Sabtu, April 27, 2024

Memaknai Syair Lagu Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada

arthur calvin
arthur calvin
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya

Lagu yang diciptakan oleh musisi terkenal di Indonesia yaitu Ahmad Dhani, melahirkan Sebuah mahakarya lagu yang begitu indah dan memiliki makna yang dalam. Lagu ini keluar pada tahun 2004 dalam album “Senyawa” milik mendiang Almarhum Chrisye ini menceritakan seberapa besar seorang hamba menyembah dengan tulus dan ikhlas kepada tuhannya sebagai bentuk berserah diri dalam seluruh jiwa dan raga yang  dimiliki.

Pesan yang disampaikan dari lagu ini dimunculkan dari lirik yang terkandung di dalamnya. Lirik yang dibuat dirangkai semakna dan seindah mungkin ini seolah mengajak pendengar untuk merenungkan sejenak makna dan tujuan mereka selama hidup di dunia. Syair yang dirangkai ini berorientasi dengan kalimat-kalimat yang mempertanyakan sehingga mengajak para pendengar untuk merenungkan arti dari segala kehidupan ini dengan nada yang melow seakan lagu ini merasuki jiwa bagi pendengarnya.

Kata demi kata  yang tersusun menjadi sebuah lirik ini terinsipirasi dari doa cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Robiah Al-Adawiyah, doa tersebut berbunyi “Ya Allah, jika aku menyembahMu Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya…Dan jika aku menyembahMu Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya… Tetapi, jika aku menyembahMu Demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi padaku”. Doa yang ia panjatkan itu berisi curahan hati ia dari lubuk hati terdalam bahwa ia menyembah-Nya dengan tulus dan tidak mengharapkan imbalan yang didapat yang ia inginkan hanyalah kasih sayang dari Tuhan Seluruh Alam.

Doa tersebut tertuang dalam lirik lagu “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada” memberi tamparan keras kepada para pendengar bahwa jika bila apa yang dilakukan sepanjang hidup ini dilakukan hanya dilandasi rasa takut kepada neraka dan hanya inginkan surga maka celakalah orang tersebut. QS al- An’am ayat 162, Nabi Muhammad SAW berkata, “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam.”

Sebagaimana perkataan Rasulullah merupakan sebuah janji hidup bahwa segala yang ia lakukan ialah murni ketaatan kepada Tuhan. Lalu bagaimana dengan kita, apakah semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk memenuhi kewajiban dari Tuhan dan menghindari larangan karena takut siksaan dan bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan, apa hanya sebatas tindakan yang dilakukan secara paksaan? Atau hanya karena kita mengikuti ajaran agama yang dianut turun menurun? Semua jawaban itu hanya kita yang tahu dan hanya kita sajalah yang dapat menjawab pertanyaan tersebut karena semuanya kembali ke hati masing-masing setiap manusia.

Sebagaimana banyak para tokoh agama berkata apakah beribadah yang kita lakukan untuk menjauhi neraka adalah ibadah para budak karena takut dengan siksaan yang didapat  dan ibadah yang dilakukan untuk menginginkan surga adalah ibadah para pedagang karena dari apa yang telah dilakukan harus mendapatkan ganjaran yang imbas. Apakah kita termasuk dari salah satu ataupun malah keduanya?

Ibadah yang benar ialah ibadah yang tulus mengharap ridho-Nya karena semua yang dilakukan berdasarkan niat bahwa kita mencintai-Nya melebihi cinta kita yang ada di seluruh alam semesta. Rasa cinta inilah seharusnya dijadikan salah satu landasan kita dalam ibadah menyembah kepada-Nya.

Syair lagu ini juga memuat jika kedua tempat akhir kehidupan yang dijanjikan tidak pernah ada, apa diri kita masih tetap bersujud dan menyebut nama-nya dengan sepenuh hati karena tidak ada imbalan yang diganjar dari setiap perbuatan yang dilakukan. Apa kita masih sudi menyembah kepadanya atau kita malah  bebas untuk melakukan hal yang kita senangi? Bila memang hamba sahaja yang benar pasti mereka akan tetap ikhlas sujud dan menyebut nama-Nya hingga ajal menjemput karena itulah yang dinamakan tingkat berserah diri yang begitu tinggi di dalam hati seorang hamba yang bersahaja.

Lagu ini merupakan sebuah karya lagu yang diciptakan oleh Ahmad Dhani dan dinyanyikan Almarhum Chrisye untuk memberikan peringatan kepada masyarakat tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hubungan yang terjadi itu semestinya dilandasi dengan rasa ikhlas dan cinta kepada Tuhan seperti pesan salah satu tokoh sufi yaitu Yahya bin Mu’adz yang berpesan ”Cinta seberat biji sawi lebih kusukai daripada ibadah selama tujuh puluh tahun tanpa disertai cinta.”

Arti dari pesan yang disampaikan beliau ialah Tuhan lebih menyukai seorang hamba yang melakukan ibadah berdasarkan rasa cinta kepada Tuhan daripada seorang hamba yang melakukan ibadah yang didasarkan pamrih. Dialah yang pantas dipuja dan disembah, maka dari itu apa kalian ikhlas untuk selalu memuja dan menyembah-Nya dengan hati yang ikhlas dan tulus?.

arthur calvin
arthur calvin
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.