Jumat, April 19, 2024

Melawat Jejak Masjid Kerajaan Aceh

Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady
Masyarakat biasa, pernah ngadem di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, tapi sekarang berdomisili di Tulungagung.

Tiap pemerintahan memiliki masa kejayaan yang ditandai dengan banyak keberhasilan. Sebut saja relasi kerjasama dengan pihak lain yang rukun dan saling menguntungkan, kekuasaan minim gejolak apalagi pemberontakan, dukungan satu suara dari orang-orang di sekeliling, kebutuhan masyarakatnya terpenuhi begitupun kualitasnya, serta pembangunan infrastruktur yang tidak hanya mewah, tapi juga megah dan indah.

Dan salah satu pemerintahan yang dicatat sejarah memiliki capaian gemilang ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan ini memiliki masa keemasan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ragam pencapaian kurang lebih selama 30 tahun terjadi pada masa pemerintahannya. Salah satu capaian besarnya ditandai dengan pembangunan masjid besar, Masjid Bait ur-Rahman.

Di dalam Hikayat Aceh yang dikutip Denys Lombard dalam bukunya bertajuk Kerajaan Aceh; Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) menerangkan bahwa masjid itu memiliki ukuran yang besar. Sehingga bisa memuat orang-orang Islam, terutama saat shalat fardhu ditunaikan dengan kapasitas yang cukup banyak.

Hikayat Aceh sendiri merupakan sejarah Aceh yang hanya ditilik dari masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Denys Lombard mencatat bahwa teks ini terdiri dari dua naskah, Cod. Or. 1954 dan 1983 dari Legatum Warnerianum yang disimpan dalam Perpustakaan Universitas Leiden. Lampiran artikelnya di tahun 1911 oleh Djajadiningrat diterbitkan dua bagian bertuliskan Arab tanpa terjemahan. Sedangkan tahun 1958, oleh Teuku Iskandar salah seorang sarjana Aceh menyunting seluruh teks dengan transkip Latin.

Bagian pertama Hikayat Aceh ini berisi tentang kehidupan dan sejarah pemerintahan para pendahulunya. Sedangkan bagian kedua berisi cerita masa kecil Sultan Iskandar Muda. Hanya saja yang disayangkan, cerita tidak berlanjut ke kehidupan masa remaja sampai penobatannya sebagai penguasa Kerajaan Aceh.

Adapun kutipan pujian untuk Masjid Bait ur-Rahman di Hikayat Aceh bisa disimak berikut: “Maka ada luas mesjid itu seyojana mata memandang dan ada mimbarnya daripada mas dan kemuncak mimbar itu daripada suasa. Maka ada disebutkan orang pada puji-pujian di mulut orang banyak: sayyi-dina as-Sultan Perkasa ‘Alam Johan berdaulat sahib al barrain wa’l-bahrain’, ya’ni tuan kami Sultan Perkasa Alam yang mengempukan dua darat dan dua laut ya’ni darat dan laut masyrik maghrib.”

Denys Lombard menafsiri diksi “dua darat dan dua laut ya’ni darat dan laut masyrik maghrib” ini sebagai kekuasaan Sultan Iskandar Muda yang dapat menaklukkan sekaligus menguasai daerah darat dan laut di sekitarnya dengan cukup baik. Sehingga kekuasaannya disegani oleh orang banyak, sekalipun itu orang Barat yang datang baik hanya sekadar berdagang maupun yang akan menjalin relasi politik.

Selain keterangan dari Hikayat Aceh, Masjid Bait ur-Rahman juga pernah didokumentasikan oleh Peter Mundy pada tahun 1637. Saat itu, ia turut serta menghadiri arak-arakan dan mengambil sketsa masjid itu. Katanya, “Dasarnya yang bujur sangkar dan atapnya yang empat tingkat dengan tak ayal lagi mengawali medjid-medjid Tanah Minangkabau zaman sekarang.”

Atap tumpang empat yang dimiliki Masjid Bait ur-Rahman ini ada kemungkinan sedikit banyak dipengaruhi oleh masjid-masjid yang ada di Jawa. Sebab di masa itu, banyak orang-orang Jawa turut berdagang dan mengambil keuntungan dengan adanya pelabuhan besar di Aceh.

Adapun jumlah atap tumpang masjid sendiri menurut penuturan guru ngaji saya tempo dulu, memiliki makna keberislaman yang tidak bisa dipandang remeh. Masjid beratap satu yang jamak ditemui di masyarakat kita dimaknai sebagai tauhid atau meng-Esakan Allah. Kemudian masjid beratap tumpang dua dimaknai sebagai dua kalimat syahadat, penegasan menghamba kepada Allah dan pengakuan Nabi Muhammad sebagai penyampai risalah.

Masjid beratap tumpang tiga dimaknai sebagai iman, islam, dan ihsan. Beberapa referensi keislaman menyebut ketiganya sebagai urutan yang saling berkaitan, sedangkan beberapa referensi lainnya mengatakan ketiganya berdiri sendiri-sendiri.

Adapun masjid beratap tumpang empat dimaknai sebagai laku keberislaman, yakni syariat, tarikat, makrifat, dan hakikat. Keempatnya kerap diuraikan oleh para sufi dengan cara berbeda namun orientasinya tetap sama, menghamba pada Maha Pencipta. Dan bisa jadi, empat atap tumpang Masjid Bait ur-Rahman memiliki makna ini.

Adapun masjid beratap tumpang lima biasanya dimaknai sebagai rukun islam, dan tumpang enam dimaknai sebagai rukun iman. Namun dewasa ini sudah jarang ditemukan masjid yang memiliki atap tumpang lebih dari dua, apalagi sampai enam.

Kembali ke catatan Peter Mundy di atas, lebih lanjut ia mengafirmasi apa yang ada di dalam Hikayat Aceh di atas, bahwa Masjid Bait ur-Rahman di perayaan hari besar Islam, kerap digunakan oleh Sultan Iskandar Muda untuk menunaikan shalat bersama para rakyatnya.

Hanya saja yang belum atau malah tidak ditemukan sama sekali ialah soal masjid tersebut yang digunakan oleh Sultan Iskandar Muda selain untuk fungsi teologis, selain fungsi peribadatan. Sebab ada kemungkinan, pendidikan dan pengajaran Islam pada masa itu juga dilakukan di masjid, bukan gedung sekolah seperti sekarang.

Terakhir, saya rasa Masjid Bait ur-Rahman tidak hanya menjadi simbol kedigdayaan Kerajaan Aceh di masa Sultan Iskandar Muda pada masa silam, tapi juga sebagai prototipe, bahwa sikap terbuka untuk menerima kebudayaan dari luar selama memiliki muatan yang baik –seperti atap tumpang empat masjid itu- menjadi salah satu unsur penting kemajuan sebuah pemerintahan. Sama halnya dengan kejayaan Dinasti Abbasiyah yang terbuka terhadap ragam kebudayaan dan pemikiran. Bukankah begitu?

Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady
Masyarakat biasa, pernah ngadem di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, tapi sekarang berdomisili di Tulungagung.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.