Selasa, Oktober 8, 2024

Melintasi Batas, Mencari Identitas

Dinda Setyani
Dinda Setyani
mahasiswa

 

Judul Novel: Le Petit Prince / Pangeran Cilik

Nama Penulis: Antoine de Saint-Exupery

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Alih Bahasa: Henry Chambert-Loir

Genre: Fiksi, Fantasi

Tahun Terbit: 2011

ISBN: 9786020323411

Halaman: 120

Sinopsis

Novel Le Petit Prince berawal dari sudut pandang tokoh utama ketika berusia 6 tahun. Dia melihat buku tentang “Ular sanca yang menelan mangsanya bulat-bulat tanpa mengunyahnya. Kemudian, mereka tidak mampu bergerak lagi dan tidur selama enam bulan untuk mencerna mangsanya”. Ia pun menggambar ular yang menelan gajah dan memperlihatkannya kepada orang dewasa.

 

“Apakah gambar itu menakutkan?”

Mereka menjawab,

“Mengapa harus takut pada topi?”

Gambarku tidak melukiskan topi, tetapi ular sanca yang sedang mencernakan gajah. Maka aku menggambar bagian dalam ular sanca itu, supaya orang dewasa dapat mengerti. Mereka selalu membutuhkan penjelasan.

 

Setelah melihat gambarku, orang dewasa memberi aku nasihat agar mengesampingkan gambar ular sanca terbuka atau tertutup, dan lebih banyak memperhatikan ilmu bumi, sejarah, ilmu hitung, dan tata bahasa.

Mendengar hal itu, semangatnya patah untuk menjadi pelukis cemerlang dan mulai belajar mengemudikan pesawat terbang. Ia tumbuh menjadi pilot dan mulai sadar bahwa ilmu bumi memang lebih penting. Ia hidup bersama orang dewasa yang cerdas, sesekali ia mengujinya dengan memberikan gambar pertama tetapi semua orang selalu menjawab “ini topi” dan tidak melanjutkan cerita tentang ular sanca atan hutan belantara. Ia menyesuaikan diri dengan kemampuannya membicarakan tentang bride, politik dan golf. semua orang dewasa suka membahas hal tersebut.

6 Tahun lalu ia pernah terdampar di Gurun Sahara karena pesawatnya mogok. Ia harus Memperbaiki pesawatnya sendiri karena tidak membawa montir dan penumpang. Bagaikan hidup dan mati karena perbekalannya hanya cukup sampai seminggu saja. Jauh dari pemukiman manusia dan harus bertahan hidup sendiri di luasnya gurun pasir. Malam pertama ia tertidur dan terbangun oleh suara lembut dan ganjil.

“Tolong… tolong gambarkan aku seekor domba.”

“Apa?”

“Gambarkan aku seekor domba…”

Ia terbangun melihat anak kecil yang terus memintanya untuk menggambarkan domba. Karena sang pilot tidak pernah menggambar domba, ia menunjukan gambar ular sanca yang memakan gajah. Sampai saat anak itu itu bilang “Bukan, bukan! Aku tidak mau seekor gajah dalam perut ular sanca. Ular sanca sangat berbahaya, dan gajah mau ditaruh di mana? Tempatku kecil sekali. Aku membutuhkan seekor domba. Gambarkan aku seekor domba.” Ia terkejut anak karena anak itu mengerti apa yang ia gambar. Lalu sang pilot akhirnya menggambar domba.

 

Pilot menggambar beberapa domba, tetapi selalu ditolak dan berkata “Yang ini sudah sakit parah, ini bukan domba, tapi biri-biri jantan atau yang ini terlalu tua”. karena sang pilot sudah tidak sabar akhirnya ia menggambar kotak dan bilang kalau dombanya ada di dalam.

 

Tidak disangka ternyata itu gambar yang diingikan anak tersebut. Itulah awal mula sang pilot berkenalan dengan pangeran cilik.

Sang pilot dan pangeran cilik mulai menghabiskan waktu bersama selama terdampar. Sedikit demi sedikit sang pilot mulai tahu dari mana asal planet pangeran cilik, bahwa planet asalnya tidak lebih besar dari rumah. Awalnya sang pilot memandang pangeran cilik hanyalah seorang anak kecil biasa sampai ia menyadari bahwa anak kecil itu lebih dewasa dalam memandang dunia daripadanya.

“Le Petit Prince” karya Antoine de Saint-Exupery adalah perjalanan mendalam melintasi batas-batas kehidupan, imajinasi, dan filosofi. Dalam kisahnya yang sederhana namun berbobot, Saint-Exupery membawa pembaca pada petualangan sang pilot yang bertemu dengan seorang pangeran cilik dari planet lain. Dalam perjumpaan mereka, pembaca disuguhkan dengan pelajaran tentang persahabatan, kesetiaan, dan arti sejati dari kehidupan.

Dengan sentuhan yang indah dan imajinatif, Saint-Exupery menggambarkan perjalanan sang pangeran ke berbagai planet yang dihuni oleh karakter-karakter unik. Di balik cerita yang tampak sederhana, terselip pesan-pesan filosofis yang dalam tentang kehidupan, cinta, dan tanggung jawab.

Salah satu hal yang membuat “Le Petit Prince” begitu istimewa adalah kemampuannya menyentuh hati pembaca dari berbagai usia dan latar belakang. Cerita ini tidak hanya cocok untuk anak-anak, tetapi juga menyentuh orang dewasa dengan cara yang sama-sama kuat. Saint-Exupery dengan cermat mempersembahkan gambaran tentang kehidupan yang kadang-kadang rumit dan penuh tanda tanya, namun juga penuh dengan keindahan dan harapan.

Tidak hanya sebuah kisah fiksi biasa, “Le Petit Prince” memanggil pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan hubungan manusia dengan alam semesta. Dengan bahasa yang sederhana namun mendalam, Saint-Exupery mewujudkan karya sastra yang timeless, yang terus menginspirasi dan memukau pembaca di seluruh dunia.

Dinda Setyani
Dinda Setyani
mahasiswa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.