Jumat, April 19, 2024

Menanti Istana Ibu Kota Baru

Athoilah Aly Najamudin
Athoilah Aly Najamudin
Peneliti Muda, sekaligus Dosen Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi

Dalam pekan kemarin virtual rencana desain Istana di ibu kota baru di Kalimantan Timur. Rencana pemerintahan Joko Widdo memindahkan dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur perlahan mulai teralisasi secara bertahap. Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monarfa menyampaikan bahwa pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur memang terus akan dilaksanakan. Bahkan pelaksanaan pengembangkan kawasan ibu kota baru ini akan fokus mendorong peran pengusaha nasional.

Semua masyarakat menanti, ide gagasan yang sudah lama tak di eksekusi. Ini menandakan bahwa Presiden Joko Widodo tak main-main soal keputusan itu. Dalam masa jabatan periode terakhir, Presiden Joko Widodo ingin dikenang sebagai salah satu presiden yang berhasil memindahkan ibu kota negara, yang selama waktu dekade terakhir rencana itu selalu gagal.

Jika, Presiden Joko Widodo berhasil memindahkan ibu kota tersebut, maka multi effect dari pembangunan ibu kota negara. Mulai pembangunan Indonesia bergeser yang tak “Jawa Sentris”, tetapi “Indonesia Sentris”, pemerataan ekonomi hingga soal integrasi kesatuan wilayah Indonesia. Titik tengah, yang tepat di Kalimantan Timur memberikan simbol keadilan seluruh rakyat Indonesia, sila kelima Pancasila.

Ada yang pasti ditunggu oleh seluruh masyarakat soal desain ibu kota negara. Sejauh ini. bahwa Indonesia hanya mempunyai 7 Istana Presiden, mulai Istana Negara di Jakarta, Istana Merdeka di Jakarta, Istana Cipanas di Bogor, Istana Tampasiring di Bali. Dan Istana Gedung Agung di Yogyakarta.

Dalam sejarahnya, Istana Merdeka, Istana Negara, Gedung, Istana Cipanas, dan Istana Bogor dibangun pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Hanya istana Tampaksiring yang dibangun pada masa  Presiden Soekarno.

Istana merupakan  kediaman resmi presiden di Indonesia, aktivitas kenegaran hilir mudik di istana presiden.  Dalam pembangunan ibu kota istana negara nanti, maka perenacaan desain istana menjadi penting.

Kriteria utama pengembangan Ibu Kota Negara harus mencerminkan identitas bangsa,menjamin keberlajutan lingkungan, sosial dan ekonomi. Selain itu mencerminkan kota yang cerdas, modern, indah dan berstandar internasional.

Perencanaan pembangunan ibu kota negara tidak lepas dari prinsip mengembangkan kabupaten dan kota penyangga seperti Balikpapan, Samarinda, Pasir Penajam dan Tenggarong. Pengembangan terhitung meliputi tiga zona kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) seluas 6.000 ha. Kawasan ibu kota negara (IKN) 40.000 ha, dan kawasan pengembangan (KP) IKN 180.000 ha sampai 256 ribu ha. Kawasan ini masuk kategori pengembangan dengan pengawasan tingkat tinggi.

Kritik dari Arsitektur

Protes para arsitek dan pemerhati bangunan kemudian desain bangunan Ibu Kota Negara. Salah tuntunan mereka ialah adanya dialog atau forum diskusi mengenai perencanaan Ibu Kota secara terbuka dan transparan.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, I Ketut Rana Wiarcha menjelaskan perlunya melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, agar menciptakan rasa kepemilikan terhadap keberadaan Ibu Kota rasa kepemilikan terhadap keberadaan Ibu Kota baru. Beberapa kegelisahan yang disampaikan mulai dari bentuk istana yang beruba garuda hingga teknis tidak mencirikan pembangunan rendah karbon nan cerdas.

“ Bangunan istana negara berbentuk burung Garuda atau menyerupai Garuda merupakan simbol di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital,” jelasnya dalam keterangan resmi.

Secara arti yang direpresntasikan melalui gedung patung burung tersebut tidak mencerminkan upaya pemerintah dalam mengutamakan forest city atau kota yang berwawasan lingkungan. Sebab itu, pihaknya dalam lintas asosiasi ini merekomendasikan bentuk Garuda disesuaikan untuk menjadi monumen atau tugu yang menjadi landmark.

Ketut menjelaskan terkait kepentingan awal pembangunan IKN, memulai pembangunan tidak harus melalui bangunan gedung. Bisa dimulai melalui tugu nol yang data ditandai dengan membangun kembali lanskap hutan hujan tropis seperti penanaman endemik di kalimantan.

Arsitektur Perilaku

Dalam padangan konteks arsitetur dan perilaku sebagai pembentuk arsitektur tapi dapat membentuk perilaku manusia. Seperti yang telah dikemukakan oleh Wiston Churcil (1943) dalam Laurens (2004). “ We Shape our Buldings; the they shape us”

Manusia membangunan demi pemenuhan kebutuhan sendiri, kemudian bangunan itu membentuk perilaku manusia yang hidup dalam bangunan. Bangunan didesain oleh manusia yang pada awalnya sebagai pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-niali yang ada dalam hidup.

Perilaku manusia itu sendiri dipahami sebagai sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, estetika, kekuasaan, persuasi dan/atau genetika. Menurut Gibson (Lang), perilaku manusia dalam hubungannya terhadap setting berlangsung dan kosisten sesuai waktu dan situasi. Karenanya pola perilaku yang identik untuk setting dapat diidetifikasikan.

Dalam membangun Istana, maka budaya membangun harus diperhatikan. Budaya yang dimaksud mengakomodasi mulai dari interaksi sosialnya, etnisitas, ragam bahasa. Setting itu kemudian di simbolkan bangunan dalam desain yang megah.

Maha karya ibu kota negara baru, menjadi beranda baru untuk mengenal tentang keindonesian. Bagi setiap tamu negara yang datang menuju istana akan menemukan keunikan yang memberikan makna yang mendalam tentang kearifan lokal.Tata ruang dan desain untuk istana negara harusnya memperhatikan aspek keamanan bukan hanya keamanan bukan hanya pada artistik dan ramah lingkungan.

Kita tentu menanti hasil karya anak bangsa itu tentang desain ibu kota negara yang baru. Sambil menanti landasan hukum yang memperkuat untuk keperluan pembangunan  yang berkelanjutan. Saya berharap seluruh pekerjaan besar yang menggarap Ibu Kota Negara melibatkan semua putera terbaik bangsa. Karena, ini bukti bahwa kita suatu bangsa mampu membangun suatu peradaban baru, melalui perpindahan ibu kota negara.

Athoilah Aly Najamudin
Athoilah Aly Najamudin
Peneliti Muda, sekaligus Dosen Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.