Kamis, November 14, 2024

Menanti Kejujuran, Tapi Jujur Itu Rugi

Aan Ansori
Aan Ansori
Mahasiswa perguruan tinggi di Pamekasan, Aktivis Limited Group
- Advertisement -

Ironis! Bangsa kita yang katanya masih dikatakan menjunjung adat ketimuran digempur berkali-kali dengan keculasan, kebohongan, dan kepura-puraan. Pernyataan Muhctar Lubis tentang bangsa kita yang katanya hipokrit terasa benar. Semua peristiwa, dari kasus BLBI sampai kasus korupsi E-KTP semakin membuat jelas di bangsa ini tentang langkanya kejujuran.

Konon, Gajah Mada bersumpah untuk mempersatukan nusantara. Yang pada akhirnya nusantara bersatu di bawah Kerajaan Majapahit. Sumpahnya tidak ia ingkari. Saya kira inilah kejujuran Gajah Mada pada komitmennya sendiri. Yang hal itu bisa dikatakan langka saat ini. Bagaimana tidak, seorang yang disumpah karena menduduki jabatan pada akhirnya mengingkari sumpahnya sendiri. “Sungguh kepura-puraan” kata Erving Goffman.

Seperti itulah, demi mendapatkan tumpeng yang lebih banyak, bertujuan untuk bikin kenyang dirinya sendiri serta mengenyampingkan orang lain, jujur ditanggalkan. Benarlah kiranya, orang-orang yang seperti ini disebut sebagai pengikut Machiavelisme. Nisbah bagi filosof Niccolò Machiavelli. Orang-orang yang di batok kepalanya hanya berisi bagaimana cara merebut tumpeng dengan segala cara. Entah merangkak, berjalan, berlari bahkan menendang orang lain.

Beberapa tahun lalu, teman saya merasa dicurangi. Ia membeli laptop dari seseorang yang kebetulan katanya sangat butuh uang. Ia kena bujuk rayu. Entah karena iba atau apa, ia membeli laptop tersebut. Ternyata setelah  beberapa bulan kemudian, laptopnya rusak. Setelah dilihat, di bawah keyboard ada yang sudah hangus. Ia kecewa dan merasa dicurangi. Hal serupa terjadi pada saya ketika mau pulang ke kampung halaman.

Di tengah perjalanan ada nenek yang merengek-rengek mau ke rumah anaknya. Katanya uangnya kehabisan. Merasa tak tega, saya beri uang nenek itu. Dari belakang nenek yang saya beri uang, ternyata ada yang berkode agar tidak memberi. Apa mau dikata, uang sudah terlanjur diberi ke nenek tersebut. Untungnya nominalnya tidak banyak.

Cara-cara serupa tidak hanya di kalangan rakyat yang tak menjabat. Para pejabat kita sebelum memperoleh tampuk kekuasaan. Janjinya macam-macam. Tapi akhirnya rakyat hanya dijadikan sebatas roda pengganti ban kempes.

Kejujuran menjadi sebatas manis di mulut, tindakan itu belakangan. Versi mereka yang berotak hipokrit jujur itu rugi. Ada banyak kebohongan yang dibiayai dengan ongkos yang mahal. Sehingga jangan heran ketika jujur menjadi langka bahkan sulit ditemukan di bangsa yang sudah mengedepankan materi.

Karena demikian, maka jangan mengharap kejujuran tumbuh subur di bangsa seperti ini. Yang ada hanya orang-orang yang siap melahap habis yang lainnya. Persisnya seperti serigala bagi lainnya. Kenyataan yang semakin memperkuat “homo homini lupus” yang digemborkan Thomas Hobes.

Permasalahan ini bukan tidak hanya mengerutkan dahi kita. Tapi juga merobohkan adat ketimuran yang selama ini dipegang bangsa ini. Rupanya akar permasalahan yang mengakari semua masalah yang ada seperti korupsi, penipuan, serta perilaku yang tak mencerminkan bangsa yang beradab adalah ketidakjujuran.

Bangsa kita takut jujur dan berani berbohong. Salah satu bukti, kita masih saja gontok-gontokan dengan isu hoax. Habis lebaran bukan semakin baik tapi semakin menyebarkan berita hoax. Itulah tadi, bangsa ini sulit berkata jujur atau bagaimana?

- Advertisement -

Berbisnis, berpolitik, berinteraksi dan semua laku sosial sudah sedemikian rumit. Bukan karena tingginya wacana yang mewarnai jagat publik bangsa yang demikian tapi karena keculasan, kemunafikan sudah dinomor satukan. Kiranya jika dikatakan berbohong itu keharusan jika tidak ingin dibohongi.

Akhirnya, bangsa yang demikian hanya berisi orang-orang cyrborg. Suatu istilah bagi mahluk yang tak punya rasa hormat tapi memerlukan koneksi hanya untuk dirinya sendiri. Istilah yang ditemukan Manfred Clynes dan Nathan Kline.

Bangsa yang demikian ibarat hanya berlomba-lomba untuk memenangkan diri sendiri dengan berbagai kebohongan. Atas nama kepentingan bersama yang sebetulnya demi pribadinya, semua dilakukan.

Bangsa yang kata Adam Smith akan bergerak jika ada nilai materi lebih. Sungguh ironis! Padahal kejujuran adalah kebijakan paling baik, kata Benjamin Franklin. Jika kebohongan menjadi landasan bergeraknya maka apalah arti kejujuran. Jujur harus ditanggalkan, kebohongan dipakai sepuas-puasnya.

Jika ini adalah permasalahan yang mengakar maka tidak ada jalan lain kecuali kembali melihat kepentingan orang lain seperti kepentingan dirinya sendiri. Melihat bagaimana rasanya dibohongi orang lain ketika kita mau membohongi orang lain. Bangsa ini rupanya butuh banyak refleksi.

Benar apa yang dikatakan Sudjiwo Tedjo, “Negeri ini kebanyakan pagi, kekurangan senja, kebanyakan gairah, kurang perenungan” bangsa yang sibuk menyiapkan kepentingan pribadi sehingga lupa kepentingan yang lainnya. Ternyata jujur itu rugi bagi orang-orang hipokrit. Sebab, dagangan tak akan mendatangkan laba yang besar, pertarungan di panggung politik tak kan menang. Akhirnya, ada sebuah puisi doa yang satire dari taufik ismail:

Tuhan kami/ Telah nista kami dalam dosa bersama/ Bertahun-tahun membangun kultus ini/ Dalam pikiran yang ganda/ Dan menutupi hati nurani/Ampunilah kami/ Ampunilah/ Amin.

Aan Ansori
Aan Ansori
Mahasiswa perguruan tinggi di Pamekasan, Aktivis Limited Group
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.