Jumat, Maret 29, 2024

Menuju 100 Tahun Indonesia, Sudah Siap?

Totoh Wildan
Totoh Wildan
Pembelajar Hukum Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia dan Tata Kelola Negara

Abad 21 merupakan abad persaingan. Kecepatan perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan peradaban umat manusia. Ketidakpastian menjadi suatu hal yang sering terjadi memasuki abad 21 ini.

Abad milenial ini secara langsung menjadi tantangan besar bagi perkembangan bangsa Indonesia. Memasuki abad yang penuh ketidakpastian, kepemimpinan yang tepat dan tahu arah kedepan menjadi salah satu hal yang dibutuhkan oleh bangsa besar ini.

Membicarakan tentang kepemimpinan, Indonesia adalah bangsa yang lahir dari pemimpin-pemimpin besar dengan pemikiran besar pula. Soekarno sang Proklamator, adalah pemimpin besar yang memiliki arah pemikiran tentang Marhaenis-nya.

Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama, merupakan tokoh bangsa yang memiliki pandangan maju berkaitan dengan ekonomi dan demokrasi. Selain itu, ada pula Tan Malaka, seorang Minangkabau, dengan pemikiran maju tentang Republik Indonesia, dikala orang Indonesia belum sampai memikirkan tentang kemerdekaan Indonesia sendiri.

Ketiga peminpin di atas hanyalah salah tiga dari tokoh-tokoh lain yang tak kalah hebatnya. Satu hal yang patut dibanggakan, bangsa Indonesia lahir karena memang didesain oleh orang-orang besar, agar dapat pula melahirkan bangsa besar pula. Kebanggaan ini seharusnya dapat dirasakan oleh seluruh warganegara di Republik ini.

Optimisme para pendiri bangsa yang sudah dipupuk sejak awal kemerdekaan, harus diakui terus memudar ditengah kemunduran-kemunduran moral, etika dan intelektual disebagian besar masyarakat Indonesia.

Salah satu hal yang dapat diasumsikan atas kemunduran-kemunduran bangsa ini adalah terjadinya degradasi kualitas peminpin bangsa dari generasi ke generasi ini. Degradasi kepemimpinan ini secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

Harus diakui atau tidak, pasca selesainya generasi Soekarno di tahun 1966, pergiliran kepemimpinan pasca Soekarno tidak memiliki pemikiran yang setara dengan generasi sebelumnya. Generasi Soeharto cs yang berbau militeristik telah mematikan inteletualitas era Soekarno. Kepemimpinan yang otoriter, koruptip dan anti demokrasi, memberikan sumbangan besar pada kemunduran-kemunduran pada generasi selanjutnya.

Tumbangnya Soeharto menjelang abad milenium, belum dapat mengembalikan intelektualitas seperti awal-awal kemerdekaan. Sisa-sisa Orde Baru yang berbau fasis, koruptip dan anti demokrasi, masih membekas pada perjalanan bangsa Indonesia di era milenium ini.

Merubah paradigma ala Orde Baru menjadi tantangan bagi generasi 1998 dalam upaya mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa besar pada tahun 2045 atau tepat 100 tahun berdirinya Republik Indonesia.

Ada banyak tantangan yang akan segera dan sedang terjadi. Ketidakpercayaan pada demokrasi, perpecahan antar anak bangsa, ketimpangan yang terus meningkat hingga kian maraknya budaya korupsi menjadi ancaman nyata yang sedang dihadapi. Selain itu, berpotensi juga munculnya krisis pangan, energi hingga yang paling berbahaya yaitu krisis air.

Indonesia 2045 adalah layaknya fiksi yang akan segera datang. Berkaca pada negara kebangsaan lain di dunia, periode memasuki umur 100 tahun adalah masa penuh uji bagi suatu bangsa. Banyak negara yang berhasil bertahan pasca umur 100 tahun, tapi banyak juga yang gagal.

Amerika Serikat dan Prancis adalah 2 negara besar yang berhasil melewati umur 100 tahun. Hanya saja, dalam catatan sejarah, memasuki umur 100 tahun menjadi masa yang paling berat bagi kedua negara tadi. Amerika Serikat menghadapi perang saudara pada tahun 1861-1865.

Perang saudara di Amerika baru sepenuhnya reda pada tahun 1870 atau 6 tahun sebelum Amerika Serikat memasuki umur 100 tahun. Keberhasilan melewati berat tadi, membawa Amerika menjadi bangsa Adidaya hingga saat ini.

Berbeda dengan Amerika Serikat, Uni Soviet menjadi salah satu negara besar yang gagal melewati masa berat saat memasuki umur 100 tahun. Krisis yang berkepanjangan pada periode akhir tahun 80-an, membuat negara ini gagal pada tahun 1991 atau berumur 87 tahun dan menjadi tinggal nama saja dalam catatan sejarah.

Berkaca pada pengalaman 2 negara besar tadi, Indonesia memiliki pilihan pada 2045 nanti. Apakah akan mencatatkan nama sebagai negara besar layaknya Amerika Serikat atau tinggal nama layaknya Uni Soviet? Ketepatan bangsa ini dalam memilih pemimpin yang tepat akan menjadi salah satu parameter dalam upaya melihat Indonesia pasca 2045. Siapkah untuk itu?

Totoh Wildan
Totoh Wildan
Pembelajar Hukum Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia dan Tata Kelola Negara
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.