Sabtu, April 20, 2024

Menyingkap Spirit Desa

Ajun Nimbara
Ajun Nimbara
*Ajun Nimbara, bergiat di Komunitas Pelangi Sastra Malang. Cerpen-cerpennya tergabung dalam antologi Secangkir Kontradiksi (2015), Orang-orang dalam Menggelar Upacara (2015), dan Tubuh Buyut (2018), dan Rumah dan Waktu (2019)

Di Sekolah Dasar kita tentu pernah mendengar istilah desa, baik dari buku cerita, guru, maupun orang tua. Di benak saya saat itu, desa adalah tempat yang bebas dari paparan polusi dan aktivitas industri.

Panoramanya indah, sawahnya hijau dan orang-orangnya ramah. Saya sampai hafal lagu Desaku yang Kucinta gubahan L. Manik yang ciamik, subtil dan melankolis itu. Tapi semakin dewasa, saya justru bertanya-tanya: di desaku yang kucinta ini, mengapa kesejahteraan masyarakatnya lebih rendah dibanding masyarakat kota?

Hasil survei BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2018 menunjukkan, persentase kemiskinan di desa mencapai 13,20%, hampir dua kali lipat persentase penduduk miskin di kota, yaitu sebesar 7,02%. Wajar bila akhirnya masyarakat memandang desa sebagai wilayah yang terbelakang dan terisolir secara finansial. Desa dan kota yang seharusnya bersinergi, justru terpisah oleh kotak-kotak kesejahteraan yang dirancang oleh statistika.

Pada prinsipnya, spirit negara adalah hidup dan menghidupkan. Desa dan kota mestinya menjadi simbiosis mutualisme yang saling berintegrasi. Masyarakat masih terjebak pada stereotip bahwa kebudayaan di desa lebih tertinggal daripada di kota.

Masyarakat kota dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi, intelek, dinamis dan progresif. Dampaknya, masyarakat desa yang awam pun ikut membeli kebudayaan kota, baik sandang, kuliner, perangkat hiburan, bahkan bahasa pada beberapa platform. Desa kehilangan aset kultural dan masyarakatnya menjadi konsumeris.

Konsumerisme ini pada akhirnya melahirkan kemiskinan. Masyarakat desa didera shock culture atau gegar budaya. Kepercayaan diri mereka terhadap desa luntur. Jiwa konservatif yang harusnya memiliki peran fundamental dalam memelihara aset luhur tradisi dan budaya menjadi hilang spiritnya.

Integritas mereka terancam. Muda-mudi desa tidak lagi suka pertanian dan peternakan. Masyarakatnya beralih menggunakan perangkat teknologi dan mekanik. Mereka membelinya dari hasil menjual aset yang mereka miliki di pedesaan. Sumber kekayaan di desa tereksploitasi dengan masifnya.

Tidak hanya itu. Masyarakat desa melakukan urbanisasi ke perkotaan, kemudian membuat sebuah kelas miskin baru―menjadi gelandangan, preman dan pengemis. Menjadi beban bagi kota. Ketika pulang ke desanya, mereka tidak punya apa-apa lagi. Dalam hal ini, kebijakan revitalisasi budaya perlu diselenggarakan supaya desa bisa kembali pada jati dirinya dan menjadi kekuatan fundamental negara.

Ekonomi Representatif Desa

Desa sudah seharusnya mengabsorbsi idealisme dan gagasan-gagasan yang progresif supaya perilaku mereka tidak didominasi oleh pola konsumeris. Membangkitkan kapabilitas sebagai produsen yang mampu menghasilkan sesuatu menjadi lebih berharga adalah spirit desa yang seharusnya dimiliki dan diterapkan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan aset kebudayaan.

Kesadaran kolektif bab pentingnya intelektualitas dan peran sosial terhadap dinamika di pedesaan sangat penting untuk mengembalikan jati diri desa sebagaimana mestinya. Kepercayaan diri masyarakat desa harus dibangun, karena dengan inilah mereka akan mampu memunculkan kekuatan ekonomi yang representatif, baik dari sektor fashion, kuliner, arsitektur, bahkan bahasa lokal para penuturnya. Bukankah itu semua adalah potensi yang patut untuk terus dikaji dan dikembangkan?

Orang-orang modern akan mencari semua komponen di atas, karena pergulatan ekonomi tidak jauh dari hal-hal tersebut. Jika desa mampu melakukan revitalisasi, kembali lagi merekonstruksi dan merestorasi identitasnya, maka bukan tidak mungkin desa akan menjadi kekuatan fundamental negara dan mampu memberikan kontribusi yang komprehensif dan signifikan.

Optimisme dan kepercayaan diri terhadap semua tantangan globalisasi akan membuat masyarakat desa berani berkata, bahwa segala produk budaya lokal di desa adalah produk Indonesia yang sebenarnya. Karena desa adalah spirit vital bangsa Indonesia. Setiap desa adalah ruhnya bangsa.

Kedaulatan Desa

Semua piranti positif di desa perlu terus diupayakan, sehingga negara punya kebijakan kuat untuk memberikan ruang bagi kebudayaan dan kearifan desa. Kebudayaan dalam hal ini adalah tata nilai yang lahir dari gagasan dan pikiran manusia yang membentuk perilaku kehidupan, baik dari segi verbal, tindakan politik, sosial, pendidikan dan sumber daya. Kebudayaan melingkupi seluruh produktivitas manusia dan kemanusiaan.

Ruh bangsa kita bersemayam di setiap desa. Sudah saatnya kita membangkitkan kembali spirit yang tersembunyi di balik berbagai stereotip dan stigma. Desa menyimpan banyak kearifan budaya, tak terkecuali dalam hal spiritual. Mempelajari Indonesia, berarti mempelajari desa.

Mencintai Indonesia, berarti mencintai desa. Karena dari situ kita akan memiliki kacamata yang luas tentang Indonesia. Dari situ juga kita dapat membangun spirit desa. Bersama-sama menjunjung identitas bangsa dan mengembangkan produktivitas ekonomi dengan menggali potensi desa.

Negara yang berbudaya adalah yang negara yang mandiri; yang tidak impor bahan pokok, masyarakatnya progresif dan dinamis, tidak konsumtif, beretika, berintegritas, sekolahnya bersih, anak-anaknya sehat, gizinya terpenuhi.

Jadi, mulai sekarang, sempatkanlah waktu untuk belajar mencintai desa, sebagaimana dalam lagu Desaku yang Kucinta. Kalau kamu orang desa, mulailah dari desamu sendiri. Kalau kamu orang kota, pelajarilah desa, sehingga kamu mengerti bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan tak hanya terletak pada nominal semata.

Ajun Nimbara
Ajun Nimbara
*Ajun Nimbara, bergiat di Komunitas Pelangi Sastra Malang. Cerpen-cerpennya tergabung dalam antologi Secangkir Kontradiksi (2015), Orang-orang dalam Menggelar Upacara (2015), dan Tubuh Buyut (2018), dan Rumah dan Waktu (2019)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.