Salah satu corak yang dibahas dalam tulisan ini adalah dari film “War of the planet of apes”. Ya film tentang monyet yang dapat berbicara itu. Sebuah bentuk perkembangan evolusi yang terbantukan oleh keberadaan manusia. Tetapi tidak mengenai jalan cerita dari film tersebut yang akan terulas. Melainkan hal-ihwal pranata persisteman untuk kebutuhan pembangunan maupun berbagai hal yang mendukung tumbuh kembang peradaban.
Sebuah padanan kata yang saya bola-balikkan demi memanjangkan definisi yang mengawali pembahasan akan sistem yang sebelumnya tersebut. Tetapi sistemisasi ini tidak dalam bentuk corak bagan organisasi seperti yang terpampang ditembok-tembok perkantoran. Tidak, malah lebih sederhana dari hal itu. Sistem yang saya hubungkan lewat film “War of the planet of apes” ini. Lebih menekankan mengenai salah satu scene yang saya anggap dapat mencotohkan salah satu bentuk sistem yang paling sederhana. Dan mungkin saja, yang mendasari seluruh sistem.
Mungkin tidak perlulah saya kisahkan dari awal sampai akhir jalan cerita film ini. Pokoknya mengenai kera-kera yang membuat komunal sendiri. Kera-kera ini dapat melakukan komunikasi maju satu sama lainnya. Dan dapat berproduksi serta terampil. Layaknya manusia purba dahulu kala. Disuatu saat ketika kera-kera ini tertangkap oleh manusia. Mereka diperkerjakan dengan paksaan. Karena mereka diancam oleh senjata api. Hal yang dapat langsung membunuh mereka seketika. Sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja karena paksaan tersebut. Sementara para pemegang senjata api itu, atau manusia tinggal berdiri dan mengawasi sembari meminum bir masing-masing.
Bagian film itu lah yang menjadi salah satu ulasan. Dapat terlihat jika hubungan antara kera dan manusia di scene itu adalah antara bawahan dan atasan. Bawahanlah yang bekerja, sementara atasan hanya duduk mengawasi saja. Sementara kera-kera itu tidak diberikan porsi makan selayaknya mereka bekerja dengan penuh kelelahan karena paksaan itu. Kebuutuhan makan mereka pastinya berlebih karena harus melakukan pekerjaan yang di scene itu adalah membangun tembok juga.
Sebenarnya bisa saja kera-kera itu tidak mau. Tetapi terdapat alat disini yang dapat mengkontrol mereka yaitu senjata api. Yang senantiasa dapat menembak mereka yang tidak mau bekerja. Karena keinginan untuk hidup itulah mereka terpaksa bekerja. Padahal kera-kera itu sebenarnya juga tidak membutuhkan manusia-manusia pembawa senjata tersebut. Tetapi karena terkondisikan oleh tertangkapnya mereka juga. Terpaksa mereka melakukan itu.
Dan setelah pembahasan antara hukum senapan dan paksaan itu. Saya melanjutkan ke sebuah bentuk pemberontakan paling sederhana. Yang dapat memberhentikan pekerjaan yang sebelumnya tidak dapat dihentikan tanpa mandat dari mandor mereka. Yaitu ketika tokoh utama dari pihak kera-kera yang bernama “Caesar” sudah muak terhadap perilaku penyiksaan yang dilakukan para manusia itu. Dia meneriakkan kata berhenti dengan lantangnya karena tidak kuat melihat penderitaan kaumnya.
Dia membuat berhenti semua aktifitas di tempat itu. Dan menarik perhatian segala pihak baik kera maupun manusia. Hanya dengan satu teriakan lantang, semua kegiatan terhenti. Hingga akhirnya dia didekati oleh pemimpin pasukan manusia itu. Dan mengancam akan menembak kepalanya. Dan Caesar sendiripun dengan berani mendekatkan kepalanya ke moncong pistol tersebut. Pada akhirnya atas ancaman tersebut. Kera-kera lainnya memulai pekerjaannya kembali karena takut akan kehilangan pemimpin mereka.
