Oleh : Widdy Apriandi
(Penulis adalah Pegiat Kopi Tanah Air Sekaligus Founder Kedai Kopi “Bandit” – Purwakarta)
Sebagai bagian dari mozaik khatulistiwa, tanah Jawa Barat adalah tanah mulia. Hasil alam berlimpah-ruah. Salah satunya : kopi. Tanaman aromatik ini bukan hanya punya relasi sosial dan historis yang lekat di bumi Jawa Barat, melainkan bahkan melejit menjadi komoditas yang sukses menembus pasar internasional.
Luar biasa?! Jelas. Publik Jawa Barat patut berbangga. Paling tidak, meski hingga saat ini timnas sepakbola Indonesia belum juga mampu masuk piala dunia, kopi mah sudah duluan dikenal dunia. Plus, kontribusi tanah dan rakyat Jawa Barat, loh! Catet!
Memang, sejarah kopi Jawa Barat tidak lepas dari peran kompeni Belanda. Via politik tanam paksa, pada tahun 1966, bibit kopi mulai dijajal di tanah Jawa Barat. Gagal, sih, pada awalnya. Tapi, demi mengejar keuntungan yang tidak sembarang, menir-menir kapitalis itu tidak menyerah begitu saja. Baru di tahun 1969, kopi sukses ditanam di bumi pasundan.
Selaku kongsi dagang bertaraf Internasional, bule-bule Belanda memang pemain handal. Tanah jajahan plus rakyat, di satu sisi, adalah ‘aset’ gratisan yang bisa dieksploitasi sesuka hati. Nurut bagus, ngga nurut tinggal digebuk. Maka, hasil panen pun jadi momen VOC bajingan ini untung besar. Hasil panen di tahun 1711 diekspor untuk memenuhi kebutuhan masyakat eropa lebih khusus yang memang lagi girang-girangnya terhadap cita rasa kopi. Ingat! Tidak ada bagi hasil, loh! Laba diboyong ke pangkuan Ratu Belanda yang hidup mewah di atas keringat dan darah anak bangsa.
Miris memang. Itu masa lalu. Kini, Indonesia secara de jure sudah merdeka. Syukur alhamdulilah.
Tapi, apakah secara de facto juga sudah merdeka? Anehnya, banyak yang sangsi. Anehnya, kok saya juga begitu. Kenapa? Karena sekarang rupanya penjajahan bisa hadir dalam rupa dan cara berbeda.
Ambil kata, VOC memang sudah musnah. Tapi, jangan silap, perusahaan multi-nasional bertebaran di Indonesia. Modusnya kan sama. Berbisnis di Indonesia, sementara untung dibawa ke negerinya.
Eh, maaf kalau tulisan saya berapi-api. Maklum, efek kopi toraja. Berasa jadi tuan Sisingamangaraja. Jangan dikira ujaran kebencian.
Intinya : Yuk ngamulyakeun (memuliakan ; Pen) kopi Jawa Barat. Masak kalah sama kompeni!!!