Minggu, Desember 15, 2024

Menelusuri Fakta Sejarah Keunggulan Mazhab Syafi’i

Muhammad Husein Fadhlillah
Muhammad Husein Fadhlillah
Mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mahasantri di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, dan Pengurus Ponpes Baca Kitab dan Tahfidz (PBKT) Al-Hasanatain.
- Advertisement -

Sejak awal perkembangan Islam, kebutuhan akan pembaharuan (tajdid) telah menjadi bagian dari tradisi dalam menjaga keutuhan agama. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan juga al-Hakim, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa setiap seratus tahun Allah akan mengirimkan seorang mujadid yang bertugas memperbarui agama ini:

“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun seseorang (mujadid) yang memperbaharui agamanya (tajdid)” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim).

Terkait kualitas hadis tersebut, al-Hakim menganggapnya sebagai hadis sahih. Pendapat ini juga didukung oleh al-Iraqi, yang menegaskan bahwa sanad hadis ini sahih. Selain itu, hadis ini memiliki makna yang sangat mendalam, menunjukkan bahwa Allah SWT memastikan agama tetap relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman melalui tokoh-tokoh yang mampu memberikan interpretasi baru dan mendalam atas ajaran Islam tanpa merusak esensinya.

Tradisi tajdid ini dipegang teguh oleh kalangan ulama, termasuk Imam Suyuthi, yang dalam Ghayah Talkhis al-Murâd fî Fatawa Ibn Ziyâd mencatat bahwa sebagian besar mujadid yang muncul setiap abad berasal dari kalangan Syafi’iyyah (ulama mazhab syafi’i). Pandangan ini juga diamini oleh seorang ulama terkemuka, Tajuddin Subki dalam Al-Ibhaj Syarah al-Minhaj, yang menjelaskan bahwa dominasi tokoh-tokoh Syafi’i sebagai mujadid menjadi bukti kebenaran dan keunggulan mazhab ini dibandingkan mazhab lainnya.

Deretan Mujadid dari Kalangan Syafi’iyyah

Tajuddin Subki menyebutkan bahwa dalam enam abad pertama Islam, mayoritas mujadid adalah ulama dari mazhab Syafi’i. Urutan mujadid menurut Subki dan Suyuthi menguatkan bahwa tradisi tajdid dalam Islam sangat erat kaitannya dengan para ulama Syafi’iyyah yang tidak hanya mempertahankan ajaran agama, tetapi juga menyelaraskannya dengan perkembangan zaman:

  1. Abad Pertama – Umar bin Abdul Aziz: Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah menjadi mujadid pertama. Meski mazhab Syafi’i belum terbentuk pada masa hidupnya, keteguhannya dalam menjalankan keadilan dan moralitas agama menjadikannya sebagai sosok teladan dalam tradisi tajdid.
  2. Abad Kedua – Imam Syafi’i: Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i, pendiri mazhab Syafi’i, dianggap sebagai mujadid pada abad kedua Hijriah. Subki melihat bahwa tidak mungkin Allah mengutus seorang mujadid dengan ijtihad yang keliru, sehingga pengutusan Imam Syafi’i menjadi tanda keistimewaan dan kebenaran mazhab ini.
  3. Abad Ketiga – Ibnu Suraij atau Imam al-Asy’ari: Ibnu Suraij, seorang ulama besar pengikut mazhab Syafi’i, melanjutkan tradisi pembaharuan agama pada abad ketiga. Bersama dengan pendapat lain yang menyebutkan bahwa mujadid pada abad ketiga merupakan Imam al-Asy’ari, ia dikenal karena mempertahankan ajaran Syafi’i di tengah tantangan baru di zamannya.
  4. Abad Keempat – Abu Hamid al-Isfirayini: Pada abad keempat, muncul Abu Hamid al-Isfirayini, seorang ulama Syafi’i yang tegas dalam mempertahankan mazhab Syafi’i. Ia memperkaya pemikiran dalam mazhab ini dan menjaga konsistensi ajaran Islam di tengah perubahan sosial.
  5. Abad Kelima – Imam Ghazali: Imam Ghazali, dengan karya monumental Ihya’ Ulum al-Din, memperbaharui pemahaman agama dengan mengintegrasikan fikih, filsafat, dan tasawuf. Pemikiran Ghazali membuka dimensi spiritual yang lebih luas bagi ajaran Islam, memperkuat posisi mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang berpengaruh.
  6. Abad Keenam – Imam Fakhruddin al-Razi: Imam Razi, seorang ahli tafsir dan teologi, adalah mujadid dari kalangan Syafi’i pada abad keenam. Pemikiran al-Razi dalam tafsir memberikan pendekatan baru dalam memahami Al-Qur’an dan ajaran Islam.
  7. Abad Ketujuh – Ibn Daqiq al-‘Ayd: Pada abad ketujuh, Ibn Daqiq al-‘Ayd, ahli hukum yang juga merupakan Syafi’iyyah, memperkuat fondasi fikih Islam dengan pendekatan yang ketat dan ilmiah, menegaskan kembali prinsip-prinsip dalam mazhab Syafi’i.
  8. Abad Kedelapan dan Seterusnya: Pada abad-abad berikutnya, para mujadid dari mazhab Syafi’i terus muncul, seperti al-Bulqiniy, Zainuddin al-‘Iraqi, dan Syekh Zakariya. Imam Suyuthi sendiri bahkan menyebut dirinya sebagai mujadid pada masanya, yang mengindikasikan kekuatan intelektual dan peran signifikan ulama Syafi’i dalam tradisi pembaharuan Islam.

Keunggulan Mazhab Syafi’i dalam Tradisi Tajdid

Pandangan yang dikemukakan oleh Tajuddin Subki dan didukung oleh Imam Suyuthi menunjukkan adanya fakta historis yang tak terbantahkan. Sebagian besar mujadid dalam sejarah Islam adalah pengikut mazhab Syafi’i, suatu indikasi bahwa Allah memberikan keistimewaan pada mazhab ini untuk memelihara agama dalam konteks pembaharuan yang sesuai dengan zaman. Dengan melibatkan para ulama Syafi’iyyah sebagai mujadid di setiap abad, Allah menunjukkan bahwa ajaran mazhab ini benar dan unggul dalam menjaga kemurnian agama sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi sosial.

Subki juga menegaskan bahwa setiap mujadid yang diutus Allah adalah sosok yang memiliki ketepatan ijtihad, sehingga tidak mungkin Allah mengirim seseorang yang keliru dalam memahami agama. Ini berarti bahwa dominasi ulama Syafi’i dalam tradisi mujadid membuktikan kebenaran mazhab ini, yang telah membimbing umat Islam dengan prinsip-prinsip hukum yang kokoh dan relevan sepanjang masa.

Kesimpulan

Dengan demikian, sejarah para mujadid dari kalangan Syafi’iyyah membuktikan keunggulan intelektual dan spiritual mazhab ini dalam menghadapi tantangan zaman. Fakta ini semakin menegaskan kebenaran dan keistimewaan mazhab Syafi’i sebagai salah satu pilar utama dalam tradisi keilmuan dan pembaharuan Islam yang berdampak luas.

Muhammad Husein Fadhlillah
Muhammad Husein Fadhlillah
Mahasiswa Jurusan Perbandingan Mazhab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mahasantri di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, dan Pengurus Ponpes Baca Kitab dan Tahfidz (PBKT) Al-Hasanatain.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.