Minggu, November 24, 2024

Memoar, Martin Aleida, dan 1965

Ery Chandra
Ery Chandra
Buruh media, penulis~
- Advertisement -

“Virus tak ada tempat, kecuali hati mereka yang culas,”.

Ini merupakan secuil kata-kata dari memoar setebal 271 halaman. Terasa relevan kini, tiada lupa terhadap peristiwa lampau.

Menerka sekilas pasti merekam serius soal malapetaka anti-kemanusiaan 1965. Ternyata, ada bagian inspiratif dan satiris.

“Romantisme Tahun Kekerasan” ditulis Martin Aleida seolah mengajak kita menengok peristiwa secara optimis. Meski bau amis.

Bermula baik-baik saja, saat Nurlan Daulay muda baru menata pondasi di tanah rantau. Dari Tanjung Balai, sampai Jakarta. Lalu, sebongkah batu hitam entah berukuran seperti apa, menghalau.

Martin pernah menjadi wartawan, lantaran profesi itu membuatnya disekap (koran tempatnya bekerja, Harian Rakjat dicap lekat partai berlambang palu arit).

“Kewartawanan adalah rumah yang baru dua tahun ku bangun sebelum pecahnya G30S. Dan saya pun dicampakkan ke bui,” tulisnya.

Berisi sajian haru biru perjalanan, tapi juga perspektif lain meresap makna. Kesaksian atau pengalaman langsung para penyintas, tentunya menambah panjang khazanah kepustakaan 1965-1969.

Bisa dilihat setidaknya saat ia membandingkan dua keping mata logam. Mengangkat nama seorang pedagang obat yang jujur. “Charles Bidden, 20 tahun mengembara di amerika”. Pernah menjadi inspirasinya menulis cerita pendek.

Penjaja minyak urut dari aceh ini pernah memimpin perlawanan di pelabuhan New York. Yakni menolak bongkar muat kapal belanda. Berjasa mendukung bagi kemerdekaan Republik Indonesia.

- Advertisement -

Alih-alih penghormatan, akhir hayatnya berakhir tragis. Ditemukan meninggal posisi tergantung di rumah kontrakan, daerah Kalibata, Jakarta.

Kita atau setidaknya pembaca seolah diajak merenungi pelbagai hal. Dari politik, sosial, keyakinan, cinta, pengkhianatan, hingga soal kehidupan.

Soal cinta, mengisahkan sisi lain pribadinya sebelum dan saat mengikat janji tanpa resepsi. Berlangsung sederhana, hanya mengundang kadi ke rumah. Kantong kosong.

“Malam itu menjadi malam paling menggetarkan yang tak pernah terlupakan! Romantisme dengan gelombang gairah pertama yang mengganyutkan saya. Juga Sri, tentu,” tulisnya.

Dia menulis buku ini dengan semangat membuktikan kebenaran. Ada sentuhan khas jurnalistik. Sikapnya jelas: menulis untuk kritik, meski tanpa gaya menyerang. Fakta-fakta itu mungkin ia rangkai (dari pengalaman, wawancara, tulisan, bincang, kabar dan entah lainnya). Menjadi bagian mengentak, penting dan menarik.

Selain itu, kemasan cemooh kocak, macam catatan dikemas dengan bahasa yang ringan, tajam, namun penuh renungan. Sumber buku ini sekitar 360 nama. Mereka dari terdekat hingga sukar terjamah.

Barangkali sepanjang takdirnya membandingkan dengan apa yang dialami oleh Pramoedya Ananta Toer, Putu dan Hersri Setiawan.

Prasasti itu masih menyimpan teka-teki. Bagaimanakah ia menjadi saksi dan melintasi peristiwa?, apakah ia cermin ditengah krisis?, atau justru kecerdikan merangkul?.

Meminjam manifestonya, Karl Marx menulis sejak kalimat pertama bahwa komunisme adalah hantu. Ada hantu berkeliaran di Eropa-hantu komunisme, demikian tulis Marx.

Resah disini, dijawab melalui puisi dari D. Zawawi Imron. Sebuah ungkapan penutup saat bercakap dengannya.

“Perkenalkan, ini Martin Aleida, sahabat Gus Dur, Gusdurian. Dia lekra, komunis tapi religius,” katanya enteng kepada Martin.

Tak berlebihan kiranya, memoar ini menjawab dahaga kita semua pada jalan hidup anak bangsa. Menyadarkan saat menjadi berbeda, bukan pilihan sederhana dan coba-coba.

Mungkin tak sekadar menyarankan buku ini cocok dibaca saat bencana alam atau non alam. Tapi, kita bisa bertanya banyak padanya.

Pendek kata, sebentuk hormat kepada Martin Aleida. Penulis berjumpa secara imajiner melalui karya-karyanya.

Judul : Romantisme Tahun Kekerasan

Penulis : Martin Aleida

Penerbit : Somalaing Art Studio

Tempat terbit: Jakarta

Tahun terbit: Maret 2020

Tebal : 271 halaman

Ery Chandra
Ery Chandra
Buruh media, penulis~
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.