Jumat, Januari 24, 2025

Membaca dalam Gadget Apakah Relevan?

Dyah Rengganis
Dyah Rengganis
Dyah Sekar Rengganis, gadis berumur 19 tahun ini lahir di Padang Lawas pada 02 September 2005. Anak dari pasangan ibu Durriah Hasibuan dan bapak Sutikno yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Gadis penyuka warna hijau, biru dan hitam ini menempuh pendidikan sekolah dasarnya di SDN 0102 Sibuhuan dan menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (MTS) dan sekolah menengah atas (MA) di Pondok Pesantren Al- Mukhlishin Sibuhuan, Padang Lawas, Sumatera Utara. Gadis yang memiliki panggilan masa kecil “Anis” ini sangat gemar membaca baik itu membaca buku ataupun artikel dan novel online. Ia juga gemar bernyanyi atau hanya sekedar bersenandung di kala waktu senggangnya. Kini ia menjadi salah satu mahasiswa Hukum Keluarga Islam pada fakultas Syari’ah di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta. Ia pernah meraih juara 1 (satu) dalam Perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) dan Musabaqah Qira'atul Kutub (MQK) tingkat Kabupaten/Kota cabang debat bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Kabupaten kelahiran nya. Ia juga meraih harapan 1 dalam Perlombaan Hadroh tingkat Kabupaten yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Santri Nasional di kotanya. Ia juga merupakan seorang siswa yang aktif dalam berorganisasi di sekolah nya dahulu. Gadis berdarah Jawa-Batak Mandailing ini pernah menduduki jabatan bendahara OSIS dan anggota bidang keaman dan kedisiplinan dalam OSIS. Ia juga kerap mengikuti seminar nasional dan pendidikan.
- Advertisement -

Teknologi yang berkembang tak dapat di bendung dalam segala macam jenis pekerjaan manusia, terutama dalam hal pendidikan dan pengajaran. Perkembangan teknologi pada sektor pendidikan memberikan manfaat dan kontribusi bagi pelajar dan tenaga pengajar di Indonesia. Namun, sudah pasti bahwa setiap hal memberikan dampak positif dan juga negatif bagi siapa pun atau apapun itu, terutama perkembangan teknologi di zaman sekarang. Salah satu contohnya dalam hal membaca.

Membaca yang merupakan jendela dunia itu kerap sekali di lupakan oleh para pelajar di Indonesia. Membaca adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang lebih. Semakin banyak kita membaca, semakin banyak juga pengetahuan yang kita dapat dan luasnya informasi yang kita dapat. Sehingga, seseorang yang banyak membaca memiliki kualitas yang lebih dari orang yang sedikit membaca.

Canggihnya teknologi di era sekarang membuat siswa lebih suka membaca di gadget dari pada membaca buku. Apalagi adanya media sosial seperti twitter, telegram, Instagram dan lain-lain yang di dalamnya mengandung sesuatu yang tidak penting untuk dibaca. Dibutuhkan kerja sama antara guru dengan orang tua dalam penyesuaian dan pembiasaan dalam membaca buku. Gadget merupakan teknologi yang sangat berkembang di zaman sekarang. Apalagi saat masa pandemi ini hampir semua orang menggunakan gadget untuk kegiatannya baik untuk kerja ataupun untuk sekolah.

Banyak sekali manfaat menggunakan gadget salah satunya adalah membaca buku lewat gadget. Biasanya kita membaca buku menggunakan buku yang di beli atau di pinjamkan. Ada manfaat lain ketika membaca buku di gadget seperti, kemudahan akses: Anda bisa mengunduh buku secara digital tanpa perlu pergi ke toko buku atau perpustakaan, membaca kapan saja dan di mana saja: Anda bisa membaca sesuai keinginan dan di mana pun. Senada dengan pendapat Nicholas Carr (Penulis Teknologi): “Membaca di gadget meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi pembelajaran. Teknologi ini memungkinkan informasi tersedia kapan saja, mendukung proses belajar di era digital.”

Tidak perlu takut sobek atau basah: File dalam gadget tidak akan sobek atau basah, Bisa membaca dengan posisi apapun: Gadget yang berukuran lebih mini memudahkan Anda menyelesaikan akhir cerita sambil duduk, tiduran, atau segala macam posisi yang nyaman. Tetapi sekarang membaca buku bisa lebih mudah dengan menggunakan gadget. Dengan adanya gadget kita tidak perlu malas lagi untuk membaca buku.

Setiap siswa/siswi maupun pelajar di Indonesia sudah seharusnya memiliki buku pelajaran yang menyokong pembelajarannya baik itu di sekolah maupun di dalam rumah. Namun, tidak banyak pelajar Indonesia yang membaca buku tersebut maupun memahami isi bacaannya. Seringkali mereka merasa malas, bosan, jenuh dan kehabisan tenaga dalam membaca. Kehadiran teknologi membuat para pelajar mulai meninggalkan buku mereka dan mulai mencari informasi dalam gadget, karena hal tersebut lebih instan dan praktis tanpa harus membaca keseluruhan nya.

Ada beberapa faktor lain mengapa pelajar Indonesia memilih membaca menggunakan gadget dibandingkan dengan buku pelajaran maupun bacaan. Seperti: akses yang mudah ke berbagai judul dan topik, harga buku yang terkadang mahal, koleksi buku di perpustakaan yang terbatas.

