Disadari atau tidak, sejatinya apa yang dilakukan oleh Mochamad Benninu Argoebie, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Bogor, simestris dengan konsepsi pemimpin yang diilustrasikan oleh John. Semua itu digambarkan dalam “Ben’s Way: Memimpin dengan Teladan, Ucapan, dan Gagasan” yang baru saja diluncurkan sebagai buku biografi singkat perjalanan kehidupannya.
Jiwa kepemimpinan mantan atlit menembak yang telah banyak mendapatkan medali emas di berbagai ajang kompetisi olahraga itu, memang sudah terlihat sejak kecil. Guru TK-nya bahkan memberikan kesaksian, tidak mengherankan pria beranak dua yang akrab disapa Ben itu, jika kini berhasil memimpin KONI Kota Bogor dengan gemilang.
Sebab, sejak TK ia memang sudah terlihat sangat kental jiwa kepemimpinannya. Meski masih kecil saat di TK selalu tampil berani ke depan jika diminta oleh guru.
Waktu bermain dengan teman-temannya, juga selalu yang menjadi pemimpinnya. Ia pintar mengatur teman-temannya dan selalu diikuti. Kesaksian itu pun juga diberikan oleh sang adik, Shamara Ardiella Benina Argoebie, saat bermain di rumah bersama dengan saudara-saudara sepupunya.
Sejak kecil, setiap kali melewati gedung putih, menurut keterangan ibu caleg DPRD Jawa Barat itu, Ninu Argoebie, Ben juga selalu menunjuk bilang, “Ma, nanti kalau Ben besar di situ, Ma!” Begitu pun juga sekali waktu saat lewat di gedung DPR, “itu gedung apa Ma? Nanti Ben kalau sudah besar juga di situ tuh, Ma!” kenang Ninu perempuan keturunan Jogja itu.
Lantas, bukanlah hal yang mengherankan jika kemudian Ben bisa menjadi pemimpin muda yang bisa dikatakan sangat potensial di Kota Bogor saat ini. Sebab, prestasi kepemimpinannya di KONI Kota Bogor tidak bisa dipungkiri, begitupun juga jejak kesuksesannya memimpin organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila di Kota Bogor, tak bisa dianggap sebelah mata.
Tampuk kepempinan KONI Kota Bogor sejak dipegang Ben terjadi perubahan ke arah positif sangat signifikan. Baik di sisi manajemen organisasi KONI sendiri, pembinaan atlet, serta visi kepemimpinannya yang sangat tepat dengan situasi dan kondisi organisasi, yakni “Sukses Prestasi, Sejahtera Atlet dan Pelatih.” Tak hanya sekadar janji manis-manis gula, sepanjang ia memimpin benar-benar merealisasikan dengan baik visi itu.
Kesejahteraan atlet dan pelatih benar-benar dijadikan prioritas utama baginya. Ben menaikkan insentif bulanan bagi atlet 200-300 persen, begitu pun juga dengan pelatih. Bahkan dalam perhelatan Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat (Jabar) 2018, bonus atlet peraih medali emas dinaikkan hingga 80juta, dan menjadi bonus terbesar di kota/kabupaten Provinsi Jabar.
Di ajang olahraga terbesar di Provinsi Jabar itu pun, KONI Kota Bogor berhasil menorehkan prestasi sangat gemilang dan mengukir sejarah baru bagi Kota Bogor. Ben berhasil mematahkan mitos Kota Bogor dikatakan tidak akan bisa meningkatkan dari juara 5 di Porda Jabar. Namun terbukti ia berhasil membawa Kota Bogor menjadi juara ke-4.
Padahal, hanya ikut kompetisi sepertiga nomor yang ditandingkan. Di samping itu juga menggunakan atlit lokal semua yang dibina sendiri. Medali emas yang diperoleh pun melampaui dari target 45 emas, berhasil mendapat 57 emas, dan menjadi perolehan emas terbanyak dalam sejarah Kota Bogor di Porda Jabar.
Tak jauh beda di KONI, sebagai pucuk pimpinan di PP, Ben pun menorehkan prestasi sangat gemilang. Di bawah kepemimpinannya ormas PP Kota Bogor berhasil ia transformasikan ke arah positif dan dikembalikan ke rel tujuan pembentukannya, yakni menjadi garda terdepan penjaga ideologi Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PP dikembalikan sebagai solusi bagi masyarakat keberadaannya.
Citra PP di masyarakat yang sempat negatif disebut sebagai biangnya masalah, di bawah kepemimpinannya, keberadaan PP ditekankan menjadi solusi dari masalah dan senantiasa hadir untuk bermanfaat bagi masyarakat. Ben membawa pengaruh positif kepada anggotanya. Banyak yang masuk dari preman, menjadi lebih baik lagi dan memiliki pekerjaan layak berkat berorganisasi.
Di bukunya ini tak hanya sekadar mengupas keberhasilan Ben dalam kepemimpinannya di KONI Kota Bogor, atau pun di PP saja. Namun juga mengisahkan masa kecil Ben, didikan orang tuanya, perjalanannya masa remaja, berolahraga dan berorganisasi. Bahkan juga mengupas perjalanannya sempat menjadi artis sinetron yang membuatnya familiar bagi masyarakat, terutama saat berperan di sinetron “Tersanjung” dan juga “Ada Apa dengan Cinta” yang kala itu sempat digandrungi para pemirsa di seluruh tanah air.
Tak melulu perjalanan kehidupannya yang menarik dan bahagia, Ben melalui buku biografinya itu juga mengisahkan kisah memprihatinkan saat menikah dengan perempuan yang mengidap kanker payudara stadium 4 dan langsung menunggu istrinya di rumah sakit sejak malam pertama, hingga akhirnya meninggal.
Ada banyak kisah inspiratif yang ia bagikan kepada pembaca. Ada gagasan tentang kepemimpinan, kepemudaan, dan keolahragaan di tanah air yang ia tawarkan. Serta, nilai-nilai hidup dan kebijaksaan dalam keluarga, menjadi bermanfaat bagi sesama, juga bermimpi dan bercita-cita. Semua itu dibantu oleh Rochmad Widodo yang menuliskan bukunya, dikemas menjadi bacaan yang tidak membosankan, mengalir, dan bernilai gizi bagi pembaca. (RW)