Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil Ahok telah menjalani masa hukuman dengan total selama 1 tahun 8 bulan 15 hari. Ahok mulai menjalani hukuman penjara tepat pada tanggal 9 Mei 2017 setelah putusan dibacakan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Ahok divonis 2 tahun penjara karena terbukti bersalah melakukan penodaan agama atas pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Dan tepat pada hari ini Kamis 24 Januari 2019 Ahok bebas dari Rutan Mako Brimob dengan total remisi 3 bulan 15 hari. Lalu bagaimana dengan langkah Ahok setelah bebas?
Bagiku, Ahok merupakan pribadi yang dicintai sekaligus dibenci. Bagi mereka yang tak bisa melupakan jasa-jasa Ahok semasa beliau memerintah sebagai Gubernur DKI Jakarta tentu akan sangat berterimakasih atas kehadiran Ahok. Dukungan moral terus mengalir kepada Ahok selama berada di Rutan bahkan hingga detik ini.
Melalui hashtag #WelcomeBackBTP yang pertama kali digaungkan oleh akun twitter pribadi Ahok mencatatkan hampir 30 ribu tweet dan bercokol di deretan trending topic Indonesia. Tapi bagi mereka yang sulit memaafkan ‘kesalahan’—yang sampai sekarang masih menjadi sebuah perdebatan—tentu masih sukar untuk mencintai Ahok. Dengan pertimbangan itu, maka setiap keputusan yang akan diambil oleh seorang Ahok setelah dirinya bebas akan menjadi sorotan publik.
Menurut penuturan Ima Mahdiah, salah seorang staff Ahok yang dilansir merdeka.com (11/12/2018) Ahok berencana akan membuka yayasan BTP Foundation. Sementara untuk sikap politik, Ima menganjurkan untuk semua pihak menunggu agar Ahok yang akan menyampaikannya sendiri.
Sedangkan yang disampaikan oleh Djarot Saiful dalam wawancaranya bersama kumparan.com (21/01/2019) yang notabene merupakan partner kerja BTP saat menjabat, Ahok akan terjun ke dunia bisnis dan menjadi youtuber. Tentu dua hal yang cukup berbeda ini menjadi sebuah tanda tanya besar langkah Ahok kedepannya.
Tapi, izinkan saya untuk memberikan sedikit saran kepada BTP langkah yang perlu diambil. Tentu saya pribadi mempertimbangkan kelebihan yang beliau punya serta track record BTP selama menjadi gubernur DKI Jakarta.
1. Ahok cocok menjadi Ketua Umum PSSI
Ahok cocok menjadi ketua umum (ketum) PSSI. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Semenjak Edy Rahmayadi secara mengejutkan mengundurkan diri sebagai ketum PSSI dalam Kongres PSSI di Hotel Safitri, Jakarta beberapa tempo lalu, publik lantas menerka siapa yang pantas menggantikan posisi tersebut.
Jabatan Ketua PSSI tersebut kemudian diisi oleh Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono dengan status sebagai pelaksana tugas. Namun publik tetap menolak kehadiran Joko Driyono sebagai plt ketum PSSI hingga 2020.
Berbekal pengetahuan saya akan sepakbola, juga mempertimbangkan karakter Ahok, saya bersepakat bahwa Ahok pantas menjadi ketum PSSI mengingat PSSI sedang berada dalam zona ‘tidak baik-baik saja’ setelah banyaknya skandal pengaturan skor liga Indonesia terungkap.
Saya yakin, dengan kehadiran Ahok, dengan segala ketulusan bekerja, ketegasan dan keberanian Ahok, Ahok layak diperhitungkan untuk memperbaiki kapal karam PSSI dan menahkodainya menuju gelanggang dunia.
Kalau boleh, Cak Imin melalui akun twitter pribadinya yang telah mendeklarasikan diri untuk maju menjadi kandidat dan Erick Thohir yang dijagokan untuk maju bisa menyerahkan tanggung jawab itu kepada Ahok. PSSI bagi saya tidak cocok untuk diberikan kepada politisi maupun pebisnis. Karena sepakbola bukanlah komoditas politik maupun industri yang hanya mengejar keuntungan semata.
