Resistensi antimikroba atau Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang tidak hanya berdampak pada manusia, melainkan juga hewan dan lingkungan. Penelitian Mudenda S., et.al (2023) mengenai “Global Strategies to Combat Antimicrobial Resistance: A One Health Perspective” yang dipublikasikan pada Scientific Research Publishing melihat bahwa saat ini AMR termasuk dalam sepuluh masalah utama kesehatan global pada bidang kesehatan masyarakat. Isu mengenai AMR ini telah menjadi momok yang terus dibahas dalam ranah global, hingga AMR disebut sebagai silent pandemic.
Dampak dari tingginya kejadian AMR tentunya membuat bakteri menjadi lebih kebal terhadap antibiotik sehingga menghambat kemampuannya dalam terapi. AMR menjadi masalah yang cukup serius karena risiko penularannya dari hewan ke manusia. Hingga saat ini, sistem surveilans di dunia terus memonitor kejadian AMR terkait hubungannya antara manusia, hewan, dan lingkungan. Tidak terkecuali di Indonesia, lembaga penelitian seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai menyoroti masalah ini.
Pada jurnal yang akan dibahas, kita akan melihat strategi global dalam menangani AMR dan tantangan yang ada dalam menggunakan pendekatan One Health. One Health merupakan pendekatan multi sektor dan lintas disiplin baik dalam lingkup lokal, regional, maupun global untuk mencapai kesehatan manusia, hewan, tumbuhan hingga lingkungan. Indonesia juga turut serta dalam program dunia ini.
Metode
Penelitian Mudenda S., et.al (2023) menggunakan desain review naratif dengan pendekatan pada pencarian literatur di database PubMed dan Google Scholar yang terbit dari Januari 2002 hingga Juli 2023. Pada tahap penelusuran, penulis menggunakan beberapa keyword khusus untuk memilih jurnal yang akan diteliti dengan ketentuan jurnal tersebut menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dan sesuai dengan kriteria pada guidelines PRISMA 2020.
Hasil
Terdapat dua aspek utama dalam pembahasan, yaitu strategi global untuk menghadapi AMR dan tantangan dalam implementasinya. Strategi yang digunakan mengacu pada pendekatan One Health. Terdapat tiga langkah strategi global dalam menghadapi AMR.
Langkah pertama adalah pembentukan Global Action Plan (GAP) pada Mei 2015. Tujuannya untuk membuat komitmen dalam membangun National Action Plan (NAP) secara multi sektor tiap negara. Terdapat lima fokus pada GAP, 1) meningkatkan kesadaran AMR melalui komunikasi, pendidikan, dan pelatihan; 2) memperkuat pengetahuan melalui penelitian dan pengawasan; 3) mengurangi insiden infeksi dengan sanitasi dan kebersihan; 4) mengoptimalkan penggunaan antimikroba di sektor kesehatan manusia dan hewan; serta 5) meningkatkan investasi pengembangan obat, alat diagnostik, dan vaksin baru.
Langkah kedua adalah National Action Plans (NAPs). Banyak negara yang mengembangkan NAP, namun negara low-middle income memiliki hambatan dalam penyelenggaraannya. Strategi berikutnya adalah membentuk program yang dikenal sebagai Antimicrobial Stewardship (AMS). Fokus program ini mengutamakan penggunaan antimikroba secara rasional. Terdapat beberapa kegiatan pada program ini, seperti kampanye kesehatan masyarakat serta kegiatan hospital-based managing dan community pharmacy-based.
Dengan strategi yang ada, terdapat tantangan dalam implementasinya. Adapun tantang yang dihadapi antara lain rendahnya kesadaran dan pengetahuan mengenai AMR. Akibatnya pola penggunaan antibiotik tidak rasional sulit dikendalikan. Kendala lain keterbatasan sumber daya dan kapasitas tiap negara, baik dari kurangnya tenaga kerja terlatih, fasilitas laboratorium belum memadai maupun pengawasan untuk menghasilkan data berkualitas tinggi sulit tercapai. Selain itu, pendanaan untuk program AMR masih krusial, mengingat banyaknya prioritas kesehatan lain yang ditangani tiap negara. Sehingga kepemimpinan dan koordinasi yang efektif sangat dibutuhkan agar terbentuk komitmen dari pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah, baik melalui kolaborasi global, penguatan kapasitas, dan pendekatan lintas sektor.
Manfaat
Penelitian ini, membuat kita sadar akan kedaruratan penggunaan antimikroba. Khususnya Indonesia, yang berkontribusi pada pendekatan One Health, bisa belajar dari panduan strategis untuk mengatasi AMR seperti yang tertera. Manfaat terkuaknya masalah ini dapat meningkatkan kepedulian mengenai penggunaan antimikroba, tentunya dapat merangsang peneliti untuk mengetahui lebih jauh keadaan yang terjadi di negaranya. Selain itu, pemangku kebijakan dapat melihat pandangan baru terkait pengelolaan isu kesehatan, utamanya dalam merumuskan kebijakan di daerah, nasional maupun global.
Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan komprehensif membuat penelitian ini menjadi kompleks. Hasil dan temuan yang diberikan runut sehingga memudahkan pembaca memahami konteks masalah dan tertarik untuk mengetahui lebih jauh masalah tersebut. Topik yang diangkat relevan dan memiliki nilai urgensi dalam isu kesehatan global saat ini. Selain memaparkan strategi, penulis juga memperhatikan tantangan yang akan muncul dalam strategis tersebut. Sehingga, pembaca, terutama pembuat kebijakan, akan berpikir lebih kompleks untuk menangani AMR dengan menitikberatkan pada poin pentingnya kerja sama lintas sektor.
Namun, penelitian ini masih memiliki keterbatasan mengingat metode yang digunakan adalah review naratif yang rentan bias seleksi karena bergantung pada literatur yang dipilih oleh penulis. Pembatasan pada literatur dengan bahasa pengantar berupa Bahasa Inggris memungkinkan adanya pengabaian penelitian yang diterbitkan dalam bahasa lain.
Dikarenakan penelitian berupa deskripsi naratif, kurang adanya pengujian hipotesis terkait efektivitas strategi yang diberikan sehingga menjadi kurang kuat secara analitik. Ditambah, strategi yang diberikan berfokus pada strategi global yang belum ada pemantauan hasil jangka panjangnya dan tidak mengikutsertakan strategi dalam konteks regional maupun lokal yang tentunya lebih spesifik.
Harapan
Sadar dengan keterbatasan yang ada, penulis merekomendasikan penelitian berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap, dan praktik individu mengenai penggunaan antimikroba, AMR, dan program AMS. Penelitian berikutnya barangkali bisa menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih terperinci. Peneliti dapat fokus pada pengumpulan data yang lebih akurat dan konsisten terkait penggunaan antimikroba di berbagai sektor (manusia, hewan, lingkungan) di negara berkembang, untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dampaknya. Tidak lupa pula untuk melakukan kolaborasi multidisiplin antara ilmuwan, praktisi kesehatan, pemerintah, serta sektor pertanian dan lingkungan untuk menerapkan pendekatan One Health secara lebih efektif. Alih-alih memaparkan strategi global semata, penelitian ke depan dapat berfokus pada pemantauan dan evaluasi kebijakan terkait bagaimana efektivitas kebijakan tersebut telah diterapkan.
Sumber:
Mudenda, S. et al. (2023) Global Strategies to Combat Antimicrobial Resistance: A One Health Perspective. Pharmacology & Pharmacy, 14, 271-328. https://doi.org/10.4236/pp.2023.148020