

- Advertisement -

Catatan panjang Setan Merah dan La Blaugrana membuktikan, bahwa dengan squad terbaik dan manajer terbaik, dimana saat itu masih dihuni oleh Cristiano Ronaldo dan Sir Alex Ferguson, membuktikan kecatatan Setan Merah di pentas sepakbola Eropa. Betapa tidak, catatan statistik hanya mencatat Setan Merah yang hanya mampu menang satu kali dari Barcelona sepanjang satu dekade ini. Setan Merah pun hanya mampu mencatatkan tembakan ke arah gawang dengan jumlah yang sangat minim.

Di musim ini, dengan squad terburuk Setan Merah, Solksjaer harus mampu merombak squadnya dengan segera membuang pemain yang tidak produktif di akhir musim dan mendatangkan pemain yang mampu membuat perubahan berarti pada Setan Merah.

Kita sudahi bulan madu yang indah dengan Solksjaer, dimana awal kisah Babyfaced Assassins di United begitu manis dengan 11 laga tanpa kekalahan di seluruh kompetisi.

Mimpi buruk dengan Barcelona ini harus membuat segala aspek persepakbolaan Setan Merah mulai dari board, manajerial, pemain, dan suporter untuk berbenah besar-besaran. Board, terutama keluarga Glazzer harus memberikan kebebasan pada Solksjaer dan tidak mengintervensinya dalam aspek persepakbolaan yang dia kelola.

Berilah dia kebebasan dalam merombak squad yang ada. Ingat, Ferguson saja membutuhkan waktu tiga musim sejak awal karir manajerialnya untuk membuat Manchester United juara.

Kekalahan dari Barcelona ini merupakan kekalahan kelima dari tujuh laga terakhir di seluruh kompetisi. Terakhir kalinya Manchester United merasakan empat kekalahan beruntun adalah tahun 1999 dimana Ole Gunnar Solksjaer masih memnjadi pemain United! Tentu saja Setan Merah harus berbenah, mau tidak mau, suka tidak suka.

Setan Merah harus bangkit dari mimpi buruk yang dibawa oleh Barcelona, dan kembali menjadi salah satu tim terkuat dalam dunia sepakbola! Akankah mimpi buruk ini terus berlanjut atau berakhir dengna manis?

Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana
Aku adalah aku. Tidak kurang dan tidak lebih
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.