Tahun berganti arah berubah harapan baru muncul. Awal tahun masehi ke-2021 terlihat penuh tantangan berkelanjutan bagi Jawa Timur setelah setahun penuh berhadapan dengan Covid-19 pada 2020. Tahun lalu (2020) Jawa Timur mengusung tajuk “Jatim Tangguh” terbukti berhasil mencapai realisasi belanja Pemprov sebanyak 94,18 persen unggul dari tahun 2019 yang mencapai 89,38 persen dengan menghadapi berbagai tantangan yang ada (Jawa Pos, 1/1/2021).
Proses ketahanan Jatim pada 2020 menjadi batu loncat Pemprov jatim untuk merealisasikan terjadinya kebangkitan Jatim, apalagi terdampak Covid-19. Hal ini menguatkan Jatim 2021 menuju “Jatim Bangkit” sesuai dengan prospeknya pada 2021.
Semua proses yang berperan sebagai suksesor pencapaian ini tidak bisa lepas dari sinergisitias Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Mengutip istilah terkenal dari tokoh naturalis Inggris, Charles Darwin, “Survival of the fittest” dan merefleksikannya terhadap ketangguhan masyarakat saat ini. Seleksi alam yang memaksa kita sadar atau tidak sadar, dan mencoba menggiring kita untuk beradaptasi lebih karena proses menjadi manusia yang bertahan.
Adaptasi yang dilakukan saat ini bukan seperti berkemah di hutan yang dikelilingi binatang buas. Tapi lebih kepada adaptasi produktifitas masyarakat dalam menjawab tantangan zaman, seiring Covid-19 yang melemahkan produktifitas ekonomi. Sekarang ini masanya digital era atau serba praktis tanpa tatap muka. Tentu butuh memutar otak untuk unggul persaingan modern.
Kemajuan Jatim tidak terlepas dari sektor krusial yang menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Mulai dari sektor sosial, ekonomi, sampai pendidikan semua harus mendapat perhatian penuh kalau ingin mencapai prospek di awal sebagai “Jatim Bangkit”.
Milenial Sebagai Kunci
Lembaran baru “Jatim Bangkit” seharusnya merekrut milenial atau yang populer disebut “Echo Boomers” karena memiliki andil dalam peranan masyarakat, khususnya semangat produktifitas. Sesuai dengan pepatah Arab terkenal “syubbaan al yaum rijaal al ghadi” atau pemuda hari ini adalah pemimpin kelak.
Sebagai wujud balas budi gubernur terpilih kepada masyarakat dengan merealisasikan janji kampanye, gubernur Khofifah Indar Parawansa, dia berusaha mewujudkan program kerjanya untuk memberdayakan milenial dalam peluncuran program Millenial Job Center (MJC), East Java Super Coridor (EJSC), dan Big Data.
Pemberian kepercayaan kepada milenial tidak berarti memanjakan mereka. Sayangnya, penyakit milenial sekarang adalah setelah lulus sekolah atau kuliah ingin langsung kerja enak dan berpenghasilan besar.
Kembali ke prinsip “pemuda hari ini adalah pemimpin kelak”, usaha pemerintah dengan mengadakan pelatihan dan lain sebagainya justru untuk mendidik milenial berproses secara tangguh dan utuh. Tidak ada pemimpin yang tangguh tanpa ujian.
Seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota mengikuti langkah baik Pemprov Jatim dalam pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu yang telah melaksanakannya adalah Pemkab Pamekasan, yang memberikan aksi nyata melalui pengadaan pelatihan wirausaha baru bagi mereka yang memulai usaha dari nol (Jawa Pos, 1/1/2021).
Tingkat kesadaran Pemerintah yang mau merekrut milenial sebagai agent of change terbilang gerakan dini untuk melanjutkan estafet kepengelolaan daerah yang baik. Sebab, milenial akan melihat kondisi pemerintahan melalui kacamata kritis sekaligus mampu mengevaluasi kinerja Pemerintah.
Merujuk ke poin sinergisitas antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD), tidak boleh tertinggal perhatian stake holder daerah kepada masyarakat yang menjadi tuan dalam pranata sosial. Sebaik apa pun upaya pemerintah dan aparaturnya mencanangkan dan menjalankan program kerja apabila tanpa diikuti kontribusi nyata masyarakat semua itu akan nihil.
Tidak melupakan sektor sosial dan pendidikan. Pemprov Jatim juga harus memperhatikan lebih kepada kontribusi milenial dalam bidang sosial, dengan memberikan mereka kesempatan terjun di lapangan sebagai aktifis sosial, seperti upaya Pemprov Jatim dan Pemda yang menginisiasi pengangkatan duta-duta dari kalangan milenial dengan begitu menjadi wujud pengelolaan daerah yang baik.
Banyak kita jumpai duta sektor tertentu yang bersinggungan langsung mau pun tidak langsung dengan pemerintah dari kalangan milenial. Sadar atau tidak mereka telah mampu memikat minat masyarakat untuk memperhatikan kondisi lingkungan.
Beralih ke faktor pendidikan. Pendidikan sangat penting untuk memajukan kedua indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM); ekonomi dan sosial. Modal pendidikan yang kuat akan menopang seseorang untuk bersaing sehat di tengah arus modernisasi.
Mengapa pendidikan begitu krusial di masyarakat? kita akan mampu menjawabnya setelah merefleksikan kejadian di masyarakat. Seorang pemimpin daerah atau perusahaan umumnya berasal dari kalangan terpelajar dan terdidik agar pandai mengelola suatu sistem.
Perhatian pemerintah terhadap pendidikan bisa diwujudkan melalui pemberian beasiswa bagi pelajar berprestasi atau kurang mampu. Sebenarnya tidak ada kata “masyarakat mundur” dalam konteks sistem pemerintahan, yang ada hanya kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan memberi ruang gerak kepada mereka.
Pendidikan membentuk golongan manusia yang berpikir secara sistematis dan progresif. Tapi, tidak berhenti di intelektualitas seseorang. Moralitas dan spiritualitas seseorang juga mengantarkannya sebagai manusia merdeka dan sejahtera.
Banyak akademis yang setelah tamat sekolah menjadi pengemis, meminta jabatan sana sini, justru ini yang akan menciderai tatanan publik. Milenial yang bijak dan jujur menghantarkan dirinya menjadi agent of change untuk “Jatim Bangkit”, bahkan “Indonesia Maju”.