Sepertinya baru kemarin merasakan yang namanya bangku sekolah, rasanya baru kemarin merasa masih meminta uang saku, rasanya baru kemarin selalu merasakan hangatnya kasur di kamar di rumah. Namun saya harus sadar, saya harus tersadar kondisi saat ini sudah berubah. Menuju umur 30-an dengan perasaan masih belum puas atas apa yang diraih saat ini. Kurang puas, hal-hal terbaik apa saja yang saya dapat lakukan, terutama jujur untuk diri sendiri dan keluarga. Merasakan kondisi masih lajang karena suatu keputusan demi menjaga prioritas yang lebih penting. Profesi yang dijalanin sekarang ini rasanya kurang sesuai passion dan bertambah pula kondisi tempat yang kurang memberikan ruang terhadap diri sendiri. Saya harus jujur untuk mengakui ini, karena memang saya ingin mengatakan yang jujur.
Dibilang mengeluh mungkin bukan, namun lebih kearah kurang puas atas apa yang telah diperbuat. Apakah ada yang merasakan hal yang sama, bahwa sebenarnya diri kita punya potensi yang luar biasa. Potensi diri serasa seperti sebuah mainan plastisin yang dapat berbentuk apapun sesuai dengan keinginan hati. Pertanyaannya adalah bagaimana untuk membentuk kondisi ini lebih baik. Keadaan yang mengharuskan kita untuk tetap berada di satu titik, karena saya tidak boleh egois ntuk bertindak. Semua yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan awal dan memperhatikan prioritas yang lain.
Namun jujur, kita tidak tahu waktu kita hidup sampai kapan, sampai kapan kita bisa melakukan sesuatu. Takut rasanya jika apa yang kita lakukan hanya sesuatu yang sia-sia. Bukannya terlalu perfeksionis juga, namun potensi yang kita punyai harus lah membuat kita semangat untuk membuat suatu yang luar biasa. Kembali dengan kata jujur terhadap diri sendiri, fikirkan apa yang akan kita terima saat kita memilih pilihan A maupun B. Banyak pertimbangan dan banyak kekhawatiran.
Terlebih berhubungan dengan yang dinamakan lingkungan, lingkungan bisa saja tidak sesuai yang kita harapkan. Lingkungan tersebut tidak mempresentasikan jati diri kita yang memang menuntut kesempurnaan. Jujur kembali ke diri kita sendiri bahwa bukan bermaksud sombong ataupun ingin menjadi yang terbaik, namun jiwa ini jujur telah terbentuk seperti itu. Ingatlah saat sekolah dulu, kita diharuskan disiplin sekolah agar presensi kehadiran menjadi bagus. Rajin belajar dan bersemangat memperoleh nilai yang terbaik untuk memperoleh peringkat terbaik. Karena menjadi peringkat terbaik berarti banyak tawaran-tawaran beasiswa yang akan kita terima. Bentuk apresiasi yang mungkin anak-anak kurang mampu akan berusaha keras agar cita-cita sekolah tinggi dapat beriringan tanpa mengharuskan orang tua untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut.
Tetap jujur terhadap diri sendiri, bahwa jiwa untuk menjadi yang terbaik karena ingin membuktikan bahwa, di dalam kondisi yang tidak mendukung pun, prestasi akan tetap terukir. Adakah yang pernah dalam posisi ini?. Banyak keinginan harus mampu dan menguasai segala hal yang membuat kita agar makmur menjalani hidup ini. Kembali kepada kejujuran hati, bahwa apa yang kita lakukan dan hasilkan adalah agar dapat berbagi. Keluarga sebagai hal yang sangat berharga pastinya ingin selalu kita bahagiakan.
Kembali ke dalam kejujuran diri sendiri, bahwa kata karena kondisinya seperti ini maka kita tidak bisa berbuat sesuatu. Kalimat itu yang membuat saya benci. Tidak mampu karena sebuah kondisi yang sebenarnya kita bisa merubahnya. Kondisi yang sebenarnya karena terbentuk karena sebuah ketidakadilan dan ketidakpedulian dari orang lain.
Kembali ke dalam kejujuran. Melihat sesuatu yang kurang pas menurut kita, dan keinginan untuk merubahnya adalah sesuatu yang terkadang membuat kita sulit memperbaikinya. Kendala itu sangat besar, mungkin karena memang tidak ada daya untuk kita melakukannya. Inilah kadang terfikir bahwa menulis adalah interaksi dengan diri sendiri, apa yang akan kita tuju. Mencoba melihat jauh ke dalam sanubari, apakah ini benar untuk dipertahankan ataupun kita mencari sesuatu yang menjadi passion kita. Dunia nyata tidak terlalu ramah jika kita terlalu polos untuk menanggapi segala problema dunia.
Kembali ke dalam kejujuran. Menulis adalah sebuah teman, menulis adalah sebuah sahabat untuk berbagi, untuk dapat berbicara dengan jiwa suci di dalam diri. Menulis adalah bentuk kejujuran untuk dapat mengekspresikan. Segala hal berhubungan dengan menulis. Menulis ada kekuatan, menulis adalah sebuah keindahan, dan menulis adalah sebuah pengobatan. Obat untuk dapat melepaskan semua beban. Obat untuk melepaskan segala keraguan dan sakit hati. Obat untuk dapat mengenal lebih jauh diri kita.
Saya merasa masih kurang untuk berbicara dengan diri saya sendiri. Masih banyak hal yang sembunyikan dan dipendam. Hal-hal yang berupa kekecewaan hingga bahagia bercampur menjadi satu ingin segera dipilah satu per satu kebenarannya. Menulis adalah sebuah emosi yang terkumpul, bergumul menjadi satu untuk segera dibentuk menjadi sesuatu yang indah. Banyak omong kosong di dunia ini namun tetap yang paling berharga adalah kejujuran yang ada di dalam diri sendiri. Sudahkan Anda jujur terhadap sendiri, maka menulislah agar Anda tahu kejujuran Anda.