Namun meskipun begitu, kita tetap dapat melihat banyak sekali dampak maupun kerugian yang diberikan karena membaca lewat gadget, diantaranya Ketegangan mata: Paparan layar perangkat elektronik dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketegangan mata atau digital eye strain.

Gejala yang dapat muncul adalah mata kering, sakit kepala, dan penglihatan kabur. Hal ini seiras dengan pendapat Dr. Joshua Dunaief (Spesialis Mata): “membaca di gadget secara berlebihan dapat menyebabkan digital eye strain dengan gejala seperti mata kering, lelah, dan sakit kepala. Ia menyarankan penggunaan mode baca dan istirahat teratur untuk mencegah dampak negatif ini”.

Gangguan konsentrasi: Penggunaan gadget secara berlebihan dapat mengganggu konsentrasi dan daya ingat anak-anak. Anak-anak yang terbiasa menggunakan gadget dapat lebih sering menatap layar dan beralih ke aplikasi lain yang lebih menghibur. Menurunkan kemampuan memahami isi: Membaca buku melalui gadget dapat menurunkan kemampuan memahami isi. Sesuai dengan pendapat Maryanne Wolf (Ahli Neurosains): “Membaca di layar gadget dapat mengurangi fokus dan mempercepat pola membaca, sehingga menurunkan kemampuan membaca mendalam (deep reading). Ini berdampak pada kemampuan berpikir kritis dan memahami teks kompleks.”

- Advertisement -

Kurangnya Interaksi Sosial: membaca di gadget bisa menjadi aktivitas yang terlalu individualis, dibandingkan dengan membaca buku fisik yang sering menumbuhkan diskusi atau komunitas pembaca. Ada beberapa tips Membaca di Gadget demi mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan, antara lain:

1. Gunakan mode baca atau dark mode untuk mengurangi silau layar.

2. Istirahatkan mata setiap 20 menit dengan mengikuti aturan 20-20-20 (lihat sesuatu sejauh 20 kaki selama 20 detik).

3. Atur kecerahan layar agar nyaman untuk mata.

4. Batasi waktu membaca di gadget, terutama sebelum tidur, karena dapat mengganggu kualitas tidur.

5. Gunakan filter cahaya biru atau kacamata anti-radiasi.

6. Pastikan gadget berada sejajar dengan mata untuk mengurangi tekanan pada leher dan bahu.

7. Gunakan kursi dan meja yang nyaman saat membaca, hindari membaca sambil tiduran. Konsumsi makanan yang baik untuk mata, seperti wortel, bayam, atau makanan yang mengandung vitamin A, C, dan E. Tidur cukup agar mata dan tubuh dapat beristirahat dengan optimal

8. .Sesekali gantilah membaca di gadget dengan membaca buku fisik untuk mengurangi paparan layar. Jika membaca dalam waktu lama diperlukan, gunakan audiobook untuk mengurangi ketegangan pada mata. Dengan penggunaan yang bijak, membaca di gadget bisa menjadi alat pembelajaran yang efektif tanpa memberikan dampak negatif yang signifikan.

Membaca di gadget semakin populer di kalangan remaja karena menawarkan kemudahan akses, portabilitas, fitur interaktif, dan efisiensi biaya. Gaya hidup digital dan tren teknologi juga membuat gadget menjadi pilihan utama dibandingkan buku fisik. Meski demikian, ada tantangan seperti gangguan kesehatan mata, distraksi, dan ketergantungan teknologi yang perlu diatasi.

Menurut penulis sendiri dengan pendekatan yang bijak, seperti membatasi waktu penggunaan, menjaga kesehatan mata, dan menyeimbangkan dengan membaca buku fisik, serta sampingan dan pengawasan dari orang tua dan guru menjadikan membaca di gadget tetap relevan dan bermanfaat, terutama dalam mendukung kebutuhan pembelajaran dan hiburan di era modern.

Dyah Rengganis
Dyah Rengganis
Dyah Sekar Rengganis, gadis berumur 19 tahun ini lahir di Padang Lawas pada 02 September 2005. Anak dari pasangan ibu Durriah Hasibuan dan bapak Sutikno yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Gadis penyuka warna hijau, biru dan hitam ini menempuh pendidikan sekolah dasarnya di SDN 0102 Sibuhuan dan menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (MTS) dan sekolah menengah atas (MA) di Pondok Pesantren Al- Mukhlishin Sibuhuan, Padang Lawas, Sumatera Utara. Gadis yang memiliki panggilan masa kecil “Anis” ini sangat gemar membaca baik itu membaca buku ataupun artikel dan novel online. Ia juga gemar bernyanyi atau hanya sekedar bersenandung di kala waktu senggangnya. Kini ia menjadi salah satu mahasiswa Hukum Keluarga Islam pada fakultas Syari’ah di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta. Ia pernah meraih juara 1 (satu) dalam Perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) dan Musabaqah Qira'atul Kutub (MQK) tingkat Kabupaten/Kota cabang debat bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Kabupaten kelahiran nya. Ia juga meraih harapan 1 dalam Perlombaan Hadroh tingkat Kabupaten yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Santri Nasional di kotanya. Ia juga merupakan seorang siswa yang aktif dalam berorganisasi di sekolah nya dahulu. Gadis berdarah Jawa-Batak Mandailing ini pernah menduduki jabatan bendahara OSIS dan anggota bidang keaman dan kedisiplinan dalam OSIS. Ia juga kerap mengikuti seminar nasional dan pendidikan.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.