Ancaman dan todongan senjata. Alat yang dipakai atasan untuk membuat bawahan mereka tidak membelot dan tetap melakukan apa yang mereka mau. Ketakutan akan kehilangan pemimpin mereka, ketakutan akan kehilangan hidup mereka, kera-kera itu masing-masing. Digunakan oleh manusia-manusia yang punya senjata itu untuk mempekerjakan mereka. Bukan atas kemauan mereka. Karena kesuperioran manusia-manusia itu dalam persenjataan.
Lalu satu berontakan oleh satu kera saja. Langsung ditodong oleh pistol. Karena ketakutan dari manusia itu terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh Caesar tadi. Karena sebenarnya para manusia itu yang berposisikan sebagai atasan. Pastilah tetap membutuhkan kera-kera itu. Dan alat untuk menjalankan keterbutuhan mereka itu yang seperti sedari tadi diulangi adalah ancaman. Ancaman akan ditembak lah maupun dipecutlah. Ancaman yang membuat kera-kera itu senantiasa harus patuh terhadap mereka. Padahal kera-kera itu dibutuhkan oleh para manusia-manusia tersebut.
Umpamanya dibawa dalam kasus dimana tidak ada persenjataan. Dan kera-kera dan manusia-manusia diposisikan sama seperti yang tertuang sebelumnya. Kelas atas dan bawah. Satu pembrontakan seperti yang dilakukan Caesar tadi akan menimbulkan riuh yang kemudian menjadi gelombang hingga menenggelamkan para manusia yang sebelumnya diatasnya.
Coba bayangkan seperti itu dikondisi seperti itu. Pemberontakan yang dilakukan oleh kera-kera yang dibutuhkan oleh manusia tadi. Seperti dengan tidak melakukan apa yang mereka suruh maka akan membuat apa yang menjadi kebutuhan manusia-manusia tersebut tidak terpenuhi. Dikarenakan kebutuhan manusia di film tersebut adalah pembangunan tembok, coba diganti dengan pangan. Maka pastilah manusia-manusia itu kelaparan.
Karena setelah scene pembelotan Caesar itu. Membuat pemimpin manusia terpaksa melakukan kompromi agar rencananya berjalan sebagaimana ia harap dalam waktu yang ia targetkan. Pemberontakan tersebut berujung kompromi dari pihak atas. Karena pihak atas memang membutuhkan yang bawah. Dan juga sebenarnya mau tidak mau kera-kera itu menanggapi kompromi tersebut karena adanya ancaman senjata berapi.
Coba kalau tidak ada senjata itu yang menahan mereka. Pemberontakan itu akan menghancurkan dan meluluhlantakkan apa yang telah mengekang dan menyiksa mereka. Kebebasan mereka akanlah pasti mereka terima karena usaha mereka sendiri. Karena sedari awal kera-kera itu tidak berkebutuhan bekerja dengan sistem seperti itu.
Lalu coba cocokkanlah yang sekiranya ialah menjadi berhubungan didalam dunia sekaran ini. Benarkah ancaman juga yang mendasari timbulnya sistem produksi. Mungkin ya, mungkin tidak. Karena penjabaran tersebut saya rasa terlampau belum saya mengerti. Hanya saja saya ingin menuliskan apa yang telah saya dapat dari film yang baru-baru saja muncul ini. Karena kesewenangan pihak yang paling membutuhkan yaitu manusia dalam salah satu scene film ini. Dan padahal yang paling penting ialah pihak bawah.
Karena yang berada di kelas bawah disini. Adalah tonggak yang memberikan tempat si atas. Apabila yang berada di atas tidak memiliki alat jika dalam film ini senjata api. Maka mana mau yang dibawah melakukan hal tersebut. Terkecuali terdapat sebuah kerjasama secara musyawarah yang mufakat. Dimana semuanya serta merta setuju untuk bahu membahu satu sama lain dan memberikan tempat diatas bagi yang sekiranya memang berkemampuan menurut semua pihak untuk berada diatas sebagia pengawas, pengatur juga pekerja. Tetapi apabila difilm itu seperti itu maka film itu dipastikan membosankan karena tidak adanya konflik dan pemberontakan.