2. Ahok cocok menjadi Menteri Dalam Negeri
Siapapun presiden yang nantinya kepilih, Ahok layak diperhitungkan untuk menjadi seorang yang diserahkan tanggung jawab menjadi menteri dalam negeri. Berbekal pengetahuan dan pengalamannya dalam dunia birokrasi, saya pribadi yakin Ahok akan bisa mengubah dan menciptakan reformasi birokrasi di Indonesia.
Hal itu bukanlah tanpa dasar, seperti yang dilansir detik.com (09/05/2017) Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Saman Simanjorang pernah mengatakan bahwa ia sendiri merasakan pembenahan birokrasi yang dilakukan Ahok cukup revolusioner, di mana birokrasi di Pemprov DKI Jakarta yang dulu lebih berorientasi proyek sekarang sudah berorientasi pelayanan.
Pelayanan di tingkat kelurahan, kecamatan, wali kota sampai provinsi sudah sangat baik. Hal itu dibuktikan dengan peluncuran Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai solusi utama dalam mempermudah dan mempercepat segala proses perizinan. Akibat sistem PTSP ini telah berhasil memutuskan rantai calo secara signifikan.
Selain itu, kita ingat bahwa Ahok meluncurkan sistem-sistem baru selain e-Budgeting, yakni e-Retribusi, e-Aset, dan e-BKU (bendahara keuangan umum). Sistem yang dibangun Ahok itu bertujuan agar tercipta sistem manajemen yang baik dimana tingkat kecurangan dapat ditekan, bahkan dihilangkan ke depannya nanti, sehingga mengoptimalkan penerimaan daerah serta sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kepada publik.
Pubik sendiri bisa memonitor sendiri transaksi-transasksi keuangan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Belum lagi Ahok juga berani melakukan perampingan instansi daerah agar kinerja akan jauh lebih efektif. Dengan segala gudang prestasi itu, maka saya mengusulkan Ahok untuk menjadi salah satu kandidat Menteri Dalam Negeri.
3. Ahok cocok membentuk LSM yang bergerak dalam tata kelola kota
Tentu pernyataan ini bukan menjadi sebuah keheranan kan? Kita tahu selama Ahok menjadi Gubernur DKI telah melakukan perbaikan serta pembangunan infrastruktur. Siapa yang tidak tahu simpang susun Semanggi?
Infrastruktur yang dialokasikan untuk mengentaskan kemacetan di daerah Semanggi ini merupakan salah satu jembatan yang menggunakan teknologi tercanggih saat ini. Belum lagi menjamurnya jumlah RPTRA (ruang publik terpadu ramah anak) di Ibu Kota yang sebagian besar memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR).
Tercatat terdapat 290 RPTRA yang ebrhasil dibangun dengan ujuan membangun program Kota Layak Anak. Semua pasti ingat siapa yang berhasil merevitalisasi Kalijodo yang saat ini memiliki area skateboard, plaza, forest sculpture dan area tamasya warga sebagai tempat rekreasi masyarakat.
Selain itu, keberhasilan Ahok yang perlu dicatat sebagai sebuah prestasi yaitu masalah revitalisasi waduk dan sungai untuk mengatasi masalah banjir yang menahun di Ibu Kota. Maka saya pribadi menilai Ahok layak untuk membentuk LSM yang bergerak dalam tata kelola kota. Mungkin Ahok bisa jadi konsultan pembangunan dalam LSM tersebut.
Mungkin ketiga itulah yang cocok dipertimbangkan Ahok sebagai langkah kedepannya. Sebagai seseorang yang memasuki sebuah ‘babak baru’ dalam hidupnya, tentu beliau sudah mengalami sebuah kontemplasi yang luar biasa. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Nyanyi Sunyi seorang Bisu 2; “Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan”.
Maka kita tunggu dengan seksama. Kalau menurutmu bagaimana?