Sabtu, April 20, 2024

Menolak Stigma Pemilik Zodiak Gemini

Akbar Mawlana
Akbar Mawlana
Mahasiswa Sosiologi dan founder Arena Sosial.

Zodiak apa yang paling menderita? Jika ada pertanyaan tentang zodiak paling menderita, saya akan menjawab dengan lantang, “pemilik zodiak gemini.” Bagaimana tidak menderita, saya selaku orang berzodiak gemini, sering mengalami pandangan buruk sebagai orang plin-plan, playboy, dan omongannya penuh dusta. Begitu juga dengan teman-teman saya yang juga berzodiak gemini.

Sebenarnya saya tidak sakit hati jika sering diolok-olok begitu. Cuman agak kesal saja jika orang lain melihat zodiak gemini dengan sudut pandang sempit. Kalau sudah begini, salah siapa, ini dosa siapa? Masak iya, saya harus mengumpulkan orang-orang berzodiak gemini, terus melakukan aksi demo menuntut agar pemerintah membuat Undang-Undang agar melindungi pemilik zodiak gemini?

Sungguh kerumitan hakiki yang tidak akan membuahkan hasil. Mengingat, isu penting seperti RUU TPKS saja perlu perjuangan selama sepuluh tahun untuk menjadi Undang-Undang. Lah, apalagi sekadar isu masalah zodiak gemini.

Atau harus melakukan kampanye sosial agar ibu-ibu tidak melahirkan di bulan Juni sampai Mei agar anaknya tidak menjadi korban olok-olokan, akibat berzodiak gemini. Kalau begitu, namanya menentang kuasa Tuhan nantinya. Wah, ini tambah runyam saja jadinya.

Namun, tenang saja. Saya coba melakukan perlawanan dengan menolak stigma terhadap pemilik zodiak gemini. Perlawanan saya ini bertujuan agar orang lain mendapatkan pencerahan tentang sifat-sifat yang selama ini dituduhkan pada orang berzodiak gemini.

Hal pertama yang paling melekat dari tuduhan pemilik zodiak gemini adalah orangnya plin-plan. Saya sering mendapat omongan dengan pendirian tidak tetap. Teman-teman saya selalu mengucapkan, “halah omongan gemini mana bisa dipercaya. Pagi ini bilang tidak mau, paling nanti malam berubah menjadi mau.”

Ternyata beberapa teman saya yang juga kebetulan berzodiak gemini, sering menjadi korban tuduhan tidak punya pendirian tetap. Lebih mengejutkannya lagi, saya sempat membaca status WhatsApp teman, dia menjelaskan kalau punya teman zodiak gemini harus bersiap-siap dengan ketidakpastian jawabannya. Satu menit bilang iya, satu menit kemudian bilang tidak.

Bagi saya, setiap orang pasti juga plin-plan, bukan hanya orang berzodiak gemini. Tetapi, argumen saya dengan menilai setiap orang juga plin-plan, sering mengalami pembantahan. Karib saya sering membantah, “Iya. Setiap orang memang plin-plan. Namun, gemini paling parah. Bahkan, bisa berubah sekejap mata.”

Oke. Tidak masalah. Justru saya bahagia kalau gemini mendapat penilaian sebagai orang plin-plan. Artinya, gemini merupakan orang-orang yang menyukai aktivitas berpikir. Teringat dengan perkataan Rocky Gerung, beliau menjelaskan kalau berpikir merupakan tindakan tidak tetap. Berpikir akan terus berubah-ubah keputusannya, kalau keputusannya tidak berubah, namanya tidak mau memakai akalnya untuk berpikir.

Dari Rocky Gerung, bisa memahami mengapa individu berzodiak gemini mudah berubah pikirannya. Dengan kata lain, pemilik zodiak gemini menghargai pemberian akal dari Tuhan. Tidak mengejutkan kalau beberapa penulis ternama berzodiak gemini, seperti Tan Malaka, Soekarno, dan Adam Smith.

Terlepas dari persoalan karakter plin-plan pemilik zodiak gemini, hal lain yang sering menjadi nilai buruk terhadap gemini, biasanya orang-orangnya tidak setia. Karenanya, saya sudah biasa mendapat label buaya. Padahal, saya setia terhadap pasangan. Hanya saja, saya mudah dekat dengan banyak perempuan, tetapi sekadar menjadikannya teman.

Senada dengan teman saya di Bandung yang kebetulan berzodiak gemini. Dirinya bercerita mendapat label buaya betina hanya karena punya banyak teman pria. Yang sewot itu teman-temannya, padahal kekasihnya tidak pernah menyebutnya buaya.

Pertanyaan saya, apakah orang gemini tidak boleh memiliki banyak teman lawan jenis? Sungguh ironi, lantaran orang berzodiak gemini juga sama dengan lainnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya bisa berteman dengan siapa saja, baik laki-laki atau perempuan tanpa terbatas.

Selain itu, label tidak setianya orang gemini bisa terjadi karena dianggap mudah bosan. Kekasih saya sering mengatakan, “dasar gemini, mudah bosan. Sekali bosan, pindah lain hati.” Sesungguhnya, rasa bosan dalam hubungan menjadi kewajaran. Yang tidak wajar, jika bosan selalu menjadi delik utama untuk memutuskan pasangan. Tentunya, bosan bisa diolah agar tidak terus menetap di relung hati. Misalnya, mengajak pasangan ke wisata alam.

Meski demikian, saya tidak melarang seseorang memutuskan pasangannya saat bosan. Sebab, bosan dalam hubungan terbentuk karena sudah tidak mendapatkan kenyamanan lagi. Kalau sudah tidak nyaman, lalu memaksakan untuk menetap, psikis dan perasaan bisa mengalami gejolak.

Demikian pemaparan saya tentang salah kaprah terhadap sifat pemilik zodiak gemini. Setidaknya, tulisan ini bisa menjadi cara penyadaran kalau orang berzodiak gemini, sama dengan manusia lainnya. Jangan sampai terus-menerus memberikan stigma terhadap orang berzodiak gemini.

Jangan sampai ada fenomena baru ke depannya, yakni masyarakat Indonesia yang berzodiak gemini mengalami peningkatan jumlah penganggur dan meningkatnya angka tidak menikah. Kalau sudah begini, kasihan Pemerintah Indonesia.

Pemerintah sudah pusing memikirkan hutang negara, masak masih harus memikirkan kenestapaan masyarakatnya yang berzodiak gemini. Setidaknya, dengan mengurangi stigma terhadap gemini, bisa mencegah orang berzodiak gemini mengalami penolakan melamar kekasihnya dan penolakan saat melamar kerja.

Akbar Mawlana
Akbar Mawlana
Mahasiswa Sosiologi dan founder Arena Sosial.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.