akhir-akhir ini media sosial gonjang-ganjing, arena jenaka, bahagia suka cita berubah menjadi lahan pertempuran sengit antara kaum Bani Serbet dan Pentul Korek Api. suhunya panas, andorid lama kelamaan bisa terbakar, jari-jari ikut keriting akibat mengetik larik-larik HATESPEECH (gitu tulisan wooi..?) ada yang membanting-banting android kesel sendiri lihat ulah katakanlah sang penista Agama (dulu) enak saja melenggang nyalonkan diri jadi kepala Daerah, padahal itu hape kreditan belum lunas…kalau dulu awal tahun 2009 ketika membuka Facebook, bertaburan status-status kebahagiaan foto-foto keluarga yang renyah, candaan yang menggelikan dan mengandung pesan-pesan moral yang mendalam. ikut grup motivasi yang anggota saling memotivasi antara satu dengan yang lainnya.
tapi kini, anda boleh saja melihat berapa banyak makian-makian yang berseliweran di kronologi beranda anda. mulai dari sebutan isi kebun binatang, sebutan isi (maaf***) celana dalam sampai tali kolor yang mulai kendor akibat longgar karena badan semakin kurus tiap hari pagi siang shubuh ampe sore membenci terus-terusan tanpa celakanya, kita tak menyadari berapa banyak waktu kita habis meladani komentar-komentar kebencian yang bersilewaran di status kita tersebut.
kita tak sadar waktu kita tersita untuk , membaca buku, murajaah hafalan, meresensi jurnal, menyiapkan bahan-bahan penelitan bagi mereka yang berstatus sebagai mahasiswa. kan gak lucu skripsi tidak siap-siap karena waktu hanya di habiskan di media sosial yang tahu dimana juntrungannya (seperti saya ini…)
kenapa hari ini kita begitu buas di media sosial???
kenapa kita seperti tidak mengenal satu sama lain di media seosial sementara di kehidupan nyata mereka-mereka itu teman dekat kita, namun di media sosial kita saling membenci. kebalikannya, mengapa kita lebih percaya, bahkan suka serasa dekat kepada teman-teman sosmed kita yang sesungguhnya kita tak pernah kenal dekat di kehidupan nyata dengan mereka..
ternyata kita hanya mengenal rumah kita yang indah dan membandingkan rumah orang lain yang kita anggap lebih buruk dari rumah kita. dan kita akan membanci mereka ketika mereka menghinam rumah kita, padahal sesungguhnya kita belum pernah keluar rumah dan melihat dimana letak keunggulan rumah kita di banding rumah orang lain. kita menjadi buas, dan hari ini, Media sosial menjadi pelanggeng kebuasan kita
Tabik!