Kamis, April 25, 2024

Memaknai Kesedihan dan Hoaks dalam Musibah Lion Air JT 610

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Isak tangis kesedihan menyelimuti langit Indonesia. Pesawat komersial milik maskapai penerbangan Lior Air jenis JT 610, rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Teluk Karawang, Senin 29 Oktober 2018 lalu. Kecelakaan itu menyisakan duka tak bertepi dari 189 keluarga korban yang sampai detik ini masih berharap dan menunggu jasad orang-orang terkasih mereka segera ditemukan. Sampai kapan kisah tragis kecelakaan alat transportasi massal ini berakhir dan tak lagi meninggalkan luka pedih bagi publik?

Sebenarnya, peristiwa kecelakaan angkutan massal hanyalah kasus biasa saja dan kerapkali terjadi. Namun, ketika ratusan penumpang meregang nyawa, peristiwa ini menjadi begitu sangat luar biasa dan wajib menjadi bahan refleksi bagi semua stake holder bangsa, khususnya yang bergerak dalam jalur bisnis angkutan umum, baik darat, laut dan udara.

Seperti diketahui, pesawat Lion Air tipe JT 610 merupakan pesawat Boeing 737 MAX 8 yang super canggih. Boeing 737 MAX 8 diklaim lebih hemat BBM sebanyak 20 persen. Pesawat ini juga dapat terbang selama 7 jam 30 menit tanpa mengisi bahan bakar. Daya jelajahnya memiliki kemampuan varian B737 Next Generation (NG) dari 350-570 mil laut lebih jauh menjadi 3500 mil laut. Kabarnya, Boeing 737 MAX 8 juga memiliki kemampuannya meredam suara mesin hingga 40 persen.

Kecanggihan teknologi yang dimiliki Boeing 737 MAX 8, bukan berarti bahwa pesawat ini bisa luput dari kecelakaan maut. Semestinya, kecanggihan teknologi sebuah pesawat terbang harus berbanding lurus dengan hak-hak konsumen untuk menikmati kenyamanan dan keselamatan selama penerbangan.

Transparansi Informasi

Dibalik jerit tangis memilukan yang menyayat hati negeri ini, ternyata masih ada saja sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab menaburkan hoaks di sosial media, tentang musibah kecelakaan pesawat ini. Entah apa yang ada dalam pikiran para penebar hoaks, sehingga mereka begitu berani merusak suasana duka, sekaligus mengiris perasaan hati para keluarga korban. Sungguh perilaku biadab.

Seharusnya, kita tidak perlu mengeluarkan berbagai komentar dan asumsi dalam situasi seperti ini. Biarkan orang-orang yang ahli dibidangnya menangani dan berbicara secara gamblang, terkait sebab-akibat terjadinya kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Selayaknya, kita hanya perlu mendukung penuh dan memberi apresiasi terhadap semua elemen bangsa, seperti KNKT, Basarnas, Polisi, dan TNI serta sejumlah institusi lainnya yang dengan ikhlas mengubur rasa lelahnya selama 24 jam untuk mencari keberadaan korban.

Isak tangis keluarga korban tentu menjadi bahan refleksi penting bagi pemerintah dan pengusaha bisnis transportasi massal, agar segera berbenah diri. Semua regulasi yang berhubungan dengan izin operasional perusahaan transportasi massal, perlu ditinjau ulang. Begitu juga soal profesionalitas kualitas SDM yang sehari-hari menjadi eksekutor utama dalam mengoperasikan alat transportasi massal, mereka wajib dikritisi secara teliti.

Pengusaha bisnis transportasi massal, dalam hal ini Lion Air wajib mengedepankan kejujuran dan transparansi informasi terhadap kasus kecelakaan yang terjadi kepada konsumen, khususnya keluarga korban. Di sisi lain, pemerintah harus segera bertindak tegas dengan memberikan sanksi kepada Lion Air, bila terbukti melalaikan keselamatan penumpang.

Dibalik Hoaks Kecelakaan

Patut diduga kuat, para penebar hoaks sengaja memanfaatkan musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 ini sebagai sebuah kesempatan sekaligus peluang untuk meraih keuntungan secara sosial maupun finansial. Sedikitnya ada tiga tujuan utama mereka dalam menebar hoaks yaitu:

Pertama, para penabur hoaks ini diduga kuat adalah sejumlah oknum pengusaha bisnis transportasi massal lain yang menjadi pesaing bisnis maskapai penerbangan Lion Air. Tujuan mereka ingin menciptakan image buruk Lion Air kepada publik sebagai pengguna jasa penerbangan komersial.

Kedua, para penabur hoaks ini diduga kuat adalah sejumlah oknum yang berada dalam lingkaran peta politik nasional. Tujuan mereka ingin mendiskreditkan pemerintah, terutama menyangkut regulasi transportasi massal. Mereka juga ingin mengajak rakyat untuk tidak percaya lagi kepada pemerintah karena dinilai tidak mampu mengelola sistem dan manajemen angkutan massal. Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 menjadi momen penting bagi mereka untuk melakukan black campaign.

Ketiga, para penabur hoaks ini diduga kuat sengaja ingin merusak barang bukti forensik sekaligus melecehkan data dan fakta yang telah ditemukan. Mereka berharap, para keluarga korban tidak percaya kepada kerja keras seluruh eleman bangsa, termasuk media massa mainstream (berita-berita update) yang ikut terlibat dalam proses pencarian korban.

Tangkap Penabur Hoaks

Sikap dan perilaku para penabur hoaks sungguh membuat kita prihatin. Masih adakah rasa perikemanusiaan mereka? Di sisi lain, saya berharap aparat hukum dalam hal ini polisi, tidak melakukan pembiaran terhadap mereka. Polisi harus bertindak cepat dan tegas dengan menangkap para penabur hoaks ini.

Keberadaan penabur hoaks di sosial media sudah sangat meresahkan dan mengganggu kenyamanan masyarakat. Mereka tampaknya memang berniat dan berencana ingin merusak moral dan mental publik. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, tidak lagi hanya sekadar memblokir akun-akun hoaks, tetapi juga melaporkan pelakunya ke polisi. Jangan biarkan duka kemanusiaan dalam kecelakaan Lion Air JT 610 tersapu bersih oleh kebiadaban para penabur hoaks. “Salam belangsungkawa untuk seluruh keluarga korban Lion Air JT 610”.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.