Go green, istilah yang akhir-akhir ini ramai dibincangkan. Istilah go green padadasarnya merupakan istilah untuk mengkampanyekan menggunakan produk-produk darialam dan yang tidak dapat memberikan dampak merusak terhadap lingkungan. Dalamartian lebih sederhana bisa juga diartikan beraktifitas yang lebih ramahlingkungan. Maksudnya, lingkungan yang semakin lama semakin rusak harus diperbaiki dengan merubah pola hidup yang tidak merusak alam atau ramahlingkungan.
Banyak sektor yang ikut mengkampanyekan istilah go green. Mulai daribidang industri dengan menghasilkan produk yang ramah lingkungan, contohplastik yang mudah terurai, kertas dari bahan daur ulang. Di bidang pertanianada produk pestisida yang minim zat kimia yang dapat merusak ekosistem. Dan dibidang energi pun akhir-akhir ini ramai dengan istilah renewable energy, ataudalam Bahasa Indonesia disebut energi terbarukan.
Energi terbarukan memiliki arti energi yang berasal dari alam yangketersediaannya ada terus karena alam, atau yang berasal dari “proses alamyang berkelanjutan”, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air prosesbiologi, dan panas bumi (sumber:Wikipedia). Di realita keadaan lingkungansehingga pemanasan global mulai terasa nyata. Mengapa demikian? Karenakebutuhan listrik yang saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia danpopulasi manusia makin meningkat tiap tahunnya, jadi perlu pasokan energi yangekstra untuk menopang hal tersebut.
Saat ini untuk memenuhinya dipilihlah bahan bakar yang berasaldari fosil untuk memenuhiya, atau disebut energi fosil. Sebenarnya tidakada yang salah dalam penggunaan bahan bakar ini, namun penggunaan secaraberlebihan lah yang salah. Mengingat mulai dari proses pencarian ataueksplorasi hingga hasil akhir konversi energinya menjadi listrik itu selalumeninggalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh Karena itu lah kitaseharusnya lebih bijak menggunakan sumber daya alam ini.
Dengan kejadian seperti ini, bukan tidak mungkin dalam beberapatahun kedepan masyarakat akan mengalami krisis energi. Ada dua faktor penyebabtimbulnya krisis energi itu. Pertama, dari sisi sumbernya yang dieksploitasisecara berlebihan tanpa memikirkan keberlanjutannya. Kedua, dari sisi penggunaenerginya yang terlalu semena-mena dalam menggunakan energi, yang tidak sadarakan kondisi ini.
Lalu sisi manakah yang baiknya dibenahi terlebih dahulu?Sebenarnya bukan maksud penulis membanding-bandingkan hal mana yang lebihpenting. Cuma hanya ingin mengingatkan bahwa ada poin yang lupa atau hilangdalam menanggapi isu gogreen ini. Yaitu abad behavior dari sisi manusianya. Menurut logika saya, ambilcontoh di Indonesia saja, walaupun dari Aceh sampai Papua semua sektorlistriknya menggunakan pembangkit dari energi terbarukan, tetap saja tidak akanterpenuhi kebutuhan listriknya. Apa lagi dengan pola hidup yang sekarang ini,baik dari masyarakat kecil sampai ke kelompok-kelompok besar belum sadar ataumungkin belum tau akan pentingnya hemat dalam penggunaan listrik ini.
Ada sebuah pernyataan yang sering terdengar dimana-mana ”ahhngapain hemat orang kita bayar ini” atau “udah sih idupin aja listriknya, kitamampu bayar ini”. Ini lah rata-rata pemikiran masyarakat kita bahkan mungkinsaya sendiri juga termasuk. Apakah pantas seorang manusia yang dibekali akalpikiran berpikiran seperti ini?
Melihat keadaan ini, perlunya pemaknaan lebih mengenaiistilah go green ini.Karena pada dasarnya gogreen itu merupakan sebuah gaya hidup (lifestyle). Gaya hidup yangseperti apa? Gaya hidup yang lebih ramah terhadap lingkungan sekitar, gayahidup yang tidak merusak lingkungan sekitar, gaya hidup yang tidak memberikanefek buruk terhadap lingkungan sekitar dan lain-lain yang intinya lebihbersahabat lah dengan lingkungan. Pola pikir seperti ini lah yang harusdimiliki setiap lapisan masyarakat dalam menyosong kehidupan di era milenialini.
Sebagian boleh berpendapat lingkungan yang sekarang ini merupakanwarisan dari perilaku manusia di zaman sebelumya saat masa revolusi industri.Pernyataan tersebut tidak lah sepenuhnya salah, Cuma berhentilah menyalahkankeadaan. Yang salah adalah kita masyarakat yang hidup di zaman modern inidimana perkembangan teknologi begitu pesat terasa melanjutkan kesalahan polahidup yang salah di masa lalu. Dimana peilaku tersebut mulai terasa dampaknyadi masa ini, yang mulai disebut globalwarming.
Kita yang katanya hidup lebih maju dari masa sebelumnya, yangkatanya intelejensinya lebih tinggi dengan bukti keberhasilan penemuan teknologidiberbagai bidang, yang katanya lebih cerdas karena kemudahaan akses dalammencari informasi harusnya menjadi lebih bijak dalam menanggapikejadian-kejadian di lingkungan, harusnya lebih peka dalam merespon perubahanalam, harusnya lebih dewasa dalam menyikapi dan bertindak mengikuti perubahantersebut kearah lebih baik yang pasti. Lantas, apakah kemajuan teknologi inibertolak belakang dengan rasa manusia dalam memaknai jati diri kemanusiaannyasebagai mahkluk yang menjaga alam??
Jadi, bisakah istilah gogreen itu terealisasikan sebagai gaya hidup? Bukan hanyaslogan yang tren di abad ke-21 ini. Mungkin kata motivasi yang pas untukmenyemangati para pegiat lingkungan dan semua orang yang sadar akan ini adalah“sulit bukan berarti tidak bisa”. Manusia diciptakan memiliki akal untukberfikir dan bertindak, tinggal pola pikirnya saja atau mindset nya sajayang harus dibenahi. Karena mindset yangbaik dan benar itu mendorong manusia berperilaku yang baik dan benar pula.
So, mari jadikan gogreen sebagai pola hidup. Bagi yang sudah melakukan, tetaplahsemangat menjalani gaya hidupnya. Bagi yang belum, jadikan kebiasaan inisebagai gaya hidup sehari-hari. Karena berawal dari kebiasaan individu yangbaik bisa menular ke kelompok-kelompok masyarakat. Dan jika kelompok masyarakatmelakukan kebiasaan baik ini terus-menerus timbul lah tradisi yang baik dimasyarakat itu. Lama-kelamaan mempertahankan gaya hidup ini, tercipta lah suatubudaya yang positif yang berlaku di masyarakat. Dari individu >>lingkungan sekitar >> masyarakat luas >> seluruh umat manusia.Lahir lah suatu generasi hijau yang peduli akan keberlangsubgan alam ini